COMO 1907, klub Serie C Liga Italia, tengah jadi kabar hangat di tanah air. Kepemilikannya dikabarkan kini beralih ke genggaman grup usaha terkaya Indonesia, Djarum Group.
Mengutip Bolalob, 18 Oktober 2019, Como dibeli lewat anak perusahaan Djarum SENT Entertainment Ltd. yang berbasis di London, Inggris. Nilainya tak sampai 5 miliar rupiah.
“Istilahnya kami menebus di pegadaian. Per 1 Juli pemainnya bahkan tidak ada. Jadi, kami seperti mengambil aset tak terurus dan kami poles lagi,” ujar Mirwan Santoso, perwakilan Mola TV, perusahaan tv kabel yang juga milik Djarum.
Manajemen klub akan ditangani Michael Gandler, eks manajer marketing Inter Milan era Erick Thohir, sebagai kepanjangan tangan Djarum. Como 1907 nantinya akan dijadikan wadah untuk menempa tim Garuda Select, hasil kerjasama Djarum Super Soccer dan PSSI yang sudah start sejak enam bulan lewat.
Alkisah Klub Semenjana
Nama Como 1907 tentu kurang familiar bagi penggila bola tanah air,. Penyebabnya apa lagi kalau bukan karena klub berjuluk I Lariani itu jarang mentas di Serie A sebagai kompetisi teratas di Italia. Biasanya kalau nongol di Serie A, dalam semusim klub asal kota yang terkenal dengan Danau Como itu langsung terjengkang lagi ke kasta di bawahnya.
Pengecualian hanya terjadi ketika Como masuk Serie A pada 1949 dan bertahan hingga 1953. Prestasi Como juga paling ‘banter’ juara Serie B musim 1948-1949, 1979-1980, dan 2001-2002 plus juara Coppa Italia Serie C 1996-1997 dan Serie D 2007-2008.
Baca juga: Parma Bangkit dari Kubur
Namun terlepas dari catatan prestasinya, Como punya sejarah berdiri yang unik. Tidak seperti kota-kota besar Italia lain, kota Como mengenal sepakbola justru dari orang luar. Sebelum 1906, nyaris tidak ada warga Como yang mengenal permainan si kulit bundar.
Menengok laman klub, comofootball.com, sepakbola di kota itu diperkenalkan orang-orang Indian yang acap jadi tontonan Sirkus Buffalo Bill’s Wild West. Permainan itu lantas menarik perhatian para pemuda lokal hingga digelarlah pertandingan persahabatan di tepi Danau Como dengan diwasiti Kolonel William Cody si pemilik sirkus Amerika.
Charles Eldridge Griffin, manajer tur Eropa Sirkus Buffalo Bill (1859-1914), menyebutkan dalam Four Years in Europe with Buffalo Bill, rombongan sirkus itu berkemah di tepi Danau Como jelang penampilannya di kota itu pada 29 April 1906.
Como menjadi kota ke-28 dari 35 kota di Italia yang disinggahi sirkus itu dalam kurun 14 Maret-15 Mei 1906 dengan membawakan 20 pertunjukan. “Di antara 20 pertunjukannya antara lain: ‘The Life in the Far West’, ‘General Custer’s Last Battle’, ‘Cow-boys and their Entertainments’, serta ‘The Pony Express and its Riders’.”
Baca juga: AS Roma Darah Daging Fasisme Italia Menggebrak Eropa
Minat sang pemilik sirkus pada sepakbola tak lepas dari momen tur sirkusnya ke Glasgow, Skotlandia pada 1891. Di sela gelaran pertunjukannya, Cody sepat diundang ke sebuah pertandingan bola di Stadion Ibrox.
Selepas itu, tergeraklah para pemuda lokal untuk menseriusi sepakbola hingga akhirnya dirikanlah Società Calcio Como pada 25 Mei 1907 oleh sebuah komite pemuda yang biasa berkumpul di Bar Taroni. Pun begitu, mereka harus menanti hingga 1911 untuk punya homebase, Via dei Mille. Stadion kecil itu pembangunannya yang diongkosi pemerintah kota.
