Masuk Daftar
My Getplus

Khabib Nurmagomedov Sang Elang Dagestan

Ditempa lingkungan alam keras plus didikan ala militer sang ayah, karakter baja Khabib Nurmagomedov dibentuk hingga menjadi juara UFC.

Oleh: Randy Wirayudha | 27 Okt 2020
Khabib Abdulmanapovich Nurmagomedov yang emosional setelah memenangi pertarungan terakhirnya melawan Justin Gaethje (Twitter @ufc)

KALA pertarungan di ronde kedua masih berjalan sengit di menit pertama lewat 34 detik, Khabib Nurmagomedov memanfaatkan secuil peluang. Dia langsung mengeluarkan kuncian triangle choke terhadap lawannya, Justin Gaethje.

Justin mati kutu. Upayanya meloloskan diri gagal hingga tubuhnya yang melemah memaksanya tapping dan wasit menghentikan pertarungan.

Seketika, Khabib pecah tangisnya. Seraya bersujud, air matanya mengalir deras membasahi kanvas ring oktagon UFC (Ultimate Fighting Championship) 254 yang digelar di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Sabtu (24/10/2020). Saking emosionalnya, Khabib harus dibantu untuk bangkit oleh lawannya yang bertindak sportif.

Advertising
Advertising

“Alhamdulillah, Tuhan memberikan segalanya pada saya. Hari ini saya ingin mengatakan bahwa inilah pertarungan terakhir saya. Mustahil saya bisa bertarung lagi tanpa ayah saya. Saya telah berjanji pada ibu saya bahwa ini yang terakhir dan saya akan menepatinya,” ungkap Khabib dalam wawancaranya usai pertarungan, dikutip Sky Sports, Minggu (25/10/2020).

Baca juga: Menanti Reuni Tyson vs Holyfield

Khabib mengalahkan Gaethje lewat kuncian triangle choke di ronde kedua. (Instagram @ufc).

Pertarungan itu jadi pertarungan ke-13 petarung berjuluk “Sang Elang” itu dalam rangka mempertahankan gelar dunia UFC kelas ringan. Sepanjang kariernya di ajang beladiri campuran terkondang itu, tak pernah sekali pun Khabib kalah dari 29 laga. Petarung Rusia pertama yang berlaga di UFC era baru sejak 2012 itu telah mencatat beragam sejarah sepanjang sepakterjangnya. Yang terpenting adalah status incumbent juara kelas ringan terlama (931 hari).

Walau usianya terbilang muda, janji pada ibunya itu membuatnya mesti pensiun di usia 32 tahun. Ketiadaan Abdulmanap Magomedovich Nurmagomedov, ayahnya yang wafat pada 3 Juli 2020 di usia 57 tahun setelah tertular COVID-19,  jadi faktor utama pensiunnya Khabib. Banyak yang menyayangkan keputusan itu. Salah satunya, Connor McGregor, rival kontroversial Khabib.

McGregor kerap menghina keyakinan dan ayah Khabib sebelum duel keduanya pada 6 Oktober 2018. Kearoganan McGregor dibungkam Khabib dengan kemenangan lewat kuncian neck crank pada ronde keempat.

“Pertarungan yang bagus @TeamKhabib. Saya akan meneruskan pertarungan (di UFC). Salam hormat dan salam duka untuk ayah Anda, juga kepada Anda dan keluarga. Dengan tulus. The McGregors,” kicau McGregor di akun Twitter-nya, @TheNotoriousMMA, Minggu (25/10/2020).

Keluarga Petarung di Wilayah Konflik

Lahir di Sildi, Republik Dagestan, Uni Soviet (kini Rusia) pada 20 September 1988, Khabib mewarisi sifat petarung keluarga besarnya. Mayoritas keluarga besarnya merupakan praktisi beladiri gulat bebas, judo, dan SAMBO. Termasuk pamannya dan sang ayah, Abdulmanap.

“Ayah saya pernah memenangkan kejuaraan gulat bebas dan SAMBO di Ukraina. Dia punya banyak pengalaman dalam olahraga. Adiknya, Nurmagomed Nurmagomedov, adalah juara dunia SAMBO 1992. Paman dari pihak ibu saya juga praktisi yang ahli dalam gulat bebas. Jadi saya tak punya banyak pilihan,” tutur Khabib kala diwawancara Boris Krivin yang dimuat dalam Sport-Express, 2 Desember 2015.

Baca juga: Tinju Kiri Ali di Jakarta

Khabib, anak kedua Abdulmanap, mulai bersentuhan dengan beladiri sejak usia dini karena sering melihat ayahnya melatih beladiri anak-anak sekitar. Semenjak bisa berlari-lari dan mulai paham dengan kegiatan olahraga yang digeluti ayahnya, Khabib seketika itu juga mulai menaruh minatnya.

