ABDURRAHMAN Wahid atau Gus Dur pernah bikin anekdot begini: “Di Indonesia hanya ada tiga polisi jujur, yakni polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng.” Barangkali, kita bisa menambahkan satu lagi: Soekanto Tjokrodiatmodjo.
“Saat Soekanto meninggal dunia, dia tidak punya apa-apa. Orang ramai bicara Hoegeng. Tapi ingat, Hoegeng mengidolakan Soekanto,” ujar Awaloedin Djamin, mantan Kapolri 1978-1982, kepada Historia.
Soekanto lahir di Bogor pada 7 Juni 1908. Dia adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atau biasa disingkat Kapolri pertama sekaligus dengan masa jabatan paling lama (1945-1959). Soekanto berperan besar dalam meletakan dasar-dasar institusi Kepolisian Republik Indonesia. Kendati demikian, namanya tak banyak diperbincangkan dalam narasi sejarah.
Baca juga: Soekanto Dikudeta di Tengah Prahara
Ucapan Awaloedin bukan isapan jempol. Salah satu buktinya, sampai akhir hayatnya, Soekanto tak punya rumah.
Saat menjabat Kapolri, Soekanto mendapat rumah dinas di Jalan Diponegoro No. 3, Jakarta Pusat. Setelah pensiun, dia tinggal di Jalan Proklamasi No. 43, Jakarta Pusat, di seberang Gedung Pola.
“Itu rumah yang diberikan Mr. Sartono,” ujar Soepardi, keponakan Soekanto, menyebut tokoh pendiri Partai Nasional Indonesia. “Pak Hoegeng, setelah dia pensiun, tiap minggu pagi datang ke Proklamasi.”
Sekali waktu, seorang jenderal tentara datang hendak membeli rumah itu. Namun si jenderal mengajukan syarat bahwa nilai rumah di dalam kuitansi dibesarkan dari yang disepakati. Soekanto naik pitam, “Kamu anggap saya ini apa?”
Baca juga: Kapolri Total Mendalami Spiritual
Tak jelas apakah rumah itu jadi dibeli atau tidak. Yang pasti, sejak 1982, Soekanto pindah rumah lagi.
“Saat Awaloedin jadi Kapolri, Soekanto dipinjami rumah vila van Dorp di Kemang. Itu rumah sitaan. Lalu era Pak Sanoesi (Mochamad Sanoesi, Kapolri 1986-1991), Soekanto pindah ke asrama polisi Ragunan,” ujar Soepardi, yang mengikuti Soekanto sejak 1962.
Dan di asrama polisi itulah Soekanto meninggal dunia tahun 1993. “Vonis dari dokter, dia ada diabetes, ada jantung,” ujar Soepardi.
Soekanto dimakamkan dalam satu lubang bersama istrinya, Hadidjah Lena Mokoginta, yang sudah mendahuluinya, di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan.*