Dengan adanya stadion, syarat untuk masuk kompetisi di bawah naungan Federazione Italiana Giuoco Calcio, induk bola Italia, telah dipenuhi Como yang di tahun itu diperkuat para pemain dari klub pelajar Minerva.
Laga perdana resmi mereka di kompetisi amatir Promozione musim 1912-1913 berakhir gemilang. Di kandang sendiri Como menggilas Brescia 5-0. Namun di akhir musim, mereka hanya mampu bertengger di posisi lima. Nazionale Lombardia yang keluar sebagai juara.
Pada 1913, Como bertransformasi jadi klub yang lebih profesional. Kepengurusan dibenahi, hingga digelarnya rapat majelis umum klub pada 18 Juni 1914. Adalah Dr. Carlo Verga yang terpilih menjadi presiden klub pertamanya. Hasilnya, Como bisa berada di posisi dua Grup E kompetisi Prima Categoria musim 1914-1915, di bawah Inter Milan dan hendak maju ke semifinal.
Sayang, Perang Dunia I membuat kegiatan Como dibekukan sementara pada 1915. Depresi ekonomi yang muncul pada 1922 sebagai akibat dari Perang Dunia I mengakibatkan Como terpaksa di-merger dengan klub Esperia pada 1926. Nama klub pun berubah menjadi Associazione Calcio Comense.
Baca juga: Menang atau Mati! Ancaman Mussolini untuk Tim Azzurri
Berkah datang bagi Como lantaran untuk mengikuti musim 1927, diktator fasis Benito Mussolini memberinya kandang baru berkapasitas 13 ribu, Stadio Giuseppe Sinigaglia. Menyitat Luigi Cavadini dalam Il Razionalismo Lariano: Como 1926-1944, stadion itu diongkosi Mussolini dengan menggandeng arsitek Giovanni Greppi. Dibangun dalam kurun 1925-1927 dengan namanya diambil dari nama pahlawan olahraga (dayung) kelahiran Como, Giuseppe Sinigaglia, pemenang dua kali Kejuaraan Eropa (1911) yang tewas saat dikirim ke front pada Perang Dunia I pada 9 Agustus 1916.
Jatuh Bangun
Prestasi Como tetap masih berkubang di kasta ketiga dan kedua. Baru pada 1949 Como kembali menembus Serie A. Namun hingga melewati milenium ketiga, tak banyak kisah prestisius Como yang bisa dijadikan sorotan.
Kisah Como justru diwarnai dengan dua kali dinyatakan pailit. Pada Desember 2004, terjun bebasnya Como dari Serie A ke Serie B pada 2003 hingga terperosok lagi ke Serie C1 pada 2004 mengakibatkan goyangnya keuangan klub. Presiden klub, Enrico Preziosi, sampai turun jabatan dan Calcio Como S.p.A dilikuidasi.
Como baru bisa nongol lagi di Serie D pada 2005 dengan naungan baru, Como Calcio Srl yang dimiliki konsorsium S3C milik pengusaha tekstil Alessandro Tessuto. Ironisnya, pada 2017 Como terbelit masalah finansial sampai pailit lagi dan harus dilelang. Dari lelang tu, Como dibeli wanita asal Ghana Akosua Puni Essien yang merupakan istri bintang bola Michael Essien yang baru saja teken kontrak setahun dengan klub Indonesia Persib Bandung.
Baca juga: Gaung Maung Persib di Pentas Sejarah
“Sebuah kehormatan menjadi bagian dari klub yang telah berdiri selama 110 tahun,” sebut Puni di laman klub, dikutip Daily Mail, 16 Maret 2017. Puni membeli Como seharga 237 ribu euro, tidak termasuk pusat pelatihan dan brand Calcio Como.
Sayang, investasi Puni itu tak cukup bagi Como untuk kembali ke Serie C. Sementara, manajemen ditangani sementara oleh sebuah komite yang dipegang pemerintahan kota Como. Itu agar bisa tetap diakui FIGC meski harus memulai lagi dari Serie D.
Komite ini lantas menyeleksi para calon investor. Didapatlah Nicastro Group untuk memegang manajemen Como. Seiring berjalannya kompetisi di mana Como naik lagi ke Serie C, kepemilikan dilepas sampai akhirnya dibeli SENT Entertainment Ltd.