Masuk Daftar
My Getplus

Lima Gebrakan Revolusioner Wenger

Lebih dari dua dekade Arsene Wenger berkiprah di Inggris. Warisannya masih jadi inspirasi hingga kini.

Oleh: Randy Wirayudha | 19 Mei 2018
Arsene Wenger resmi meninggalkan Arsenal pasca-mengabdi 22 tahun sebagai pelatih (Foto: arsenal.com)

DIPUJA dan dihujat. Dua hal itulah yang selang-seling diterima Arsene Wenger sepanjang 22 tahun mengasuh klub London utara Arsenal FC. Sanjungan setinggi langit menghampirinya kala dia membawa The Gunners dua kali menyabet double winners –raihan trofi Premier League dan FA Cup– pada musim 1997/1998 dan 2001/2002. Pujian kian deras kala Arsenal menutup musim 2003/2004, tim ini mengukir rekor tak terkalahkan sepanjang musim, mengulang Preston North End 115 tahun sebelumnya.

Namun, cercaan dan makian langsung menghampiri Wenger begitu prestasinya jeblok. “Wenger Out!” kata slogan yang pernah diusung fans Arsenal saat performa tim itu buruk. Belakangan, terutama pada 2017, tekanan terhadapnya untuk menyudahi masa bakti di Emirates Stadium kian intens. Sejumlah kelompok fans menginginkan pergantian rezim Wenger.

Les Professeur (sang professor), julukan yang diberikan media Inggris pada Wenger yang tak pernah berhenti menggali pelajaran sepakbola modern, resmi meninggalkan Arsenal pada 13 Mei 2018. Kepergiannya tak hanya meninggalkan kenangan manis buat fans Arsenal, dia meninggalkan banyak hal berharga buah inovasinya kepada sepakbola Inggris. Apa saja warisan revolusioner Wenger yang dikenang?

Advertising
Advertising

Diet Pemain

Urusan nutrisi jadi satu dari sekian pekerjaan rumah (PR) pertama Arsene Wenger kala datang ke Arsenal, 1996. Wenger merombak asupan makanan para pemainnya, tak ada lagi santapan utama macam steak atau camilan cokelat Mars di kamp latihan. Wenger menggantinya dengan beragam makanan sehat seperti wortel mentah dan seledri, brokoli, ikan atau ayam rebus, hingga kentang tumbuk. “Menurut saya di Inggris makanan mereka terlalu banyak mengandung gula, daging dan justru kurang sayuran. Padahal gaya hidup kita berkaitan erat dengan kesehatan,” ungkap Wenger di Evening Standard, 18 Oktober 1998.

Wenger “belajar” soal nutrisi dengan diet ketat sejak menukangi klub Jepang Nagoya Grampus Eight. Dia kagum pada gaya hidup orang Jepang yang menjaga kesehatan dengan makanan-makanan rebusan.

Soal alkohol, Wenger tak serta-merta melarang, Namun, hampir setiap waktu dia mengingatkan alhokol bakal merusak otot dan metabolismenya.

Perombakan Metode Latihan

Penerapan diet dan penggantian asupan makanan pemain Arsenal oleh Wenger bertujuan agar kondisi para pemain lebih segar untuk bisa mengikuti arahan-arahannya dalam latihan. Tony Adams cs. tak lagi diarahkan dengan sesi-sesi latihan fisik monoton yang banyak berlari. Wenger menerapkan sesi latihan pendek variatif dan enerjik serta selalu bersentuhan dengan bola. Sesi stretching pun selalu dengan bola. Semua sesi latihan diawasi ketat oleh Wenger yang nyaris tak pernah melepas stopwatch-nya.

“Saya menyukainya. Latihan sesi pendek, tajam dan intens. Sebelumnya, kami selalu berlari dan digenjot fisik. Tapi bersama Arsene latihan lebih variatif. Seperti sesi pergerakan tim, mengolah bola. Dia ingin semua pemain bergerak bersama, menciptakan banyak opsi pada permainan,” kenang eks-bek Arsenal Nigel Winterburn, dikutip John Cross dalam Arsene Wenger: The Inside Story of Arsenal under Wenger.

Hasil dari pola latihan ala Wenger sangat terlihat di lapangan, permainan Arsenal yang  membosankan berubah jadi permainan cantik. Klub-klub lain pun mengadaptasi metodenya.

Filosofi Permainan Atraktif

Begitu bergabung, Wenger mengganti gaya permainan bertahan Arsenal yang dibentuk pelatih George Graham dengan permainan ofensif cepat dari kedua sayap. Seringkali, bek sayap ikut membantu serangan. Meski tak jarang membuka ruang pertahanan untuk dimanfaatkan musuh, pola penguasaan bola menjadikan permainan Arsenal lebih sedap dipandang. The Gunners tak lagi dicibir banyak orang sebagai tim yang membosankan.

