Masuk Daftar
My Getplus

Lionel Messi, Alien Sepakbola yang Membumi

Pahit-manis kehidupan yang dialami Messi di usia dini hingga punya prestasi tak tertandingi.

Oleh: Randy Wirayudha | 05 Des 2019
Lionel Andrés Messi Cuccittini kini satu-satunya bintang sepakbola dengan koleksi enam Ballon d'Or (Foto: fcbarcelona.com)

TAK bisa dipungkiri, Lionel Messi merupakan maestro lapangan yang bakal meninggalkan warisan legendaris. Beragam gelar tampak sangat biasa buat La Pulga alias si kutu, julukan Messi. Buktinya, saat memenangkan trofi Ballon d’Or keenamnya pada 2 Desember 2019 lalu.

Entah sudah berapa pujian yang mengalir padanya, baik dari sesama pemain maupun pelatih-pelatih dunia. Tak sedikit yang bilang Messi bukan manusia, melainkan alien dari planet lain, saking jeniusnya Messi di lapangan hijau bersama klubnya, Barcelona.

Baca juga: Wartawan Pencetus Ballon d'Or

Advertising
Advertising

Bintang Liga Indonesia era 1990-an asal Brasil Luciano Leandro menganalogikan Messi ibarat legenda Argentina Diego Maradona. Persaingan Messi dengan superstar Brasil Neymar Jr diibaratkannya dengan rivalitas Maradona-Pelé di masa lampau.

“Dulu saya melihat Pelé nomor satu, Maradona nomor dua. Sekarang Messi nomor satu, Neymar nomor dua. Karena Messi sejak anak sudah belajar di akademi terbaik, La Masia, dengan pemain-pemain kualitas tinggi. Style Messi kalau dribbling dan control bola dekat dan rapat sekali, sulit hilang bolanya. Beda dengan Neymar yang dribbling jauh. Dua pemain ini luar biasa walau beda tekniknya,” ujar Luci kepada Historia.

Hati dan Mental Baja

Superman, superhero dalam Man of Steel (2013) garapan Zack Snyder, mungkin sosok paling pas dipinjam untuk menggambarkan Messi. Selain selalu mampu bergerak secepat kilat, Messi juga punya mental baja. Mental itulah yang membuat Messi berhasil melewati kehidupan sulit di masa kanak-kanaknya lantaran kondisi fisiknya.

Lionel Andrés Messi Cuccittini lahir pada 24 Juni 1987 di kota Rosario, Santa Fe, Argentina. Leo, begitu biasa dia disapa, merupakan anak ketiga dari empat bersaudara yang dilahirkan pasutri Jorge Horacio Messi, seorang buruh pabrik baja dan, Celia Maria Cuccittini Oliveria, seorang cleaning service paruh waktu. 

Kolase Lionel Messi dan enam kali raihan Ballon d'Or sejak 2009 (Foto: fcbarcelona.com)

Sebagaimana mayoritas penduduk Rosario, Messi punya darah Italia yang sangat kental. Garis ibunya Italia, sementara dari garis ayahnya terkandung darah Italia-Spanyol. Disebutkan Khadija Ejaz dalam biografi Lionel Messi, sang bintang pun dilahirkan di rumahsakit yang namanya berbau Italia, Hospital Italiano Garibaldi de Rosario (kini Instituto Universitario Italiano de Rosario).

“Rumahsakit Garibaldi di Jalan Visasoro 1249, mengambil nama dari Giuseppe Garibaldi. Figur penting militer dan politik Italia di abad ke-19. Saat rumahsakit itu dibangun pun (1892), populasi kotanya sudah 70 persen merupakan keturunan Italia,” ungkap Ejaz.

Baca juga: Diego Maradona dalam Pangkuan Mafia

Silsilah keluarga besar Messi, lanjut Ejaz, kakek dari garis ayahnya, Angelo Messi, bermigrasi dari Porto Recanti di Italia ke Argentina sejak 1883. Angelo Messi sendiri punya campuran darah Italia dan Katalan (Spanyol). Saat Messi lahir 32 tahun lampau, sepakbola di Argentina masih demam juara Piala Dunia yang diraih Maradona cs. setahun sebelumnya.

