Masuk Daftar
My Getplus

Perempuan Biasa Melawan Nazi-Jerman

Sempat ragu memimpin gerakan bawah tanah melawan Nazi-Jerman, perempuan Prancis ini berhasil melakukan hal besar yang ikut menentukan jalannya Perang Dunia.

Oleh: M.F. Mukthi | 29 Agt 2017
Marie Madeleine Fourcade. Foto: rutube.ru.

Marie Madeleine Fourcade kaget tak percaya. Pada suatu hari di awal 1941, Jenderal Georges Loustaunau-Lacau memintanya memimpin kelompok perlawanan bawah tanah Prancis. Marie, sekretaris di perusahaan penerbitan yang dipimpin Lacau, ragu bisa menjalankan permintaan itu. “Saya hanya perempuan biasa,” kata Marie.

Navarre, nama samaran Lacau, tersenyum mendengar jawaban Marie. Dia mendapatkan seseorang yang tepat. “Tak ada prajurit Jerman yang akan mencurigai perempuan biasa,” kata Navarre.

Di masa pendudukan Jerman, Prancis tak punya cara lain untuk melakukan perlawanan selain gerakan bawah tanah. Pemerintahan pengasingan di London yang dipimpin Jenderal Charles de Gaulle tak bisa memberi bantuan.

Advertising
Advertising

Marie menerima permintaan Navarre. “Bersama Loustaunau-Lacau, Fourcade mendirikan salah satu jaringan perlawanan pertama di Prancis, Alliance,” tulis buku Women and War: A Historical Encyclopedia From Antiquity to the Present suntingan Bernard A. Cook.

Tugas pertama Marie membuat pembagian zona wilayah Prancis yang tak diduduki, yakni wilayah selatan. Marie kemudian merekrut sebanyak mungkin agen untuk dikirim ke wilayah-wilayah tadi. Jaringan spionase yang dikoordinir Marie kemudian dikenal dengan nama Alliance. Para agen Alliance setiap hari mengamati aktivitas darat dan laut militer Jerman.

“Agen-agen Alliance terutama mengumpulkan informasi intelijen militer tentang U-boat di Laut Mediterania, kapal selam-kapal selam Jerman, dan pekerjaan yang dilakukan oleh organisasi Todt di Atlantic Wall,” tulis Sandra Ott dalam Living with the Enemy.

Mereka mengirim hasil pengamatannya ke kantor pusat tempat Navarre berada. Setelah menyortirnya, Navarre meneruskan informasi itu ke markas Jenderal de Gaulle di London, yang lalu meneruskannya ke British Intelligence Service dan Special Operations Executive.

Pada Mei 1941, Navarre ditahan oleh Pemerintahan Vichy di bawah pimpinan Marsekal Philippe Petain, kolaborator Nazi-Jerman. Marie mengambilalih tugas Navarre, termasuk mengirim informasi ke London. Tentara Nazi-Jerman mengendus keberadaan Alliance. Banyak agen Alliance tertangkap. Meski mayoritas bisa menjaga kerahasiaan, beberapa agen tak kuasa menutup mulut saat menjalani interogasi.

Nasib sekira 3.000 agen Alliance berada di pundak perempuan kelahiran Marseilles, 8 November 1909 itu. Untuk menjaga kerahasiaan dan keselamatan mereka, Marie mengganti nama sandi masing-masing agen dari sandi berupa rangakaian tiga huruf diikuti angka menjadi nama binatang –jejaring spion hewan itulah yang kemudian dijadikan dasar oleh tentara Jerman untuk menamakan mereka sebagai Noah’s Ark. Marie sendiri memiliki nama sandi landak.

Bahaya makin mendekati para agen Alliance, tak terkecuali Marie. Pada suatu hari, seorang agen dengan sandi Grand Duke mendatangi apartemen Marie. Dia menginformasikan bahwa besok musuh akan menggeledah seluruh kota untuk mencari orang-orang yang terlibat gerakan bawah tanah. Grand Duke meminta Marie menyembunyikan semua alat komunikasi dan ikut kabur bersamanya. Mereka sepakat akan lari esok hari.

