Masuk Daftar
My Getplus

Perang 10 Hari Antar Slovenia Gapai Kemerdekaan

Perang Sepuluh Hari, perang yang mengantarkan Slovenia mencapai kemerdekaannya.

Oleh: M.F. Mukthi | 27 Mei 2021
Personel militer Slovenia sedang mengawasi personil JNA sebelum pemulangan (Ministry of Defense of Republic of Slovenia/www.mo.gov.si)

Hari ini, 27 Juni, 30 tahun silam. Kapten Toni Mrlak, pilot AU Yugoslavia asal Negara bagian Slovenia sekaligus komandan satuan heli Gazelle di kota Brnik, akhirnya bisa santai. Sejak pagi dia melakukan tugas terbang mengantarkan Jenderal Marjan Vidmar, kepala Staf Umum Garnisun ke-14 Ljubljana, melakukan pengintaian udara di atas wilayah Slovenia.

Waktu santainya itu dia pergunakan untuk mengobrol bareng Letnan Ljubomir Sandevski, rekannya sesama pilot, di kantin barak Sentvid. Namun saat mereka serius berbincang itulah sekira pukul 6.30 Letkol Miko Stamenkovic, komandan mereka, datang. Toni diperintahkan Stamenkovic membeli roti ke toko roti di Kodeljevo dan mengangkutnya ke barak militer Vrhnika di Slovenia. Dengan suka hati menerimanya Toni. Tak berapa lama kemudian, dia pun berangkat menerbangkan helikopter Gazelle SA 341 bernomor 664 ditemani teknisi Bojanče.

Kendati tugas itu berbahaya, Toni menerimanya karena melihat ada peluang untuk mewujudkan cita-cita rahasianya lewat tugas itu. Dia bisa melarikan heli milik AU Yugoslavia untuk dijadikan heli Slovenia.

Advertising
Advertising

Rakyat Slovenia hari itu, 27 Juni, resmi memulai perang dengan “induknya” Republik Federasi Sosialis Yugoslavia untuk merdeka. Perang Sepuluh Hari atau perang kemerdekaan Slovenia, demikian perang itu disebut, merupakan kelanjutan dari pertempuran politik yang sudah muncul sejak beberapa tahun sebelumnya.

Selepas Presiden Joseph Bros Tito meninggal dunia pada 1980, konflik di antara negara bagian-negara bagian Yugoslavia mulai muncul. Kendati ada aturan yang menetapkan presiden pemerintah federal diangkat secara bergantian dari negara bagian-negara bagian dan provinsi otonom, peraturan itu tetap tak dapat memuaskan semua negara bagian dan provinsi otonom.

Kondisi tersebut pada 1987 diperparah oleh Pemimpin Komunis Serbia Slobodan Milosevic yang berupaya membuat Yugoslavia baru dengan dominasi Serbia. Setelah terpilih menjadi presiden Republik Sosialis Serbia pada Mei 1989, Milosevic mengeluarkan banyak kebijakan yang merusak stabilitas negeri yang ikut mendirikan Gerakan Non Blok itu. Selain mencabut otonomi di Provinsi Kosovo dan Vojvodina, dia melucuti persenjataan pasukan teritorial (TO) –dibentuk Marsekal Tito untuk mengahadapi Uni Soviet pasca-Yugo keluar dari Blok Timur; posisi TO berada di bawah pemerintah masing-masing negara bagian dan provinsi otonom, paralel dengan Tentara Nasional Rakyat Yugoslavia– Kosovo guna mencegah pemberontakan, mencopot perwira-perwira non-Serbia dari komandan-komandan teritorial TO di berbagai negara bagian dan provinsi otonom, dan pada 1988 menyerap semua anggota TO ke dalam Tentara Nasional Rakyat Yugoslavia (JNA), serta mengambil alih gudang senjata Slovenia, Kroasia, dan Bosnia-Herzegovina, dan menyita semua senjata yang tidak dimiliki oleh unit Kroasia-Serbia dan Bosnia-Serbia pada 14 Mei 1990.

