Masuk Daftar
My Getplus

Mossad dan Kontrak Skyhawk

Cerita pegawai Mossad menangani kontrak penjualan pesawat Skyhawk kepada Indonesia.

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 16 Feb 2021
Pesawat A-4 Skyhawk TT-0438 menjadi koleksi Museum Pusat Sejarah TNI Satria Mandala. (Nugroho Sejati/Historia.id).

Setelah beberapa bulan di divisi penelitian Mossad, Victor Ostrovsky dipindahkan ke departemen lain yang disebut Kaisarut atau penghubung. Dia ditempatkan di bagian Dardasim atau Smerfs yang menangani Timur Jauh dan Afrika.

Victor menggambarkan Dardasim semacam kantor luar negeri mini untuk negara-negara yang tidak ada ikatan formal atau diplomatik dengan Israel –seperti Indonesia. Para mantan jenderal dan bermacam mantan orang ternama keluar masuk kantor, mengenakan tanda pengenal tamu, dan menggunakan mantan kontak Mossad mereka untuk mengatur urusan perusahaan, biasanya menjual senjata.

“Saya bekerja di bawah pimpinan Amy Yaar,” kata Victor dalam Mossad: Tipu Daya yang Digambarkan oleh Bekas Anggota Mossad, ditulis bersama Claire Hoy, penulis terkenal Kanada.

Advertising
Advertising

“Amy mengatakan kepada saya bahwa bila saya mendapat permintaan yang luar biasa, saya tidak boleh menanyakan mengapa, tetapi cukup menyampaikan hal itu kepadanya,” kata Victor yang kemudian menjadi katsa atau case officer (perwira kasus).

Baca juga: Israel Akui Kedaulatan Indonesia

Pada suatu hari, seorang pria datang dan meminta Victor agar sebuah kontrak ditandatangani oleh perdana menteri.

“Kontrak tersebut adalah untuk penjualan antara 20 dan 30 pesawat tempur Skyhawk buatan Amerika Serikat kepada Indonesia, sesuatu yang bertentangan dengan persetujuan peralatan perang Israel dengan Amerika Serikat. Mereka tidak boleh menjual kembali peralatan perang seperti ini tanpa persetujuan Amerika Serikat,” kata Victor.

Dalam edisi bahasa Inggris, By Way of Deception, Victor menyebut “Indonesia” sebagai pembeli pesawat Skyhawk. Namun, dalam terjemahan ke bahasa Indonesia, tidak disebut “Indonesia” tapi diganti “salah satu negara di Asia Tenggara”.

Victor meminta orang itu untuk datang lagi besok atau tinggalkan nomor telepon. Dia akan menghubunginya setelah semuanya selesai diurus.

Victor kembali bertemu orang itu. Dia mengatakan akan menunggu persetujuan Perdana Menteri Shimon Peres. Victor malah bercanda. “Saya membuka laci, melihat ke dalamnya dan berkata, ‘Shimon, Shimon’,” kata Victor yang kemudian berpaling ke arah orang itu dan berkata, “Maaf, Tuan Peres tidak ada di tempat sekarang.”

Orang itu marah dan menyuruh Victor menemui atasannya, Amy. Victor yang tak peduli siapakah orang itu, kemudian menceritakannya kepada Amy. Ternyata, Amy sangat antusias dan menyuruh Victor membawa orang itu bersama kontraknya.

Baca juga: Mossad dan Intelijen Indonesia

Sekitar 20 menit kemudian, orang itu keluar dari ruangan Amy dan berjalan melewati ruangan Victor. Sambil menjepit kontrak dengan dagu agar dilihat Victor, orang itu menyeringai dan berkata, “Rupanya Tuan Peres ada di tempat.”

Victor menduga, Shimon Peres mungkin berada di Yerusalem dan tidak tahu tentang tanda tangan yang dibubuhkan di atas dokumen-dokumen ini. Dokumen yang diperlukan dikenal sebagai ass-cover, untuk pemakaian internal saja, hanya untuk memperlihatkan kepada pengirim atau siapa saja yang terlibat bahwa biayanya sudah diselesaikan karena perdana menteri telah menyetujui transaksi tersebut.

Menurut Victor, secara resmi tentu saja para pegawai Mossad bekerja untuk kantor perdana menteri. Perdana menteri sadar akan transaksi uang, tetapi acap kali dia tidak tahu tentang transaksi yang sebenarnya. Dan biasanya hal itu tidak menjadi masalah baginya. Kadang lebih baik bila dia tidak tahu sama sekali. Bila dia mengetahuinya, dia harus mengambil keputusan. Dengan cara ini, apabila Amerika Serikat mengetahui, dia dapat mengatakan tidak tahu dan ini akan menjadi apa yang oleh orang Amerika disebut “penyangkalan yang masuk akal”.

Baca juga: Intel Indonesia Dilatih Intel Israel

Ketika melakukan perjalanan ke IAI (Israeli Aeronautical Industries), Victor melihat sekitar 30 jet tempur Skyhawk bertengger di landasan, dibungkus plastik kuning, dan siap untuk dikirim. Dia menanyakan pesawat tersebut, para petugas hanya mengatakan pesawat-pesawat itu untuk dikirim ke luar negeri tanpa memberi tahu negaranya.

“Saya sangat yakin tidak mungkin Amerika akan menyetujui penjualan pesawat-pesawat ini ke negara tersebut,” kata Victor. “Tindakan ini akan mengubah keseimbangan kekuatan di kawasan tersebut. Akan tetapi, bukan saya yang harus mengambil keputusan.”