“Khabib memulai langkah pertamanya di matras gulat sejak usia dua tahun. Dia mulai bisa mengikuti sedikit-sedikit latihan gulat. Awalnya tidak ada yang mengajarkannya. Dia memahaminya dengan melihat anak-anak yang saya latih. Mulanya juga semua orang menertawakannya, namun akhirnya beginilah yang terjadi (Khabib juara dunia),” ungkap Abdulmanap dalam wawancaranya dengan All Boxing, 14 April 2015.

Abdulmanap Magomedovich Nurmagomedov wafat pada 3 Juli 2020 setelah tertular Covid-19. (Instagram @khabib_nurmagomedov).

Sang Elang Melawan Beruang

Hidup di lingkungan pegunungan yang keras secara alamiah membentuk karakter bermental baja Khabib. Pembentukan karakter itu makin nyata dengan tambahan didikan sang ayah dalam kesehariannya.

“Kenapa kami punya para petarung terbaik di dunia? Karena tempat kami hidup dahulu kala juga ditinggali para petarung. Bangsa kami bertarung sepanjang hidup mereka dan itu sudah ada dalam darah kami. Ayah saya membuat saya berlatih di pagi dan petang hari. Hidup kami seperti tentara. Kondisinya Spartan. Ayah saya selalu menciptakan kompetisi agar saya bisa lebih tangguh,” aku Khabib sebagaimana disitat matchtv.ru, 21 Juli 2016.

“Saat saya bilang tak ingin belajar, ayah pasti menghukum saya. Dia menjelaskan dengan lidahnya. Saat penjelasannya tak bisa dimengerti – dengan tinjunya. Jika saya tak dihukum, saya akan jadi seorang perundung. Jika saya dihukum, memang berarti saya pantas mendapatkannya,” imbuhnya.

Baca juga: Bergulat dengan Sejarah Sumo

Khabib (kiri) saat berusia delapan tahun pada 1996 sudah mulai menekuni gulat bebas. (Instagram @khabib_nurmagomedov).

Di usia sembilan, Khabib mulai dilatih lebih serius oleh ayahnya. Tak hanya dasar-dasar gulat bebas, Khabib juga dilatih berenang di sungai es, hingga bertarung melawan anak beruang. Dalam sebuah video bertanggal 23 September 1997 yang beredar di media sosial, tampak sang ayah memegang rantai yang mengikat leher seekor anak beruang sembari memerintahkan Khabib untuk bergulat melawannya.

“Pertama-tama, seorang ayah harus selalu memastikan sejauh mana kemampuan putranya. Memang disayangkan tidak ada pertarungan yang lebih menarik dari masa dia masih muda (melawan beruang, red.). Pada akhirnya, pertarungan itu lebih kepada ujian karakter ketimbang latihan,” terang Abdulmanap.

Baca juga: Presiden Jago Tinju, Gulat Hingga Jiu-Jitsu

Namun, tak mudah bagi keluarga Khabib hidup di wilayah konflik. Dagestan sejak 1980-an mulai tersemai bibit konflik setelah masuknya aliran Wahabi, aliran radikal Islam Sunni, yang dipimpin militan Chechen Shamil Basaev. Kelompok tersebut menggalang gerakan di antara masyarakat Sunni Dagestan dengan mendeklarasikan Jamaah Islamiyah Dagestan.

Konflik pun berujung pada pecahnya Perang Dagestan, 7 Agustus-14 September 1999. Meski perang besarnya hanya terjadi sebulan, perang gerilya terus berlangsung hingga 2016. Abdulmanap enggan angkat senjata lagi meski seorang veteran, sebab di rumahnya tinggal istri dan ketiga anaknya serta selusin keponakannya.

Khabib bak menggelar "rematch" dengan seekor beruang pada 2015 mengenang masa-masa kecilnya. (Instagram @khabib_nurmagomedov).

Hampir setiap hari selama sebulan peperangan, keluarga Khabib hidup dalam ketakutan. Di lingkungan tempat tinggalnya di Kirovaul, semua warga mendukung pihak Rusia dan Republik Dagestan untuk mengusir para pemberontak Chechen.

“Era 1990-an jadi dekade yang berat untuk negeri kami. Peperangan terjadi kurang dari 20 kilometer dari tempat tinggal kami,” kenang Abdulmanap, dikutip Karim Zidan dalam "Dagestani Dynasty: How Fighting Became the Nurmagomedov Family Business" yang dimuat dalam buku Best Canadian Sports Writing.