Langkah Milosevic tersebut berbenturan dengan tuntutan perluasan otonomi yang digaungkan beberapa negara bagian dan Provinsi otonom Kosovo. Konflik pun bergulir makin keras karena Milosevic menyalahartikan maksud perluasan otonomi yang digaungkan Kroasia dan Slovenia. Akibatnya, pada 23 Desember 1990 Slovenia memilih merdeka dari Yugoslavia dan para personil TO Slovenia, yang dipayungi Distrik Militer 5 di Zagreb (Kroasia), enggan mengabdi pada JNA.

Milosevic meresponnya pada 16 Maret 1991 dengan menyatakan bahwa Serbia tidak akan lagi mematuhi arahan federal. Ketika pada 25 Juni 1991 Slovenia dan Kroasia secara resmi mendeklarasikan kemerdekaan sebagari respon atas sikap Milosevic, Milosevic menjawabnya dengan mengerahkan unit-unit JNA di Slovenia dan Kroasia untuk menghancurkan perlawanan separatis di sana beberapa hari kemudian.”

“Perlu ditekankan bahwa orang Slovenia mendukung gagasan negara Slovenia merdeka hanya ketika kehidupan di Yugoslavia menjadi tak tertahankan. Ini pertama dan terutama karena kondisi ekonomi yang buruk, tetapi juga karena, selain dari rencana tidak realistis perdana menteri terakhir Yugoslavia dan oposisi Serbia yang energik terhadap konsep federasi asimetris, tidak ada alternatif lain yang terlihat,” tulis buku yang dieditori Oto Luthar, The Land Between: A History of Slovenia.

Pengerahan militer yang dilancarkan Milosevic telah diantisipasi jauh hari oleh Presiden Slovenia Milan Kucan bersama Menhan Janes Jansa dan Panglima Mayjen Janez Slapar. Selain membentuk pasukan alternatif MSNZ (Manevrska Struktura Narodne Zascite/Manoeuvre Structures of National Protection) yang kemudian menjadi tentara nasional Slovenia, mereka membeli rudal anti-pesawat dan anti-tank portabel dari Jerman, negeri yang bersimpati pada gerakan kemerdekaan Slovenia.

Slapar lalu mengubah kekuatan utamanya dari 70 ribu personel pertahanan statis menjadi tentara reguler berkekuatan 15 ribu personel yang siap bergerak melawan JNA. Para pemuda berusia militer lalu dimobilisasi untuk ikut pelatihan yang diadakan di Ig, dekat Ljubljana dan Pekre.

Para komandan lokal juga aktif bergerak. Mereka menyembunyikan persenjataan di gudang-gudang yang berada di wilayah kekuasaan mereka. Kapten Udara Toni Mrlak, salah satunya. Sejak jauh hari dia terus mendiskusikan untuk melarikan heli-heli Gazelle yang unitnya di bawah komandonya. Kesempatan itu datang padanya ketika ditugaskan mengantar roti pada 27 Juni. Namun dia tak bisa melihat akhir pertempuran. Pada hari dia ditugaskan mengangkat roti itu, helikopternya dirudal pasukan TO Slovenia. Dia kemudian tewas.

Maka ketika helikopter-helikopter dan pesawat-pesawat AU Yugoslavia menyebarkan pamflet berisi seruan agar bersedia duduk bareng berdialog jika tak ingin ditindak, para personil tentara kemerdekaan Slovenia memilih melawan. Mereka menggunakan taktik hit and run sesuai perintah Slapar.

“Strategi Slapar adalah mencegah JNA mengisolasi Slovenia dengan mengamankan bandara Ljubljana dan 35 penyeberangan perbatasan dengan Austria, Hongaria, Kroasia, dan Italia. Dia juga akan mengepung garnisun JNA, menduduki gudang senjata Korps 14 (Ljubljana) dan Korps 31 (Maribor), dan memblokir pergerakan JNA di Slovenia dengan mendirikan penghalang jalan. Upaya Korps 10, 14, & 31 untuk memasuki Slovenia dari Kroasia akan diblokir di perbatasan,” tulis sejarawan Nigel Thomas dan K. Mikulan dalam The Yugoslav Wars (1): Slovenia & Croatia 1991-95.