Filosofi permainan begini membuat Wenger berhasil menorehkan rekor 49 pertandingan berturut-turut tanpa kekalahan sejak Mei 2003-Oktober 2004. Rekor ini mematahkan rekor 42 laga tanpa pernah kalah Nottingham Forest pada November 1977-November 1978. “Terdapat filosofi, gaya bermain, dan kultur terkait bagaimana Anda ingin menerapkan permainan. Penting untuk klub terus berkembang dan buat saya, kebanggaan terbesar setiap pelatih adalah keyakinan terhadap ambisi positif dan filosofi,” cetus Wenger dikutip Ted Richards dalam Soccer and Philosophy.

“Wenger membangun tim terbaik yang pernah saya hadapi. Tim 1998 mereka luar biasa. Pujian terbesar karena filosofi Wenger membuat kami mengubah cara bermain untuk menghadapi mereka,” puji mantan bek Manchester United Gary Neville dalam akun Twitter @GNev2 pada 20 April 2018.

Membuka Gerbang Pemain dan Pelatih Asing

Untuk mengembangkan gaya bermain atraktif Arsenal, Wenger butuh pemain asing yang karakternya berbeda dari pemain Inggris. Dia mendatangkan Marc Overmars dari Belanda hingga para kompatriotnya dari Prancis: Emmanuel Petit, Nicolas Anelka, dan Thierry Henry. “Petit dan Overmars merupakan pembelian penting. Melihat mereka beradaptasi dengan gaya di Inggris sangat menarik,” ujar Wenger, dikutip Amy Lawrence dalam The Wenger Revolution.

Wenger tak alergi menurunkan 11 pemain utama dengan mayoritas pemain asing. Pada 2005 saat meladeni Crystal Palace, Wenger menurunkan tim tanpa satu pun asli Inggris: enam Prancis, tiga Spanyol, dua Belanda serta masing-masing satu pemain Jerman, Pantai Gading, Kamerun, Brasil, dan Swiss. Menengok bagaimana suksesnya Wenger, klub-klub lain tak segan merekrut lebih banyak pemain asing untuk dijadikan punggawa utama.

Sukses Wenger juga berdampak pada membanjirnya pelatih non-Inggris. Saat kedatangan Wenger, di kasta teratas Liga Inggris hanya ada satu pelatih asing, Ruud Gullit yang menakhodai Chelsea. Kini (musim 2017/2018), 13 dari 20 klub ditangani pelatih asing. Timnas Inggris kena imbas tak alergi menyewa pelatih asing: Sven-Goran Eriksson (2001-2006) dan Fabio Capello (2008-2012).

Pemoles Calon Bintang

Beda dari rival-rivalnya, Wenger enggan belanja pemain berlebihan. Wenger justru dikenal sebagai pemoles pemain muda berprospek cerah menjadi bintang. Sebut saja Patrick Vieira, Freddie Ljungberg, Anelka, Henry, Robin van Persie, Ashley Cole, Cesc Fabregas, hingga generasi Jack Wilshere dan Ainsley Maitland-Niles. Ada yang diasah dari akademi, ada pula yang dibeli dari klub lain dengan harga murah. Saat dijual, harga mereka amat menguntungkan manajemen klub.

Sir Alex Ferguson sudah lebih dulu memoles generasi Manchester United 1992 memang, namun Wenger lebih memberdayakan pemain muda non-Inggris. Inspirasi ini bertahan sampai sekarang. Hampir semua akademi tim-tim Liga Inggris ikut mengembangkan para pemain muda asing.

Baca juga: 

Wenger dan Lima Pelatih Terawet Sejagat
Habis Konflik Terbitlah Respek
Kala Arsenal Tak Berdaya di Surabaya

TAG

Sepakbola Arsene Wenger Arsenal

ARTIKEL TERKAIT

Cerita dari Stadion Kridosono (Bagian II – Habis) Cerita dari Stadion Kridosono (Bagian I) Pengungsi Basque yang Memetik Bintang di Negeri Tirai Besi Riwayat NEC Nijmegen yang Menembus Imej Semenjana Geliat Tim Naga di Panggung Sepakbola Mula Bahrain Mengenal Sepakbola Enam Momen Pemain jadi Kiper Dadakan Memori Manis Johan Neeskens Kenapa Australia Menyebutnya Soccer ketimbang Football? Kakak dan Adik Beda Timnas di Sepakbola Dunia