Masuk Daftar
My Getplus

Nasihat Istri untuk Soeharto dan Kemal Idris

Pengalaman pribadi Soeharto dan Kemal Idris membuktikan besarnya peran istri yang mampu mengubah petaka menjadi berkah.

Oleh: Martin Sitompul | 19 Okt 2019
Presiden Soeharto dan Ibu Tien bersama keluarga Kemal Idris. Kiri-kanan: Kemal Idris, Ny. Tien Soeharto, Ny. Winoer Idris, putri Kemal Idris, dan Soeharto. (Repro Kemal Idris: Bertarung dalam Revolusi).

KOLONEL Soeharto frustrasi berat kala dicopot dari jabatannya sebagai Pangdam Diponegoro. Markas Berkas Angkatan Darat (MBAD) mendakwanya bersalah karena melakukan bisnis ilegal. Untuk menambah pundi-pundi, Soeharto nekat berdagang dengan cara barter hasil bumi yang diselundupkan (smuggling). Sayangnya perbuatan itu terlarang dalam peraturan ketentaran.

Aksi penyelundupan yang dilancarkan Soeharto ketahuan pada 1959. Hampir saja dia dipecat oleh KSAD yang waktu itu dijabat Letjen Abdul Haris Nasution. Gara-gara terjerat kasus indisipliner itu, Soeharto dirundung malu.

Soeharto yang kecewa berniat hengkang dari dunia militer. Setelah menimbang-nimbang sendiri, dia menjatuhkan pilihan profesi selanjutnya sebagai sopir taksi. Istrinya, Siti Hartinah – akrab disapa Tien – merespon kekalutan Soeharto dengan hardikan tapi tetap memancarkan kasih ala perempuan Jawa.

Advertising
Advertising

“Dulu saya tidak menikah dengan sopir taksi, tapi saya menikah dengan prajurit, seorang tentara,” kata Tien kepada suaminya dalam biografi yang ditulis Abdul Gafur Siti Hartinah Soeharto: Wanita Utama Indonesia

Baca juga: Ketegaran Tien Soeharto dan Hartini Sukarno

Tien menasehati suaminya agar segala sesuatu dihadapi dengan kepala dingin sekalipun hati panas. Nasihat Tien manjur. Soeharto pun tetap bertahan di militer. Dengan tabah, Soeharto menjalani hukuman “disekolahkan” ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD) di Bandung.

“Pada waktu Pak Harto dipindahkan saya pun pindah juga dari rumah (dinas) panglima ke rumah penduduk biasa. Sambil menunggu selesainya tugas belajar di SSKAD saya sering menegok Pak Harto ke Bandung,” tutur Tien.

Ketegaran Tien yang menguatkan batin suaminya berbuah manis. Setelah lulus dari SSKAD, Soeharto dipromosikan menjadi komandan korps Cadangan Umum AD (Caduad). Kiprahnya pun kian benderang setelah dipercaya memimpin operasi pembebasan Irian Barat. Pada 1963, Caduad berganti menjadi Komando Strategis AD (Kostrad), Soeharto menjadi panglimannya. Perlahan, figur Soeharto mulai diperhitungkan di kalangan para jenderal.

Baca juga: Kala Soeharto Jadi Panglima (1)

Ketika Letjen Ahmad Yani menjadi KSAD, Soeharto berperan sebagai orang kedua. Ada kebiasaan tidak tertulis di kalangan petinggi AD sehubungan dengan kedudukan Soeharto. Apabila Yani berhalangan menghadiri rapat maka Soeharto selaku panglima Kostrad-lah yang bertugas menggantikan.

Berkat Tien, Soeharto mengurungkan niat jadi sopir taksi. Siapa sangka, dari Kostrad karier Soeharto menanjak mengapai karier militer paripurna. Soeharto memimpin serangkaian operasi penting, mulai dari pembebasan Irian Barat, konfrontasi ganyang Malaysia, hingga penumpasan PKI. Operasi terakhir memuluskan jalan Soeharto menuju kursi presiden RI yang kedua. 