Tak lama setelah Grand Duke pergi, Marie mendengar keributan di pintu apartemennya yang belum ditutup. Begitu tahu yang datang lebih dari dua lusin serdadu Gestapo, Marie buru-buru masuk dan menutup pintu. Dia terlambat kabur lewat jendela. Para serdadu itu masuk dan menanyakan kenapa Marie tergesa-gesa menutup pintu.

Berhasil menguasai diri, Marie pura-pura tak mengetahui bahwa yang datang Gestapo. Bila tahu yang datang Gestapo, dia akan buru-buru membukakan pintu. Aktingnya sangat tenang sehingga para serdadu yang mencari Grand Duke itu, percaya.

Sembari mengamati beberapa serdadu Gestapo memeriksa isi ruangan, Marie sesekali mengajak mereka mengobrol. Celakanya, beberapa catatan Alliance masih tersisa di atas meja. Seolah membereskan ruangan, Marie mengamankan catatan-catatan itu dan melemparkannya ke bawah sofa. Marie merasa senang ketika pemimpin Gestapo pamit. Tapi, salah seorang serdadu tiba-tiba melihat sesuatu di bawah sofa dan langsung memeriksa. Marie ditangkap.

Di dalam sel, Marie memikirkan cara agar bisa keluar malam itu juga untuk menemui Grand Duke yang tak tahu penangkapan itu. Sebuah celah besar di tengah jeruji jendela sel memberinya harapan. Tanpa buang waktu, dia langsung tanggalkan semua pakaian dan menggigitnya. Setelah berhasil mengeluarkan kepalannya, Marie perlahan mengeluarkan bahunya. Tapi celah jeruji tak cukup lebar untuk tubuh Marie. Dia lalu memiringkan badan dan menekan pinggulnya yang tak muat masuk celah jeruji. Meski amat sakit, dia tak menyerah. Tubuhnya akhirnya jatuh ke tanah, dia berhasil keluar sel. Setelah merangkak dan mengenakan pakaiannya, Marie langsung lari.

Menjelang subuh, Marie sampai di pusat kota. Dari kejauhan dia melihat beberapa serdadu Nazi-Jerman mondar-mandir di atas jembatan dan memeriksa semua orang yang hendak melintasi jembatan itu. Beruntung, di bawah jembatan terdapat ladang. Beberapa perempuan tua sibuk memanen tanpa dipedulikan serdadu di atas jembatan. Pelan-pelan, dia bergabung dengan para petani itu. Dia berhasil melewati jembatan tanpa melalui pemeriksaan. Lebih beruntung lagi, dia berhasil sampai di rumah Grand Duke sesaat sebelum pria itu berangkat menjemput Marie. Keduanya langsung melarikan diri.

Itu bukan satu-satunya penangkapan yang dialami Marie. Setidaknnya dia empat kali ditangkap. Namun, dia selalu berhasil kabur, di antaranya ke Swiss untuk menitipkan kedua anaknya.

Atas saran MI-6, Marie mengungsi ke Inggris pada Juli 1943. Dari sebuah rumah di Chelsea, ribuan agen Alliance di Prancis dikendalikan Marie. Para agen itulah yang kemudian memasok informasi berharga termasuk untuk merancang invasi D-Day.

Setelah Sekutu berhasil merebut Prancis usai D-Day, Marie kembali ke Prancis pada Mei 1945. Dia mengunjungi kamp-kamp penahanan untuk mencari anggota jaringannya yang selamat. Marie mencatat dalam memoarnya, Noah’s Ark, setidaknya 438 agennya kehilangan nyawa di kamp-kamp penahanan maupun di luar.

Atas perjuangannya, Marie mendapat banyak penghargaan. Pemerintah Prancis menganugerahinya Legion d’Honneur dan Kerajaan Inggris menjadikannya anggota Order of the British Empire.

TAG

ARTIKEL TERKAIT

Nafsu Berahi Merongrong Kamerad Stalin (Bagian I) Aksi Spionase di Balik Kematian Leon Trotsky Eks Pesindo Sukses Satu Episode Tim Garuda di Olimpiade Ibnu Sutowo dan Anak Buahnya Kibuli Wartawan Kisah Bupati Sepuh AS Kembalikan Benda Bersejarah Peninggalan Majapahit ke Indonesia Mata Hari di Jawa Menjegal Multatuli Nobar Film Terlarang di Rangkasbitung