Masuk Daftar
My Getplus

Ada Apa dengan Ricky Yakob

Kisah di balik pencoretan nama seorang bintang sepakbola Indonesia dari timnas SEA Games 1991.

Oleh: Randy Wirayudha | 26 Jul 2017
Ricky Yakob (kanan) dalam SEA Games 1987 di Jakarta. (imgrum.org).

Penggila sepakbola di Indonesia pasti mengenal nama Ricky Yacob. Di era 1980-an, bisa jadi nama tersebut ibarat Marco van Basten-nya Indonesia. Kepiawaian dalam mencetak gol hanya bisa disetarakan dengan jagoan negara-negara tetangga seperti Fandi Ahmad (Singapura), Zainal Abidin Hasan (Malaysia) dan Piyapong Pue-on (Thailand).

Dengan nama besar itu tak aneh jika publik sepakbola Indonesia berharap banyak kepada Ricky. Termasuk saat timnas Indonesia mengikuti SEA Games 1991, Ricky dibebani untuk memimpin kawan-kawannya memetik medali emas dari cabang sepakbola, mengulangi prestasi sebelumnya bersama timnas di SEA Games 1987 di Jakarta. Namun, saat pengumuman nama-nama pemain yang akan berangkat ke Manila, Filipina, nama sang superstar tak ada sama sekali. Pecinta sepakbola Indonesia geger. Mereka bertanya-tanya, ada apa dengan Ricky Yakob?

Baca juga: Awal Mula Tim Garuda

Advertising
Advertising

Ricky memang dicoret namanya oleh I Gusti Kompyang (IGK) Manila, manajer timnas Indonesia. Keputusan kontroversial itu membuat Manila berselisih paham dengan Kardono, ketua umum Persatuan Sepakbola Indonesia (PSSI). Kardono menginginkan Manila membawa Ricky ke Filipina. Namun, Manila kukuh mencoret nama Ricky.

“Saya tahu Ricky pemain bagus, tapi saya juga punya alasan. Fokus saya sekarang keutuhan tim. Target kita emas. Hanya pemain yang siap bertanding yang bertahan di tim,” ungkap IGK Manila dalam biografinya, Panglima Gajah, Manajer Juara karya Hardy Hermawan dan Edy Budiyarso.

Baca juga: IGK Manila Menangkal Babi-Babi Suap

Manila beralasan Ricky tak layak bergabung dengan timnas karena sedang mengalami semacam kegalauan spiritual. Salah satu buktinya, bintang Arseto Solo itu sempat mengganti namanya, dari Ricky Yacob menjadi Ricky Yacobi.

Kegalauan Ricky kali pertama diketahui Manila saat timnas melakoni laga kontra Malta pada kompetisi President’s Cup di Korea Selatan, 7 Juni 1991. Dalam laga itu, sejatinya Ricky berpeluang mencetak gol, namun entah bagaimana dia secara sengaja membuang peluang tersebut. Ketika itu, Ricky menguasai si kulit bundar di depan gawang yang sudah kosong melompong pasca memperdaya kiper lawan. Tapi tak dinyana, tetiba saja Ricky membuang bola keluar gawang.

“Kenapa tak kau tembak (ke gawang) itu bola?,” teriak Manila selepas laga usai. "Ricky hanya menjawab: hari itu dia sedang tidak boleh melukai hati orang lain."

“Alamak!” seru Manila seraya menepuk kening.

Baca juga: Ketika Timnas Primavera Puasa di Italia

Sejak itulah, Manila berpendapat Ricky sedang dirundung masalah. Tak ada yang tahu pasti, apa persisnya masalah yang tengah dihadapinya. Tak juga istri Ricky, Harly Ramayani. Dengan situasi seperti itu, Manila akhirnya membuat keputusan Ricky tak akan dibawa ke Filipina. Dia tak ingin kondisi Ricky mengganggu kekompakan tim secara keseluruhan.

Ketika ditanyakan soal musabab kegalauan itu, Ricky sendiri tak mau bicara banyak. “Iya, saat itu saya memang lagi mencari sesuatu buat diri saya,” ungkap Ricky kepada Historia.id.

Sejarah mencatat, tanpa kehadiran Ricky, timnas Indonesia kembali berjaya di ajang SEA Games 1991. Mereka berhasil merebut emas cabang sepakbola setelah menaklukan timnas Thailand dengan skor 4-3 lewat drama adu penalti. Hingga kini, momen itu menjadi peraihan medali emas terakhir Indonesia untuk cabang sepakbola di ajang pesta olahraga terbesar se-Asia Tenggara.

Ricky Yacobi meninggal di RS Mintoharjo, Jakarta, Sabtu (21/11/2020), setelah mengalami serangan jantung saat bermain sepak bola di lapangan Senayan.

Tulisan ini diperbarui pada 21 November 2020.

TAG

sepakbola

ARTIKEL TERKAIT

Philippe Troussier si Dukun Putih Momentum Bayer Leverkusen Dua Kaki Andreas Brehme Petualangan Tim Kanguru Piala Asia Tanpa Israel Sisi Lain Der Kaiser Franz Beckenbauer Ingar-Bingar Boxing Day Sinterklas Terjun hingga Tumbang di Stadion Garrincha dari Pabrik Tekstil ke Pentas Dunia Getirnya Tragedi di Stadion Luzhniki