SEDARI zaman kuda gigit besi, Persib Bandung nyaris tak pernah absen melahirkan bintang yang turut menjadi tulang punggung tim nasional (timnas) Indonesia. Bila di barisan depan Persib pernah menyumbang Adjat Sudrajat dan di barisan belakang ada Robby Darwis, di sektor tengahPersib punya Yusuf Bachtiar. Gelandang inilah yang jadi idola Yaris Riyadi, bintang Persib era 2000-an.
Sejak kecil, Yaris amat mengagumi Yusuf. “Sejak lama ada cita-cita pingin main sama Kang Yusuf,” kata Yaris kepada Historia.
Mimpi bermain bareng idola itu terus menyemangati Yaris menempa diri di lapangan hijau. Yaris kecil menimba ilmu di sekolah sepakbola UNI (Uitspanning Na Inspanning). Turnamen demi turnamen diikutinya bersama UNI.
Prestasi gelandang lincah itu terus meningkat. Pada 1995, dia direkrut Persib. Di musim pertamanya, Yaris langsung ikut membawa Persib menjuarai Liga Indonesia II.
Yang membuatnya tak kalah senang, Yaris bisa main bareng Yusuf Bachtiar. “Bangga bisa sempat main bareng. Dia yang memberi wejangan, bahkan sebelum Yaris masuk Persib. Sepanjang karier, dia sering kasih nasihat, jangan sampai patah semangat karena saingannya di gelandang (di Persib dan timnas) banyak sekali,” tandasnya.
Seiring waktu berlalu, pemain yang dijuluki “Si Ucing” (kucing) karena kelincahannya itu kian matang. Aksi-aksi ciamik dan konsistensinya membuat pelatih timnas Nandar Iskandar kepincut lalu memasukkan nama Yaris ke skuad timnas untuk Piala Kemerdekaan 2000.
“Bangga luar biasa ya bisa dipanggil timnas. Saking bangganya saya sering menangis saat nyanyi lagu Indonesia Raya. Ya karena persaingannya (untuk masuk timnas) itu kan dari seluruh Indonesia dan waktu itu sudah cukup lama juga enggak ada pemain dari Persib di timnas,” imbuh Yaris.
Masuknya Yaris mengakhiri kevakuman Persib menyumbang pemain untuk timnas sejak pensiunnya Robby Darwis usai SEA Games 1997. Yaris bersama Imam Riyadi menyambung tradisi itu tahun 2000. “Alhamdulillah sedari tahun 2000 sampai 2005 di timnas. Tentu bangga sekali karena setiap pemain kan mimpinya ke sana ya (membela timnas),” tutur Yaris.
Sebagaimana dengan Persib, Yaris menuai sukses di debutnya dengan timnas. Indonesia berhasil menjuarai Piala Kemerdekaan 2000.
Pahit
Gelar juara di Piala Kemerdekaan itu sayangnya jadi satu-satunya prestasi termanis Yaris bersama timnas. Di Piala Asia 2000, Piala Tiger (kini Piala AFF) 2000 dan 2002 timnas gagal juara. Kekalahan-kekalahan itu jadi pengalaman tersendiri bagi Yaris. Terlebih, kekalahan di final Piala Tiger 2002, menjadi pengalaman terpahit baginya.
Di partai puncak dengan dukungan sekira 100 ribu suporter di Stadion Gelora Bung Karno, 29 Desember 2002 itu, Yaris sempat mendongkrak asa Indonesia yang tertinggal dua gol dari Thailand. Di menit 46, Yaris menyumbang satu gol. Gol Gendut Doni kemudian memperpanjang nafas Indonesia hingga adu penalti. Sayang, Indonesia akhirnya kalah 2-4.“Sedih bukan main. Apalagi Yaris juga sempat bikin gol,” ujar Yaris mengenang.
Di klub, Yaris dan rekan-rekannya juga terpukul ketika Persib gagal lolos ke semifinal Liga Indonesia 2001. Mereka kalah 0-1 dari Persebaya Surabaya di laga terakhir Grup A babak 8 besar di Medan.
“Padahal kalau seri saja, kita masuk semifinal. Saya juga baru berapa menit main, sudah harus ditandu keluar (karena cedera). Waktu itu dihajar (dilanggar) sama Mursyid Effendi. Saya membelakangi lawan, bola belum datang, saya sudah dihajar. Ya kecewa karena enggak bisa kasih yang terbaik. Tapi memang saya sudah enggak tahan. Biasanya kalau enggak sakit-sakit banget, saya maksain,” sambungnya.
Itu jadi musim terakhir Yaris bisa tampil bareng idolanya. Yusuf Bachtiar pensiun setelah musim itu selesai. Yaris sendiri setelah berseragam Persib merantau ke Pelita Krakatau Steel, Persikab Bandung, PSIS Semarang, Bandung FC,dan terakhir di PSGC Ciamis.
Baca juga:
Robby Darwis yang Legendaris
Ketika Robby Dikerjai Malaysia
Gaung Maung di Pentas Sejarah
Maung Bandung Tersandung