Masuk Daftar
My Getplus

Kolonel Husein Yusuf Dipecat Karena Tak Ada di Tempat

Alex Kawilarang bersitegang dengan bawahannya. Keduanya kelak sama-sama terlibat dalam pemberontakan terhadap pemerintah pusat.

Oleh: Martin Sitompul | 09 Jun 2022
Alex Kawilarang dan Husein Yusuf.

Kelamaan libur memang kerap bikin terlena. Perkara itu pula yang pernah membuat jengkel Kolonel Alex Kawilarang, panglima Teritorium I/Sumatra, terhadap bawahannya. Kisahnya bermula ketika Kawilarang berkunjung ke Kutaraja yang merupakan ibu kota provinsi Aceh pada 1950.

Dalam lawatannya ke kota yang kini bernama Banda Aceh itu, Kawilarang tidak mendapati Kolonel Husein Yusuf, komandan Divisi X. Husein Yusuf tidak menyambut Kawilarang karena sedang pulang kampung di Bireuen. Absennya Husein Yusuf menyebabkan Kawilarang tersinggung.

“Kawilarang marah, dia memecat Husein Yusuf hanya dengan selembar kertas biasa. Tentu saja Husein Yusuf marah,” ungkap Sjamaun Gaharu dalam otobiografinya yang disusun Ramadhan KH dan Hamid Jabar, Sjamaun Gaharu. Gaharu merupakan perwira asal Aceh yang kemudian menjadi panglima Kodam I/Iskandar Muda (1956—1960).

Advertising
Advertising

Panglima yang Membelot  

Dalam Perang Kemerdekaan di Sumatra Utara, Kolonel Husein Yusuf termasuk perwira yang diperhitungkan. Sebagai panglima divisi, Husein Yusuf salah satu sosok penting di balik pembelian pemancar radio selundupan dari Singapura. Husein Yusuf memerintahkan Mayor Nip Xarim untuk membawa 25 ton getah karet yang akan ditukarkan dengan pemancar radio dari seorang perwira Angkatan Laut Inggris. Setibanya di Aceh, radio ini dipergunakan oleh bagian Penerangan Divisi X.

Menurut buku Dua Windu Kodam I/Iskandar Muda, koordinasi dan teknik penyiaran dalam Radio Tentara Divisi X dipegang oleh A.G. Mutyara. Sementara itu, politik dan sasaran penyiaran dipegang Kolonel Husein Yusuf. Siaran radio ini sangat berperan ketika Belanda melancarkan agresi militer yang kedua. Ia menjadi corong berita ke mancanegara dalam menyuarakan perjuangan Indonesia sekaligus membungkam propaganda Belanda. Dikenal dengan nama Radio Rimba Raya karena dioperasikan di tengah hutan belantara pedalaman Aceh.

Baca juga: Orang-orang di Balik Radio Rimba Raya

Pemancar Radio Divisi-X ini telah memegang peranan penting dalam rangka menyiarkan dan mengobarkan semangat perjuangan, yang dapat mendorong semangat juang pasukan-pasukan kita diberbagai front medan pertempuran,” tulis buku Dua Windu Kodam I/Iskandar Muda.

Namun, selepas pengakuan kedaulatan, Husein Yusuf telibat dalam pemberontakan Darul Islam di Aceh. Husein Yusuf dikenal sebagai orang kepercayaan Daud Beureuh yang merupakan pemimpin Darul Islam. Dengan pengaruh yang masih kuat sebagai mantan panglima divisi, seperti dituturkan Gaharu, Husein Yusuf mengajak kawan-kawan seperjuangannya terjun ke kancah pemberontakan.

Pengakuan Kawilarang

Seperti Husein Yusuf, Kawilarang juga termasuk perwira penting memasuki penghujung masa revolusi di Sumatra Utara. Ia datang belakangan dengan tugas khusus, mendamaikan para komandan: Mayor Liberty Malau dan Mayor Bedjo. Pertikaian mereka merembet kepada pasukan masing-masing yang bertempur satu sama lain. Sukses menjalankan tugas itu, Kawilarang kemudian diangkat menjadi panglima Teritorium I/Sumatra. Ia bahkan sempat merintis Kompi Pasukan Komando (Kipasko), cikal bakal pasukan elite Angkatan Darat (Kopassus).

Baca juga: Kipasko, Pasukan Komando Pertama di Indonesia

Dalam memoarnya Untuk Sang Merah Putih, Alex Kawilarang sama sekali tidak menyinggung konflik pribadinya dengan Husein Yusuf. Terlebih lagi, mengenai kasus pemecatan tidak hormat sehubungan dengan kunjungannya ke Aceh. Kedatangannya ke Aceh memang dalam rangka mereorganisasi perangkat militer untuk daerah Sumatra Utara.

Menurut Kawilarang, kinerja para stafnya secara umum cukup memuaskan. Ia menyebut beberapa di antaranya seperti Kepala Staf Mayor Rachmat Kartakusuma, Komando Basis Medan Mayor Djamin Gintings, dan Komando Basis Tapanuli Ibrahim Adjie. Sementara itu, Komando Pasukan Aceh yang dipimpin Husein Yusuf sebenarnya berada pada daerah yang terbilang aman. Tapi, ada yang mengganjal Kawilarang mengenai sosok Husein Yusuf.

“Tetapi rupanya komandannya (Husein Yusuf) punya policy-nya sendiri. Maka kemudian ia diganti oleh Letkol Hasballah,” demikian pengakuan Kawilarang.

Baca juga: Moersjid dan Kawilarang, Dua Panglima Bersimpang Jalan

Kawilarang sendiri kemudian malah mengikuti jejak Husein Yusuf memberontak terhadap pemerintah pusat. Pada 1958, Kawilarang meninggalkan posnya sebagai atase militer di Washington untuk menggabungkan diri dengan Permesta, gerakan daerah di Sulawesi Utara. Keterlibatan Kawilarang dalam Permesta menyebabkan dirinya dicopot dari kemiliteran.

Permesta dan Darul Islam pada akhirnya ditumpas habis oleh pemerintah pusat. Husein Yusuf kembali jadi orang sipil biasa. Ia kemudian kembali kepada profesi lamanya sebelum perang, jurnalis, dengan mendirikan suratkabar Aceh Pos. Husein Yusuf wafat pada 8 Januari 1978 dan dimakamkan di kampung halamannya di Bireuen. Orang-orang setempat getol memperjuangankannya sebagai pahlawan nasional.  

TAG

alex kawilarang husein yusuf revolusi-sumatra utara

ARTIKEL TERKAIT

Pejuang Tanah Karo Hendak Bebaskan Bung Karno Siapa Penembak Sisingamangaraja XII? Sejarah Prajurit Perang Tiga Abad tanpa Pertumpahan Darah Ibnu Sutowo dan Para Panglima Jawa di Sriwijaya Serdadu Ambon Gelisah di Bandung M Jusuf "Jalan-jalan" ke Manado Saat Brigjen Djasmin Dikata Pengkhianat Thomas Nussy versus Anak Cik Di Tiro Kopral Roeman Melawan Teungku Leman