SAAT menjalani perawatan untuk menyembuhkan luka-lukanya di sebuah klinik, Kopral Adolf Hitler (kelak merupakan diktator fasis Jerman-Nazi) kerap melihat sejumlah tawanan perang Inggris memainkan cricket di kamp. Hitler penasaran.
“Suatu hari dia (Hitler) mendatangi mereka (tahanan tentara Inggris) dan bertanya, apakah dia boleh menonton 11 orang bermain cricket. Mereka membolehkannya dan tentu saja turut dijelaskan pula aturan permainannya,” tulis Oliver Locker-Lampson, seorang veteran Perang Dunia I (PD I) dalam artikel bertajuk “Adolf Hitler As I Know Him” yang dimuat suratkabar Daily Mirror, 30 September 1930.
Artikel yang terpendam puluhan tahun itu terpublikasi kembali pada 2011 ketika dirilis John Simpson dalam bukunya, Unreliable Sources: How the 20th Century was Reported. Paparan Locker-Lampson itu mengungkap fakta bahwa ternyata Hitler sejak muda tak hanya hobi seni tapi juga meminati cricket.
Cricket merupakan permainan yang sudah eksis sejak akhir abad ke-16. Namun, sebagai olahraga, cricket baru punya aturan baku pada abad ke-17. Awalnya, hanya kalangan bangsawan yang memainkan cricket. Perjalanan waktu membuat pemain cricket kemudian datang dari beragam kelas dalam masyarakat.
Para prajurit Inggris di Perang Dunia I menyebarkan popularitas cricket. Dari merekalah Hitler mengenal olahraga yang memiliki aturan kompleks ini meski cricket, sebagaimana ditulis dalam situs resmi Asosiasi Cricket Jerman, sudah dimainkan masyarakat Jerman sejak 1850-an. Setelah pertemuan dan obrolannya dengan sejumlah tawanan Inggris yang kerap dilihatnya memainkan cricket, Hitler lalu mengumpulkan orang untuk membuat tim cricket sendiri.
Hitler langsung mengajukan pertandingan persahabatan kepada para tawanan Inggris itu dan diterima. Tak jelas siapa yang menang dalam pertandingan itu meski kuat dugaan tim Hitler keok.
Hitler Menazifikasi Cricket
Jauh setelah pertandingan persahabatan melawan tim tawanan Inggris, Hitler ketika berkuasa pernah menyatakan cricket bukan olahraga keras untuk ideologi fasisnya. Pun begitu minatnya terhadap cricket belum padam. Baginya, criket tetap bisa dijadikan salah satu olahraga untuk menggenjot ketangguhan serdadu Jerman.
Maka, lewat sebuah jamuan makan malam yang diatur Dubes Jerman untuk Inggris Joachim von Ribbentrop (kelak menteri Luar Negeri Jerman-Nazi), pada 1934 Hitler mengundang diplomat olahraga Inggris Charles Burgess Fry. Dalam pertemuan itu, Fry memaparkan bahwa cricket bisa menjadi jembatan hubungan baik antara Inggris dan Jerman. “Von Ribbentrop mengatakan cricket permainan yang terlalu rumit bagi orang Jerman. Fry tak setuju dan menyatakan bahwa dengan memberi waktu, mungkin mereka akan punya ‘W.G. Grace pirang’ (legenda cricket Inggris),” tulis Dan Waddell dalam Field of Shadows: The Remarkable True Story of the English Cricket Tour of Nazi Germany 1937.
Buntut dari pertemuan itu adalah lawatan tim cricket Inggris The Gentlemen of Worcestershire (TGW) ke Berlin pada Agustus 1937. Kedatangan mereka disambut meriah lantaran berbarengan dengan HUT ke-700 Kota Berlin. Mereka dijamu dengan layanan terbaik, termasuk diinapkan di hotel mewah Adlon Hotel.
Dalam tur melawan tiga tim cricket Jerman yang sudah diatur Menteri Olahraga Hans von Tschammer und Osten itu, TGW memenangi seluruh pertandingan. Sebelum melakoni masing-masing pertandingan, mereka berkenan ketika diminta melakukan Siegheil Hitler (salam Nazi). “Sepertinya mereka hanya ingin bersikap sopan. Mereka tak senang terlihat tidak sopan atau kurang ajar terhadap tuan rumah,” sambung Waddell.
Tak puas dipecundangi Inggris dalam cricket, Hitler memaksakan upayanya menazifikasi permainan itu. Hitler menulis ulang peraturan cricket yang dianggapnya kurang jantan dengan memadukan konsep Blitzkrieg (perang kilat). Maka, jadilah “Blitzcricket”.
“Dia antusias mempelajari aturan cricket lagi untuk bisa dipahami para prajuritnya. Dia mengubah beberapa poin aturan cricket agar lebih berkonsep serius dengan rasa Teutonik (budaya proto-Jermanik),” sambung Locker-Lampson.
Aturan yang dinazifikasi Hitler antara lain ukuran bola, yang diubah menjadi lebih besar dan lebih keras. Lalu, ditiadakannya penggunaan bantalan pelindung di bagian kaki pemain. Namun, cricket ala Hitler gagal populer lantaran sudah keburu pecah Perang Dunia II.