“Namun di saat yang sama tahun 1987 juga bukan tahun yang baik buat Rosario. Demokrasi datang ke Argentina setelah lamanya rezim militer yang membuat rakyat menentang pemerintah. Unjuk rasa hingga kerusuhan acap pecah di Rosario. Bahkan Messi di hari lahirnya disambut ledakan dua bom akibat dampak kerusuhan di dua sudut kota,” sambung Ejaz.

Sepakbola jadi hiburan terbaik bagi mayoritas keluarga kelas pekerja di masa itu. Messi kecil sendiri sudah dikenalkan dengan sepakbola sejak berulangtahun yang pertama, di mana sang ayah menghadiahinya jersey Newell’s Old Boys, klub yang digilai sang ayah. Saat berulangtahun yang ketiga, Messi dihadiahi bola pertamanya.

Dari waktu ke waktu, bocah Messi selalu bermain-main dengan bolanya entah saat sendirian maupun saat ditemani kedua kakaknya, Rodrigo dan Matías. Skill Messi pun terbentuk secara otodidak. “Kami terkejut ketika melihat apa yang bisa dia lakukan dengan bola di usia segitu,” cetus Jorge Messi, dikutip jurnalis senior Italia Luca Caioli dalam Messi: The Inside Story of the Boy Who Became a Legend.

Baca juga: Tendangan dari Bauru

Namun, karier sepakbola Messi bermula justru dari jasa sang nenek, Celia –yang amat dihormati Messi, sampai wajahnya dilukiskan lewat sebuah tato di punggung Messi. Celialah yang membawa Messi saat berusia empat tahun ke klub pertamanya, Abanderado Grandoli. Klub itu tak jauh dari tempat tinggal Messi.

“’Biarkan dia bermain. Tolonglah, demi saya. Jika dia mulai menangis, baru kita lupakan permintaan saya,” kata pelatih Grandoli Salvador Ricardo Aparicio menirukan permintaan Celia, dinukil Haaretz, 7 Juni 2018.

Aparicio mulanya ragu. Apalagi melihat postur Messi yang lebih pendek dari umumnya anak-anak usia empat tahun. Namun, keraguan itu buyar seketika begitu Aparicio melihat skill Messi saat di-trial. “Bola begitu lengket di kakinya dan dia selalu meninggalkan semua pemain; dia tak terbendung,” lanjutnya.

Pada 1994, Messi digaet Newell’s. Namun tiga tahun menimba ilmu di Newell’s, keluarga Messi mendapat kabar tak mengenakkan dari tim dokter Newell’s yang mengatakan Messi punya kekurangan fisik. Saat usia 10 tahun, tinggi badan Messi hanya 125 cm atau 10 cm lebih pendek dari anak-anak lain di akademi Newell’s.

Saat didiagnosa dokter ahli endokrin Diego Shwarzstein, Messi divonis mengidap Growth Hormone Deficiency (GHD) atau gangguan hormon tumbuh kembang. Penanganannya hanya bisa dilakukan dengan terapi suntik hormon yang memakan biaya hingga USD1.000 per bulan.

Awalnya, sang ayah masih sanggup membiayai terapi Messi dengan sokongan asuransi kesehatan dari tempatnya bekerja. Pihak Newell’s juga berjanji ikut urun dana, kendati akhirnya tak pernah terbukti. Namun usaha pengobatan itu buyar begitu depresi ekonomi menghantam Argentina. Pilihan yang tersisa hanyalah mencari klub yang mau membiayai terapi Messi itu.

Keberuntungan berpihak pada Messi. Saudara jauhnya dari pihak ayah di Katalan mendaftarkan Messi untuk trial di La Masia, akademi sepakbola milik Barcelona FC. Diantar sang ayah, Messi pun mengadu nasib menyeberangi Samudera Atlantik di usia 13 tahun, setelah mendapat konfirmasi trial dari direktur teknik Barcelona  Carles Rexach.