Namun, menurut Jim Winchester dalam Douglas A-4 Skyhawk: Attack & Close-Support Fighter Bomber, kemungkinan Israel yang memulai penjualan, tetapi penjualan itu diperantarai oleh Amerika Serikat untuk menghindari kepekaan muslim Indonesia. Wakil Presiden Amerika Serikat Walter Mondale, menyerahkan 16 Skyhawk waktu berkunjung ke Jakarta pada Mei 1978. Sisanya, 14 Skayhawk (kursi tunggal) dan dua Skayhawk (dua kursi) diserahkan pada November 1979.

Operasi Alpha

Tak lama setelah menjabat Menhankam/Panglima ABRI pada Maret 1978, Jenderal TNI M. Jusuf menerima laporan mengenai tawaran membeli pesawat tempur A-4E dan A-4F Skyhawk milik AU Israel dengan harga cukup murah. Israel mau melepas 32 pesawat itu karena akan menggantinya dengan pesawat tempur F-16 Fighting Falcon.

“Menurut Jusuf, laporan itu didapat dari Asintel Hankam (Asisten Intelijen Pertahanan dan Keamanan) Mayjen TNI L.B. Moerdani, yang mempunyai jaringan baik dengan pihak Israel,” tulis Atmadji Sumarkidjo dalam biografi Jenderal M. Jusuf, Panglima Para Prajurit.

Jusuf menyetujui pembelian pesawat tempur tersebut. Tetapi, dia meminta Benny agar merancang skenario yang baik sehingga asal-usul pembelian pesawat itu tidak diketahui masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim yang pasti menentangnya.

Untuk itu, proses transaksinya ditangani oleh intelijen kedua negara: Mossad dan BAIS (Badan Intelijen Strategis) ABRI. Operasinya bersandi Alpha. Operasi rahasia ini ditangani oleh Benny, bersama Teddy Rusdy, direktur Rencana Penelitian dan Pengembangan BAIS, dan KSAU Marsekal TNI Ashadi Tjahyadi. Sedangkan agen Mossad, Jerry Hessel, berperan sebagai penghubung dengan AU Israel.

Baca juga: Anti Serangan Rudal Israel dalam Pesawat Kepresidenan

“Sasaran Operasi Alpha ialah membawa masuk pesawat-pesawat A4 Skyhawk ke zona NKRI tanpa menimbulkan gejolak di masyarakat Indonesia. Operasi rahasia ini melibatkan pula sejumah perwira Badan Intelijen Strategi ABRI,” kata Marsekal Muda (Purn.) TNI Teddy Rusdy dalam biografinya, Think Ahead karya Servas Pandur.

Operasi Alpha termasuk mengirim pilot TNI AU yang dipilih secara ketat untuk latihan menerbangkan pesawat Skyhawk di Israel. Mereka harus merahasiakannya dan mengaku berlatih di Amerika Serikat.

“Pilot-pilot Indonesia dilatih oleh Skuadron No. 141 di Etzion, Israel, dan segera setelah selesai pelatihan, skuadron pesawat itu dikirimkan ke Indonesia,” tulis Winchester.

Baca juga: Rencana Indonesia Menjual Helikopter ke Iran

Menurut Atmadji, kepada media massa disampaikan bahwa pesawat Skyhawk didatangkan dari Amerika Serikat. Namun, ada yang tahu bahwa pesawat itu bekas AU Israel. Maka, dijelaskan bahwa pesawat itu dibeli lagi oleh Amerika Serikat untuk dijual kepada Indonesia.

“Sesuai dengan peraturan yang berlaku di Amerika Serikat, pesawat-pesawat yang dibeli dari mereka melalui fasilitas khusus boleh dijual kepada negara lain bila disetujui oleh Amerika Serikat. Kebetulan, baik Amerika Serikat maupun Israel sepakat untuk menjual dua skuadron pesawat itu kepada Indonesia. Pembayarannya melalui kredit ekspor kepada AS,” tulis Atmadji.

Pada peringatan Hari ABRI 5 Oktober 1980, pesawat-pesawat Skyhawk melakukan fly-pass (terbang formasi) bersama pesawat yang benar-benar baru yaitu F-5E Tiger II buatan Northtrop Corporation, Amerika Serikat. Kemampuan pesawat Skyhawk masih prima karena pemeliharaan yang baik oleh AU Israel.

TNI AU melibatkan pesawat Skyhawk dalam operasi militer mulai dari Timor Timur sampai Gerakan Aceh Merdeka. Diprediksi beroperasi selama sepuluh tahun, ternyata pesawat Skyhawk dapat digunakan selama 20 tahun. Mulai tahun 2004, pesawat Skyhawk secara bertahap dipensiunkan.

TAG

mossad israel

ARTIKEL TERKAIT

Selintas Hubungan Iran dan Israel Tepung Seharga Nyawa Seputar Deklarasi Balfour Pangeran William, Putri Diana, dan Palestina Piala Asia Tanpa Israel Mandela dan Palestina Pendukung Zionis yang Mengutuki Kebrutalan Israel Wapres RI Minta Wapres AS Hentikan Agresi Israel ke Palestina Mimpi Raja Faisal Memerdekakan Palestina dan Masjid Al-Aqsa Al-Shifa, dari Barak Inggris hingga Rumah Sakit Terbesar di Gaza