Pada hari pertama pertempuran, 27 Juni, pasukan Slovenia sukses dalam banyak pertempuran. Dua belas kendaraan lapis baja JNA dari Brigade Artileri Campuran 580 yang dikirm dari Karlovac menuju Ljubljana berhasil disergap oleh sebuah kompi anti-teroris MSD ke-21 di Poganci, di perbatasan Slovenia-Kroasia, dan di Medvedjek oleh unit MSD ke-21, 23, & 25. Grup Intervensi Brezice ke25 MSD  juga berhasil menghentikan Brigade Mekanis 140 JNA (Zagreb) di perbatasan Kroasia dekat Rigonce, lalu unit ke-73 MSD melumpuhkan 10 tank T-55 Brigade Mekanik ke-32 JNA di Ormoz di perbatasan Kroasia.

Ketika dua kolom T-55 Batalyon Lapis Baja ke-1 JNA dari Brigade Lapis Baja I meninggalkan garnisun Vrhnika menuju Bandara Brnik Ljubljana, kolom pertama disergap Brigade Khusus Pertama Slovenia dan kehilangan satu tank. Di Brnik mereka kemudian diserang oleh MSD ke-31 dan ke-35. Sementara kolom kedua yang diperkuat detasemen Polisi Federal Khusus yang diangkut helikopter, diserang dan ditawan oleh unit MSD ke-55 di Trzin. Sebanyak 12 T-55 Brigade Motor ke-195 yang menuju ke perbatasan Austria-Slovenia di Sentilj, diserang di Pesnica oleh Detaseman 711. Di Lanud Cerklje dekat kota pesisir Maribor yang dijaga Brigade Para ke-63 JNA dan Brigade Udara ke-82, unit-unit dari 228 Special Duty berhasil menyerang kendati tak mendapatkan pesawat karena telah diterbangkan lebih dulu.

Pertempuran masih sengit pada hari kedua. Pasukan Slovenia kembali memetik banyak kemenangan. Kondisi itu mamaksa JNA mengumumkan gencatan senjata sepihak. Namun, gencatan senjata baru diterima Sloveni esoknya ketika Yon PM ke-289, Korps Tentara ke-14 yang dibantu polisi Federal sudah menyerah di Bandara Brnik. Pertempuran kembali pecah setelah JNA mengeluarkan ultimatum baru yang merusak gencatan senjata. Dua hari berikutnya menjadi pertempuran sengit yang menentukan bagi Slovenia. Setelah menghancurkan Brigade Artileri Campuran ke-580 di MEdvedjek dan Hutan Krakovski, pukul 21.00 pemerintah Slovenia mengumumkan gencatan senjata. Esoknya, gencatan senjata itu diterima Panglima JNA Jenderal Adzic. Ketika Tentara ke-5 JNA ditarik pada 4 Juli, semua pos perbatasan telah dikuasai pasukan Slovenia. Maka ketika pertemuan tiga pihak, bersama Uni Eropa, berlangsung pada 7 Juli di Veli Brijun, delegasi Yugoslavia hanya bisa pasrah menerima Deklarasi Brijuni yang berisi antara lain urusan kemerdekaan Slovenia akan diselesaikan pada 8 Oktober 1991.  

“Ada 73 insiden bersenjata; Slovenia menderita 19 tewas dan 182 luka-luka, JNA 44 tewas dan 146 luka-luka; dan 12 orang asing, kebanyakan awak truk yang dikomandoi, tewas dalam serangan udara JNA. Korban yang sangat minim untuk perang kemerdekaan nasional ini adalah kesaksian buruknya moral unit-unit JNA,” tulis Thomas dan Mikulan.

TAG

sejarah perang eropa

ARTIKEL TERKAIT

Kuliner Eropa yang Diadopsi di Nusantara Bomber Sangar Itu Bernama Gerd Müller Keberuntungan Italia di Piala Eropa Lima Pesepakbola Tersubur di Pentas Internasional Fasisme Kontra Komunisme di Final Euro Serba-serbi Maskot Piala Eropa Arena Sejarah Piala Eropa Kuil Sepakbola "Kota Abadi" Roma Ketika Bangsa Eropa Memperebutkan Maluku Darah Daging Fasisme Italia Menggebrak Eropa