“Saya butuh uang untuk pengobatan saya, untuk membantu saya tetap tumbuh. Barcelona satu-satunya klub yang menawarkan bantuan itu,” kenang Messi dalam Lionel Messi: An Unauthorized Biography.

Baca juga: Para Sepakbola Bintang yang Disanjung Standing Ovation

Lionel Messi (kedua di barisan kiri bawah) saat masih berusia lima tahun di tim Grandoli dan saat Messi (kanan) menimba ilmu di La Masia (Foto: Repro "Lionel Messi"/Youtube FC Barcelona)

Trial Messi pada September 2000 itu berjalan sukses. Bahkan meski beberapa rekannya di jajaran direksi masih meragukan umur dan status non-Eropa Messi, Rexach bersikukuh. Adanya ultimatum dari ayah Messi yang menuntut Barcelona memberi kepastian paling lambat 14 Desember 2000, membuat Rexach buru-buru menemui Messi di Restoran Minguella and Gaggioli hari itu juga. Rexach segera menawarkan Messi kontrak di sehelai kertas serbet gegara tak sempat membawa kertas kontrak resmi. Awal tahun 2001 itu pun Messi resmi pindah ke Barcelona.

Baca juga: Pemain Tunadaksa Penentu Juara Piala Dunia

Namun persoalan tak berhenti di situ. Kontrak yang ditandatangani pihak Barcelona dan Messi masih sekadar kontrak individu. Dokumen transfer dari Newell’s ke Barcelona masih terkendala. Akibatnya Messi jarang bisa tampil di tim muda Barcelona.

“Selain masalah dokumen, Messi juga sempat cedera. Ayahnya menyarankan Messi untuk pulang, namun Lionel bertahan; di balik sifat malu-malunya, dia punya mental baja,” sebut kolumnis Independent dalam tajuknya yang dimuat 11 Juli 2014, “Lionel Messi: The World at His Feet”.

Keputusan Messi benar. Begitu urusan dokumennya rampung, Messi langsung melesat dari akademi La Masia di tim Cadete, Juvenil A, Juvenil B, Barcelona C, Barcelona B, hingga menembus tim utama Barcelona.

Tepat di usia 16 tahun empat bulan dan 23 hari, Messi melakoni debutnya di La Liga, kontra Espanyol, 16 Oktober 2004. Ia dimasukkan entrenador (pelatih) Frank Rijkaard di menit ke-82 menggantikan Deco Souza. Momen ini menjadi gerbang bagi Messi untuk terus melahirkan prestasi demi prestasi, mulai dari koleksi golnya yang mencapai 461 (per November 2019) hingga sederet gelar lokal, regional, maupun internasional. Messi bahkan sering diminta menjadi duta UNICEF.

Baca juga: Argentina dan Trofi yang Dirindukan

Oleh karena besarnya jasa dan kepercayaan Barcelona kepadanya, hingga kini kesetiaan Messi pada klub tetap besar. Dia mungkin akan menghabiskan kariernya di klub yang telah membesarkan namanya itu.

“Saya membuat pengorbanan yang besar saat meninggalkan Argentina, meninggalkan keluarga untuk memulai hidup yang baru. Namun semua yang saya lakukan adalah untuk menggapai impian saya. Itu alasannya kenapa saya tak gemar berpesta atau hal-hal buruk lainnya,” tandas Messi.

TAG

argentina sepakbola barcelona

ARTIKEL TERKAIT

Mula Finalissima, Adu Kuat Jawara Copa América dan Piala Eropa Persija Kontra Salzburg di Lapangan Ikada Sebelas Ayah dan Anak di Piala Eropa (Bagian II – Habis) Cerita di Balik Kedatangan Pele ke Indonesia Sebelas Ayah dan Anak di Piala Eropa (Bagian I) Luka Lama Konflik Balkan di Gelanggang Sepakbola Eropa Ketika Pele Dimaki Suporter Indonesia Pele Datang ke Indonesia Aneka Maskot Copa América (Bagian II – Habis) Aneka Maskot Copa América (Bagian I)