Masuk Daftar
My Getplus

Pembantaian Nazi di Kedros, Yunani

Tak ingin gerak laju penarikan pasukannya terganggu, pasukan Jerman-Nazi menyerang desa-desa di Kedros, Yunani dan membunuhi penduduk.

Oleh: M.F. Mukthi | 27 Agt 2020
Tim SOE yang menculik Jenderal Jerman Kreipe. Penculikan itu dijadikan dalih Jerman untuk balas dendam di Kedros. (Gabriella Bullock/Wikimedia Commons).

Dalam perjalanan menuju Desa Meronas di Pulau Kreta, Yunani, George Psychoundakis bertemu Aleko, teman sesama gerilyawan, pada 22 Agustus 1944 malam. George lantas dibawa sang kawan ke sebuah taman mini terpencil yang terletak di antara Meronas dan Yenna. Di sanalah George diberitahu kabar memilukan oleh Aleko.

“Di sana kami diberitahu bahwa Jerman membakar semua desa Kedros di Amari dan menembak semua orang yang dapat mereka tangkap,” kata George dalam memoarnya yang diterjemahkan Patrick Leigh Fermor, The Cretan Runner: His Story of the German Occupation.

Kedros, nama untuk kumpulan berisi sembilan desa yang terletak di Lembah Amari yang diapit Gunung Kedros (barat) dan Gunung Ida (timur), merupakan salah satu pusat gerilya melawan pendudukan Jerman yang dimulai pada 1941. Di sanalah George, pemuda gembala ternak asal Asi Gonia, ikut melawan pendudukan Jerman bersama barisan perlawanan yang banyak dibentuk setelah pendudukan Jerman. George merupakan kurir pesan (messenger) untuk Special Operations Executive, organisasi intelijen rahasia Inggris dalam Perang Dunia II. Kecepatan dan pengetahuan medannya membuat George menjadi andalan.

Advertising
Advertising

Baca juga: Pembantaian Penduduk Desa Kondomari oleh Serdadu Jerman-Nazi

Kreta dijadikan sasaran pendudukan oleh Hitler karena setelah berhasil menduduki Yunani daratan pada April 1941, tak ingin Kreta dijadikan Sekutu sebagai basis untuk menyerang pangkalan minyak terpenting Jerman di Rumania, Ploiesti, dan serangan-serangan lain di sisi selatan daratan Eropa. Meski sempat ragu karena ditentang para jenderalnya di Komando Tertinggi Tentara Jerman yang sedang sibuk memfinalisasi Operasi Barbarossa (invasi ke Uni Soviet), Hitler menyerang Kreta pada 20 Mei 1941 lewat Operasi Mercury yang dipimpin Jenderal Kurt Student, komandan XI Flieger Division.

Penyerbuan itu mendapat perlawanan keras karena rencana Jerman sudah dibaca Inggris, yang bertahan di Kreta setelah kehilangan Yunani daratan. Penduduk Kreta dalam beragam organisasi gerilya bahu-membahu dengan pasukan Inggris melawan Jerman.

 “Serangan terhadap Maleme oleh Grup Barat dipelopori oleh LLStR (Luftlande Sturm Regiment) yang dipimpin Mayjen Eugen Meindl. Pendaratan awal glider pada pukul 07.15, setelah bombardir intensif Luftwaffe, dilakukan oleh unit 3.1/LLStR Letnan Satu Wulf von Plessen di mulut sungai, tujuannya adalah baterai AA. Sasaran ini dengan cepat diserbu tetapi Von Plessen terbunuh. Beberapa menit kemudian, glider-glider 4.1/LLStR Kapten Kurt Sarrazin mendarat tepat di selatan Bukit Kavkazia. Wadan-Yon, Walter Koch, menemani mereka tetapi segera terluka, dan Sarrazin terbunuh tak lama kemudian. Stabskompanie Mayor Franz Braun mendarat di sekitar jembatan di atas dasar sungai, Braun segera terbunuh. Meindl dan ajudannya, Letnan satu Von Seelen, terluka parah dan, karena Koch juga absen dan Braun tewas, komando untuk sementara diambilalih Dr. Heinrich Neumann, perwira senior yang selamat. Tujuh puluh dua orang dari komando di bawah Letnan Peter Murbe diterjunkan bermil-mil ke barat untuk merebut landasan terbang yang belum selesai di Kastellin Kissamos dan menderita secara mengerikan di tangan para pejuang Kreta,” tulis Bruce Quarrie dalam German Airborne Divisions: Blitzkrieg 1940-41.

Baca juga: Riwayat Blitzkrieg, Serbuan Kilat ala Nazi

Gigihnya perlawanan penduduk sejak awal mengakibatkan Jerman menerapkan taktik keras terhadap mereka. Pembantaian terhadap penduduk desa kerap dilancarkan pasukan pendudukan Jerman sejak awal, seperti Pembantaian Kondomari. Pembantaian terhadap penduduk meningkat ketika Friedrich-Wilhelm Muller, yang dijuluki “Jagal Kreta”, memegang komando Garnisun Kreta Jerman pada Agustus 1942.

“Dia adalah veteran front Rusia tangguh yang dengan cepat mengembangkan reputasi kejam di antara penduduk Kreta. Muller pada akhirnya akan bertanggung jawab atas berbagai kekejaman di Kreta selama masa jabatannya sebagai komandan garnisun. Kejahatan utama yang dikaitkan dengan Muller termasuk pembunuhan di Viannos, penghancuran Desa Kedros dan Anogia, serta eksekusi warga sipil di Desa Damasta,” tulis Antonio J. Munoz dalam The German Secret Field Police in Greece, 1941-1944.

