Perang Dunia II menyeret Gaston Glock ke medan perang. Pemuda Austria ini harus ikut wajib militer pada tahun-tahun terakhir perang. Dia masih begitu muda untuk menjadi serdadu, tapi negaranya yang terancam tentara Sekutu memaksanya berperang.
“Aku terlalu muda kala itu: 15, 16 tahun, tapi kami telah mendapatkan beberapa pelatihan militer yang singkat,” tulis Paul M. Barret dalam Glock: The Rise of America’s Gun.
Berhubung Jerman kalah dan dianggap penjahat perang, Glock berada di pihak yang tidak menguntungkan. Sehingga dia tak mau membanggakan keterlibatannya dalam Wehrmacht (Angkatan Darat Jerman).
Baca juga: Asal-Usul Pistol
Barret menyebut Glock berusaha meminimalkan keterlibatannya dalam Perang Dunia II. Glock pernah mengaku hanya menjalani dinasnya dua atau tiga hari, tidak lebih. Menurut Barret, itu tidaklah mengherankan.
Setelah perang berlalu, Glock seperti kebanyakan pendukung Hitler, berusaha bangkit dari kekalahan. Jerman dan negara-negara sekutunya tetap maju industrinya meski kalah perang. Glock lalu belajar teknik dan menjadi insinyur teknik. Dia terjun dalam industri plastik dan logam. Tahun 1963 menjadi tahun penting dalam bisnisnya. Buku Guns in American Society: A-L menyebut Glock mendirikan perusahaannya pada 1963 di Deutsch-Wagram, dekat kota Wina, Austria.
Baca juga: Membidik Sejarah Senapan
Perusahaan keluarga Glock itu memproduksi barang logam dan plastik biasa, bukan senjata. Robert A. Sadowski dalam Book of Glock: A Comprehensive Guide to America’s Most Popular Handgun menyebut pada 1970 perusahaan Glock memproduksi barang-barang printilan militer seperti pisau militer, sabuk senapan mesin, dan granat latihan.
Sejak 1973, militer Austria hendak mengganti pistol standar mereka, yaitu Walther P-38. Pistol itu dikembangkan pada 1938 untuk menggantikan Luger. Tentara Jerman memakai pistol itu dalam Perang Dunia II. Kaum sosialis Austria menuntut agar pistol untuk tentara harus buatan dalam negeri, bukan pabrikan asing.
Suatu hari di awal tahun 1980, Glock berkunjung ke Kementerian Pertahanan. Sepulang dari sana, dia membeli beberapa merek pistol, seperti Beretta 92F buatan Italia, Sig Sauer 220 buatan Swiss, CZ 75 buatan Ceko, dan versi modern Walther P-38 buatan Jerman. Sampai di rumah, dia utak-atik pistol-pistol itu.
“Saya membeli dan menguji semua pistol modern yang tersedia saat itu, dan saya mencoba untuk melibatkan para ahli terbaik yang saya kenal,” kata Glock.
Glock mengundang beberapa ahli senjata api ke sebuah vila milik Helga dan Gaston Glock di Velden, Austria Selatan, pada Mei 1980. Jago tembak Jerman yang sedang menjadi pengawas pengadaan senjata militer Austria, Kolonel Friederich Decant, dan penulis buku Silencers for Hand Firearms, Siegfried Hubner, hadir di sana. Hubner pernah melakukan penelitian di pabrik senjata Mauser dan Heckler & Koch. Dalam pertemuan itu, mereka membicarakan soal pistol.
“Apa yang Anda inginkan dalam pistol masa depan?” tanya Glock, seperti dikutip Barret. Kolonel Decant mengatakan bahwa Angkatan Darat membutuhkan pistol yang bisa menampung banyak peluru sembilan milimeter.
Baca juga: Benarkah Kalashnikov di Balik Lahirnya AK-47?
Walther P-38, yang menjadi acuan dari pistol yang hendak dibuat Glock, hanya mampu memuat 8 peluru. Tarikan pelatuknya harus konsisten dan ringan untuk penembakan yang cepat dan akurat. Pistol itu harus kuat di medan bersalju, es, dan lumpur. Pistol itu juga harus ringan dan mudah disarungkan. Pistol yang baik tentu saja juga membuat pemegangnya aman.
Setelah pertemuan itu, Glock mulai membuat prototipe pistol berdasarkan masukan para ahli senjata. Dia menyewa teknisi berpengalaman untuk membantunya merancang pistol. Dia juga menyempatkan datang ke kelas menembak sekolah polisi.
“Niat saya adalah untuk belajar sebanyak mungkin tentang penggunaan pistol secara umum, tidak hanya situasi pertempuran, tetapi juga untuk penggunaan polisi dan militer dan semua aspek penggunaan pistol,” kata Glock.
Baca juga: Isu Senjata untuk Kudeta
Versi pertama dari pistol itu diuji coba di sebuah ruang bawah tanah. Biasanya setelah makan malam. Glock mencobanya dengan hati-hati untuk berjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan.
“Dia menembak sendirian, hanya menggunakan tangan kirinya. Jika pistol diledakkan, dia masih memiliki tangan kanan yang bagus untuk menggambar mekanik,” tulis Barret.
Keunggulan Glock 17 juga karena pemakaian bahan plastik ringan dan tahan korosi. Plastik industri yang disebut polimer sudah dikenal Glock ketika berbisnis bahan yang dipakai sebagai gagang pisau militer buatannya. Glock butuh waktu sekitar setahun untuk merampungkan pistol rancangannya. Waktu yang tergolong cepat dalam perancangan pistol.
Baca juga: Bisnis Senjata Keluarga Cendana
Pada 30 April 1981, Glock mengajukan paten atas pistolnya. Dia menamai pistolnya Glock 17. Pistolnya memuat 17 peluru, melebihi teknologi Walther P-38 yang hanya memuat 8 peluru. Setelah setahun pengujian disertai perbaikan, Glock 17 diserahkan kepada Angkatan Darat Austria pada 19 Mei 1982.
Kerja dua tahun itu pun selesai dan berbuah manis bagi Gaston Glock. Pada 1983, Kementerian Pertahanan Austria memesan 20 ribu Glock 17. Setelah itu, Glock 17 mendunia dan laris di pasaran pistol Amerika. Polisi lapangan dan pasukan khusus banyak memakainya.
Belakangan ini Glock 17 disebut-sebut karena digunakan oleh Bharada E untuk membunuh Brigadir J. Mantan Kabareskrim Komjen Pol. (Purn.) Susno Duadji pun merasa heran karena biasanya Glock 17 tidak dipakai oleh tamtama polisi. Peristiwa penembakan itu terjadi pada 8 Juli 2022, sebelas hari jelang ulang tahun Gaston Glock ke-93 pada 19 Juli 2022.