Pengalaman serupa juga dirasakan anak buah Soeharto, Kemal Idris. Sebelum bertemu di Kostrad, Kemal adalah perwira pesakitan yang kurang disenangi oleh Presiden Sukarno. Kemal merupakan aktor lapangan yang mengarahkan moncong meriam ke Istana Negara dalam peristiwa 17 Oktober 1952. Sejak itulah Kemal ditepikan dari jabatan strategis.

Baca juga: Ketika Sukarno Buang Muka

“Setelah itu, saya tidak berfungsi lagi. Saya di rumah terus. Kami hidup dari gaji yang saya terima, yang jumlahnya sangat tidak mencukupi. Berat sekali, karena rupiah waktu itu sangat buruk,” tutur Kemal dalam Memoar Senarai Kiprah Sejarah: Jilid 3.

Untuk menyambung hidup yang serba pas-pasan itu, Kemal terpaksa nyambi jadi penjudi. Kemal sampai menjadi kediamannya sebagai rumah penyelenggaraan judi, dan menarik uang setoran dari pemenang. Istrinya kesal karena Kemal berubah jadi sosok tempramental. Sampai suatu ketika, Kemal mendapat teguran.

“Kita dalam keadaan begini, karena sikap kamu,” kata Herwinoer Bandriani Singgih, istri Kemal. Wanita yang dinikahi Kemal sejak tahun 1946 itu bahkan menantangnya secara terbuka. 

“Kalau kamu mau hidup lebih enak, sekarang kamu pergi ke Istana. Jilatlah pantat Sukarno bersih-bersih. Besok kita akan lebih baik. Tapi, kalau kamu melakukannya, walaupun saya istri kamu, saya tidak akan respek sama kamu. Seumur hidup,” ujar Winoer.  

Baca juga: Wejangan Istri untuk Perwira Penjudi

Ujaran menohok dari sang istri membuat Kemal tetap sabar mengenakan seragam tentara. Hingga pada 1964, Soeharto memanggil Kemal untuk bergabung di Kostrad. Kemal didapuk sebagai kepala staf. Pangkatnya naik jadi brigjen. Sejak itu, hidup Kemal mulai berubah.

Dalam Menyaksikan 30 Tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto Salim Said mencatat tugas Kemal Idris sebenarnya adalah menyiapkan penyerbuan ke Malaysia Barat. Tapi dalam kenyataannya, dia lebih banyak melaksanakan perintah Soeharto mencari jalan damai dengan negara jiran tersebut. Ketika naik jadi panglima Kostrad, Kemal berperan dalam mempercepat peralihan rezim dari Sukarno ke Soeharto.

“Kemal yang pemberani, anti-Komunis, dan musuh lama Sukarno, adalah orangh yang tepat membantu Soeharto dalam operasi pemberantasan Komunis dan penyingkiran Sukarno,” tulis Salim Said.  

Baca juga: Kemal Idris, Jenderal Gusar Pengirim Pasukan Liar

Kemal dan pasukannya-lah yang loyal melindungi mahasiswa demonstran anti Sukarno. Kemal pula yang mengirimkan pasukan tanpa identitas ke Istana saat sidang kabinet digelar. Gertakan ini berujung pada penyerahan kekuasaan melalui Surat Perintah 11 Maret 1966.

“Saya berterimakasih kepada istri saya. Karena dia, saya bisa melihat masalah lebih jelas,” kenang Kemal.

Selepas purnawirawan, Kemal sukses sebagai pengusaha yang merambah berbagai bidang. Bisnis Kemal meliputi industri pariwisata, perhotelan, hingga kebersihan kota yang mengurusi sampah. Tidak ayal, di masa tuanya julukan “jenderal sampah” melekat pada dirinya.

TAG

tni soeharto tien-soeharto kemal-idris cerita-cinta

ARTIKEL TERKAIT

Sejarah Prajurit Eks Pemilih PKI Pilih Golkar Ledakan di Selatan Jakarta Supersemar Supersamar Sudharmono Bukan PKI Penyandang Jenderal Kehormatan, dari Sri Sultan hingga Prabowo Subianto Kisah Kaki Prabowo Muda Jenderal-jenderal Madura Arief Amin Dua Kali Turun Pangkat Soeyono Apes Setelah Kudatuli