Baca juga: Aroma Dendam Konflik Balkan

Tak lama setelah perang usai kala Khabib berusia 12 tahun, Abdulmanap memutuskan untuk pindah dari Kirovaul ke Makhachkala, ibukota Republik Dagestan. Empat tahun berselang, Khabib diajari judo. Kala berusia 17 tahun, Khabib menekuni SAMBO di Sekolah Beladiri Manapov yang didirikan ayahnya.

Sejak saat itu, bak elang, Khabib mulai melebarkan sayapnya ke berbagai kompetisi gulat, judo, maupun SAMBO di bawah asuhan sang ayah. Debut profesionalnya dilakoni di ajang turnamen MMA (mixed martial arts/beladiri campuran) CFSU: Champions League di kelas ringan. Ia langsung menang lewat kuncian triangle choke di ronde pertama kontra Vusal Bayramov di Poltava, Ukraina, 13 September 2008.

Khabib di masa muda sudah selalu dalam bimbingan sang ayah. (Instagram @khabib_nurmagomedov).

Setahun berselang, kiprahnya makin berkibar. Medali emas Kejuaraan Nasional SAMBO Rusia 2009 pun disabetnya. Juga dua kali berturut-turut Khabib meraih medali emas di Kejuaraan Dunia SAMBO (2009 dan 2010) mewakili Rusia.

Selain di ajang CFSU, pada 2009 Khabib mendaki tangga kariernya di Tsumada Fighting Championship, M-1 Challenge: 2009, M-1 Selection Ukraine 2010, hingga ProFC/GM Fight 2011.

Baca juga: SAMBO, Seni Beladiri dari Negeri Tirai Besi

Selepas meneken kontrak pertamanya dengan UFC pada 2011, Khabib melakoni debutnya pada 20 Januari 2012 dengan mengalahkan Kamal Shalorus lewat kuncian rear-naked choke di Nashville, Amerika Serikat. Meski begitu, butuh enam tahun bagi Khabib untuk dapat melingkari pinggangnya dengan sabuk juara dunia UFC kelas ringan. Tepatnya pada 7 April 2018 lewat kemenangan angka setelah melalui pertarungan sengit lima ronde kontra Al Iaquinta.

Khabib pernah bikin heboh ketika ia melompat pagar ring oktagon dan menyerang tim lawan usai mengalahkan Conor McGregor lewat kucian neck crank di Las Vegas, Amerika, 6 Oktober 2018.

Laga kontroversial Khabib vs McGregor pada 2018 yang berujung kericuhan. (Twitter @TeamKhabib).

Aksi Khabib tak lepas dari luapan emosinya yang dipicu hinaan McGregor. Bahkan, jelang pertarungan itu McGregor berulangkali melayangkan hinaan kepada Khabib maupun agamanya, serta menghina sang ayah dan istri Khabib. Orang-orang di tim McGregor menambah panas dengan menghancurkan bus tim Khabib.

Walau kemenangannya tak dianulir dan gelar kelas ringan UFC tetap jadi miliknya, Khabib dijatuhi hukuman denda USD500 ribu dan sanksi larangan bertarung selama sembilan bulan dari Nevada State Athletic Commission. Sementara, McGregor hanya didenda USD50 ribu dan sanksi larangan bertarung enam bulan.

Baca juga: Jalan Berliku Judoka Krisna Bayu

“Saya hanya seorang manusia dan saya tak tahu mengapa orang-orang hanya membicarakan aksi saya melompat pagar. Bagaimana dengan dia (McGregor) yang bicara tentang keluarga saya, agama saya, dan menyerang bus saya?” cetus Khabib, dikutip Independent, 7 Oktober 2018.

“UFC adalah olahraga yang terhormat, bukan olahraga untuk omongan yang menghina. Anda tak bisa menghina agama. Saya tahu ayah akan memukul saja saat pulang nanti. Tapi (Presiden Rusia, Vladimir) Putin sudah menelepon saya dan dia bilang bangga pada saya,” tandasnya.

TAG

sambo rusia bela diri

ARTIKEL TERKAIT

Warisan Persahabatan Indonesia-Uni Soviet di Rawamangun Mengenal Tang Soo Do dari Cobra Kai Nafsu Berahi Merongrong Kamerad Stalin (Bagian I) Roket Rusia-Amerika Menembus Bintang-Bintang Strategi Napoleon di Balik Kabut Austerlitz Waktu Punya Tupolev, Angkatan Udara Indonesia Kuat Getirnya Tragedi di Stadion Luzhniki Mengenal Lebih Dekat Beladiri Kurash Di Balik Warna Merah dan Istilah Kiri Arena Sejarah Kun Khmer "Kembaran" Muay Thai