Masuk Daftar
My Getplus

Mimpi Indonesia di Piala Dunia Terganjal Israel

Piala Dunia 2018 di Rusia, Indonesia lagi-lagi hanya jadi penonton. Padahal di Piala Dunia 1958, Indonesia nyaris mentas.

Oleh: Randy Wirayudha | 22 Sep 2017
Timnas Indonesia era 1950-an.

GEGAP gempita Piala Dunia 2018 di Rusia kian terasa. Sekira setahun lagi, pesta sepakbola terbesar itu akan kembali menggelorakan para penggila bola di berbagai pelosok bumi, termasuk Indonesia. Pun begitu, Indonesia lagi-lagi hanya akan menjadi penonton.

Entah kenapa sepakbola Indonesia bak jalan di tempat. Suriah saja yang negaranya tengah luluh-lantak gara-gara perang, punya asa untuk mentas di Piala Dunia 2018. Menjadi salah satu tim urutan tiga terbaik di Kualifikasi Piala Dunia, Suriah punya kans jika mampu melewati Australia dan tim urutan 4 Zona Concacaf (Amerika Utara, Tengah dan Karibia).

Sementara Indonesia harus gigit jari karena “pagi-pagi” sudah gugur di kualifikasi Zona Asia (Asia). Tidak sedikit yang merasa timnas Indonesia takkan tampil di Piala Dunia sampai kiamat. Selebihnya, masih membanggakan dan “mengakui” bahwa yang tampil di Piala Dunia 1938 di Prancis adalah timnas Indonesia.

Advertising
Advertising

Sebetulnya Indonesia bisa tampil di Piala Dunia 1958 di Swedia andaikata tidak ada gengsi politik. Di era 1950-an sampai awal 1960-an, timnas Indonesia termasuk Macan Asia ketimbang negara-negara Asia lainnya macam Jepang atau Korea Selatan yang belakangan selalu jadi langganan mewakili Asia di Piala Dunia.

“Waktu itu Korea berantakan akibat perang saudara. Jepang masih tertatih-tatih setelah dibom atom oleh AS. China masih disibuki oleh Revolusi Kebudayaannya,” tulis Arief Natakusumah dalam Drama Itu Bernama Sepakbola: Gambaran Silang Sengkarut Olahraga, Politik dan Budaya.

Pada Kualifikasi Piala Dunia 1958 Zona Asia, Indonesia sejatinya nyaris meraih selembar tiket ke Swedia. Maulwi Saelan Cs. lolos ke putaran kedua kualifikasi setelah memeras keringat menyingkirkan China di putaran pertama Grup 1. Di putaran kedua, Indonesia masih harus meladeni Mesir, Sudan dan Israel. Akan tetapi, tak satu pun tim yang bersedia meladeni Negeri Zionis itu. Indonesia mengikuti langkah Sudan dan Mesir yang secara politis musuh Israel pasca Perang Arab-Israel 1946 dan 1956.

“Indonesia yang secara politik sedang getol-getolnya mengumandangkan perlawanan terhadap neokolonialisme, menganggap Israel sebagai penjajah rakyat Palestina dan karena itu, menolak bertanding di Israel,” tulis Owen A. McBall dalam Football Villains (Baca: Inilah Penjahat Sepakbola).

PSSI sempat meminta FIFA untuk menghelat laga Indonesia vs Israel di tempat netral, bukan di Israel. Namun, permintaan itu ditolak mentah-mentah. PSSI pun memilih mundur dari putaran kedua kualifikasi.

“Itu (menghadapi tim Israel) sama saja mengakui Israel. Ya, kita nurut (Bung Karno yang anti-Israel). Enggak jadi berangkat,” kata Maulwi Saelan, mantan kiper timnas kepada Historia pada 2014 silam.

Padahal, jika saat itu pemerintah tak mencampuradukkan sepabola dan politik, bisa saja Indonesia tampil di Piala Dunia. Menilik peta kekuatan di putaran kedua itu, Indonesia jelas unggul segala-galanya di atas kertas.

Sementara Israel, bukan berarti otomatis bisa berangkat ke Swedia. FIFA melarang sebuah tim lolos tanpa sekalipun bertanding. Setelah dicarikan tim, dipilihlah Wales yang tak lolos Zona Eropa tetapi punya nilai tertinggi di antara yang lainnya. Dalam laga home and away, Israel keok dengan skor agregat 4-0.

TAG

Piala-Dunia Sepakbola Timnas PSSI

ARTIKEL TERKAIT

Philippe Troussier si Dukun Putih Momentum Bayer Leverkusen Dua Kaki Andreas Brehme Petualangan Tim Kanguru Piala Asia Tanpa Israel Sisi Lain Der Kaiser Franz Beckenbauer Ingar-Bingar Boxing Day Sinterklas Terjun hingga Tumbang di Stadion Garrincha dari Pabrik Tekstil ke Pentas Dunia Getirnya Tragedi di Stadion Luzhniki