KENDATI harus menyaksikan timnya kalah 1-2 dari tuan rumah, kunjungan terakhir Arsene Wenger sebagai pelatih ke Old Trafford (markas Manchester United/MU) pada Minggu (29/4/2018) malam memberi kebanggaan tersendiri dalam dirinya. Jelang kick off, pelatih yang di akhir musim ini akan pensiun itu mendapat hadiah trofi perak dari Sir Alex Ferguson, mantan pelatih MU yang menjadi seteru utama Wenger sejak lama.
Laiknya Deklarasi Panmunjom (27 April 2018) yang mengakhiri Perang Korea, trofi perak itu menandai perdamaian antara dua pelatih yang dihormati di dunia persepakbolaan itu. Rivalitas Wenger-Ferguson (pernah) begitu sengit dan jadi bumbu tersendiri dalam kepopuleran Liga Inggris.
Dari Negeri Sakura Dipandang Sebelah Mata
Wenger mulai mengasuh Arsenal pada Oktober 1996 menggantikan Bruce Rioch. Sebelumnya, Les Professeur menukangi klub Jepang Nagoya Grampus Eight. Oleh karena itu, Ferguson selaku “penguasa” Liga Inggris saat itu, dengan pasukan “Setan Merah”-nya, nyinyir terhadap perekrutan Wenger oleh Arsenal.
“Mereka bilang dia orang cerdas, kan? Bisa bicara lima bahasa? Kami punya seorang bocah 15 tahun dari Pantai Gading yang bisa bicara lima bahasa,” kata Fergie, sapaan Ferguson, dalam biografinya, Fergie: The Greatest.
Wenger tak membalas lantaran masih “anak bawang”. Dia baru berani melontarkan celetukan yang bikin panas kuping Fergie, terkait kebijakan otoritas liga yang menguntungkan MU, pada April 1997. “Tindakan (otoritas) Liga memperpanjang program (jadwal) yang menguntungkan Man United, di mana mereka bisa istirahat dan memenangkan segalanya adalah tindakan yang salah,” kata Wenger.
Fergie yang sewot pun membalas. “Tahu apa Wenger tentang sepakbola Inggris? Dia baru sekarang ada di klub besar – well, setidaknya Arsenal pernah jadi klub besar. Mestinya dia tutup mulut. Dia kan pemula dan harusnya bicara tentang sepakbola Jepang saja!”
Dalam kesempatan lain, Fergie juga mengomentari ketidaksukaan Wenger pada alkohol –sejak datang ke Arsenal, Wenger melarang para pemainnya menenggak alkohol. “Dia tak pernah datang untuk minum (anggur) setelah pertandingan. Dia satu-satunya pelatih Liga Inggris yang begitu. Padahal bagus untuknya jika dia mau menerima tradisi semacam ini,” sindir Fergie.
Wenger berkilah, dalam pekerjaannya bukan jadi tugas utamanya untuk jadi pribadi yang terbuka dan berteman dekat dengan pelatih tim lain. “Kebanyakan saya menolak (ajakan minum anggur). Apa yang nantinya jadi pembicaraan kalau kami menang? Dan jika kami kalah, saya hanya ingin pulang dan mempersiapkan pertandingan berikutnya,” tutur Wenger dalam sebuah wawancara dengan jurnalis Daily Mail, Martin Samuel, 14 Agustus 2009.
Insiden Pizza-gate hingga Perdamaian
Konflik Wenger-Fergie tak semata perang kata-kata. Insiden “Pizza-gate” atau yang oleh media Inggris dijuluki “The Battle of the Buffet” pada medio Oktober 2004 menjadi buktinya.
Insiden itu terjadi usai Arsenal kalah 0-2 dari MU di Old Trafford. Di lorong ganti pemain, keributan terjadi antara para staf dan pemain kedua tim. Saat tensi memuncak, sebuah pizza terlempar ke wajah Fergie. Belakangan, dalam wawancara dengan Sky Sports pada 5 Oktober 2017, gelandang Arsenal Fransesc Fabregas mengakui lemparan pizza itu merupakan perbuatannya.
Pengakuan dosa Fabregas jelas telat. Fergie marah besar pada Wenger karena tak bisa mengendalikan emosi para pemainnya. “Sungguh memalukan. Namun saya tak berharap Wenger meminta maaf. Dia bukan tipe orang seperti itu,” ketus Fergie.
Wenger, yang tak mengetahui pelaku sebenarnya, menganggap insiden itu tak pernah terjadi. Dia bahkan menganggapnya rekaan Fergie untuk mengompori situasi.
Konfrontasi Wenger-Fergie bikin gerah pejabat pemerintah. Menteri Olahraga Inggris Richard Caborn, Ketua FA (induk sepakbola Inggris) Geoff Thompson, Petinggi Liga Inggris Richard Scudamore, dan pihak kepolisian mulai turun tangan. Medio Januari 2005, dua perwakilan manajemen klub, David Dein dan David Gill, dipanggil.
Alhasil, Wenger dan Sir Alex dibatasi dalam melontarkan komentar. Keduanya hanya diizinkan melontarkan pernyataan sebatas analisa pasca-pertandingan. FA sendiri jadi mengawasi lebih ketat. “Kami punya tanggung jawab dan kami akan memastikan hasil pembicaraan itu ditaati,” tegas Thompson, dikutip BBC, 20 Januari 2005.
Langkah tersebut berhasil mengurangi frekuensi saling nyinyir keduanya. Dalam sebuah gala dinner Asosiasi Pelatih Liga Inggris pada 2008, keduanya bahkan berbeda dari sebelumnya saat bertemu. Menurut John Cross dalam Arsene Wenger: The Inside Story of Arsenal Under Wenger, dalam perhelatan itu nampak pemandangan langka berupa jabat tangan antara Wenger dan Fergie. Fergie bahkan beberapakali tertawa begitu mendengar lelucon Wenger ketika mereka mengobrol.
“Apakah sekarang kita bisa katakan bahwa kalian sudah akur dan saling menghormati?” tanya penyiar Richard Keys yang juga menghadiri gala itu pada Fergie, sebagaimana dikutip Cross. “Tentu saja – sampai di pertandingan berikutnya!” jawab Fergie.
Hubungan Wenger-Fergie perlahan membaik. Di Liga Champions, usai Arsenal kalah agregat 1-4 dalam laga home-away babak semifinal melawan MU, Wenger mengundang Fergie ke ruang ganti dan memberi selamat.
Hingga kini, keduanya sohib yang saling respek. Trofi perak hadiah Fergie untuk Wenger akhir pekan kemarin merupakan bukti. “Dipersembahkan untuk Arsene Wenger oleh Sir Alex Ferguson CBE dan Jose Mourinho (pelatih MU sekarang) atas nama Manchester United Football Club dan pencapaiannya di Arsenal Football Club 1996-2018,” demikian bunyi tulisan di trofi itu.
“Terimakasih atas apresiasi yang indah dari Manchester United. Ini kali pertama saya mendapat trofi sebelum pertandingan. Tindakan yang sangat berkelas. Kini saya sangat ingin minum anggur merah dengan Sir Alex. Dia selalu punya anggur yang enak,” tandas Wenger, dilansir Metro.co.uk, Minggu (29/4/2018).
Baca juga:
Wenger dan Lima Pelatih Terawet Sejagat
Kala Arsenal Tak Berdaya di Surabaya
Kiper Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Mesin Uang Bernama Beckham