Akibatnya, kebencian penduduk Kreta terhadap Jerman kian tinggi. Kebencian penduduk terhadap Muller lalu diaktualisasikan dengan operasi penculikan yang digagas dua wakil SOE, Patrick Leigh Fermor dan William Stanley Moss, bersama pimpinan gerilya Kreta seperti Georgios Tyrakis dan Emmanouil Paterakis. Namun karena posisi Muller telah dipindah ke Kepulauan Dodecanese saat hari-H penculikan, 26 April 1944, yang jadi korban penculikan adalah penggantinya, Mayjen Heinrich Kreipe.

Baca juga: Perempuan Biasa Melawan Nazi-Jerman

Saat penculikan terjadi, posisi Jerman di front barat kian terdesak. Setelah invasi Sekutu ke Normandy (6 Juni 1944), pasukan Jerman di Kreta merencanakan penarikan mundur dari beberapa wilayah sebelum musim panas berakhir. Mereka akan dikonsentrasikan di Canea. Dengan alasan sebagai pembalasan terhadap penculikan Kreipe, seiring penarikan mundur itu pasukan Jerman melancarkan serangan terhadap desa-desa berikut penembakan terhadap penduduk di dalamnya.

Padahal, kata agen SOE Tom Dunbabin, salah satu pimpinan gerilya, sebagaimana dikutip Artemis Cooper dalam biografi Fermor berjudul Patrick Leigh Fermor: An Adventure, “Tujuannya adalah untuk mengamankan penarikan mereka yang akan segera terjadi dengan menetralkan area aktivitas gerilya, dan membuat tentara Jerman melakukan tindakan teroris sehingga mereka tahu tidak akan ada belas kasihan bagi mereka jika menyerah atau ditinggalkan. Penarikan terorganisir dari wilayah pendudukan pasti akan berjalan lebih lancar jika penduduk sipil telah diintimidasi dan dipukuli hingga menyerah.”

Setelah menyerang dan meratakan Desa Anoyeia pada 13 Agustus, pasukan Jerman menyasar Kedros. “Antara 22 dan 30 Agustus, Jerman menyerbu ke sisi Kedros di lembah Amari dan memulai penghancuran sistematis,” tulis Artemis.

Baca juga: Orang Indonesia yang Jadi Korban Nazi

George saat itu tengah berada di Pegunungan Putih setelah diterjunkan di Arkadi usai andil dalam misi penyergapan pasukan Jerman di jembatan Kouphi dan misi sabotase. Ketika menuju Desa Meronas, dia bertemu Aleko (22 Agustus malam) dan diberitahu bahwa pasukan Jerman membunuhi penduduk dan membakar semua desa di Kedros. Esok paginya ketika dalam perjalanan menuju Nevs-Amari dan Monastiraki, dia melihat Niko Kalomenopoulus berlari sekuat tenaga dan melambaikan tangan sebagai perintah agar George dan kawannya ikut lari juga. George dan kawannya pun mengikuti Niko berlari menuruni bukit di sepanjang sungai. Di Meronas, mereka berhenti dan mereka melihat beberapa serdadu Jerman melintas dengan membawa kawanan besar ternak. Ternak itu merupakan hasil jarahan pasukan Jerman dari rumah-rumah penduduk.

Sebagaimana pola yang diterapkan dalam penyerangan desa-desa sebelumnya, di Kedros, pasukan Jerman mengumpulkan penduduk begitu tiba. Mereka lalu menyiksa dan menembaki penduduk lelaki. Namun, di Kedros pasukan Jerman juga menjarah semua barang yang dianggap berharga, termasuk ternak, dari rumah-rumah penduduk. “Mula-mula mereka mengosongkan setiap rumah, mengangkut semua jarahan ke Retimo, lalu mereka membakarnya, dan akhirnya, untuk menyelesaikan kehancuran, mereka menumpuk dinamit ke setiap sudut yang tersisa dan menerbangkannya setinggi langit,” sambungnya.

Baca juga: Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Pertama Nazi

Selain itu, mereka juga membawa kabur gadis-gadis desa. “Mereka mengumpulkan sejumlah gadis dan memasukkan mereka ke dalam truk pasukan bersama para prajurit,” kata George.

Kejahatan di Kedros mencapai puncak pada 25 Agustus. Akibat kejahatan seminggu penuh itu, 164 penduduk pria dan anak-anak tewas. Kejahatan itu berhenti pada akhir bulan.

“Mereka meluncurkan kampanye kejam ini untuk meneror seluruh pulau, dan untuk menunjukkan kepada kita semua bahwa Jerman di Kreta masih memiliki kekuatan untuk menghancurkan dan menggulingkan, sama biadabnya seperti sebelumnya, semua yang masih berdiri,” ujar George.

TAG

perang dunia yunani nazi jerman

ARTIKEL TERKAIT

Keponakan Hitler Melawan Jerman Kisah Musisi Belanda Menyamar Jadi Laki-laki Ketika Melawan Nazi Dari Kamp Nazi Lalu Desersi di Surabaya Dukung Kemerdekaan Indonesia Kisah Atlet Wanita Jerman yang Ternyata Laki-laki Nasib Mereka yang Terbuang di Theresienstadt dan Boven Digoel Kasus Penipuan Buku Harian Adolf Hiltler Lebih Dekat Menengok Katedral Sepakbola di Dortmund Kisah Seniman Yahudi Pura-pura Mati demi Menghindari Nazi Skandal Perselingkuhan Propagandis Nazi Joseph Goebbels Kisah Cinta Aktor Jerman di Bawah Cengkeraman Nazi