Masuk Daftar
My Getplus

Kala Pesawat Mata-Mata Amerika Dimangsa Jet Tempur Soviet

Saling intip kekuatan lawan dalam Perang Dingin membuat AS meluncurkan air spionage. Satu pesawat Herculesnya ditembak jatuh.

Oleh: M.F. Mukthi | 08 Sep 2022
Hercules 60528 AU AS yang ditembak jatuh jet tempur Soviet MiG-17 di Armenia pada 2 September 1958 (Ilustrasi: M. Yusuf/Historia)

Buat mahasiswa seperti Martin Kakosian –di kemudian hari menjadi seniman-pematung tenar Armenia, kuliah lapangan merupakan kesenangan tersendiri. Selain bisa tetap bersama teman-teman, mereka juga akan terhindar dari kejemuan kuliah dalam ruang dan berpotensi mendapatkan hal-hal baru di luar. Maka begitu perjalanan field trip ke ibukota Yerevan tiba, mereka begitu antusias mengikutinya. Mereka berangkat menggunakan bus pada 2 September 1958 siang menjelang sore.

Ketika sampai di Desa Nerkin Sasnashen (Nerkin Sasunashen) di Provinsi Aragatsotn, Armenia, Kakosian dan kawan-kawan “disuguhi” pemandangan tak lazim di langit. Pesawat-pesawat tempur MiG-17 AU Uni Soviet terlihat mengelilingi sebuah pesawat angkut yang berbadan lebih besar.

Pesawat angkut itu ternyata merupakan C-130A-II “Hercules” AU Amerika Serikat (AS) bernomor ekor 60528. Pesawat yang berpangkalan di Rhein-Main AB, Jerman Barat, itu sedang menjalani tugas di Pangkalan Udara Adana di Incirlik, Turki.  

Advertising
Advertising

Tugas rutin yang dijalani pesawat Hercules itu ialah patroli dekat perbatasan dan pengintaian ke wilayah Soviet. Penerbagan mata-mata (air spionage) seperti itu sudah sejak awal diinginkan Presiden AS Dwight “Ike” Eisenhower ketika naik ke tampuk kekuasaan. Ike selalu khawatir terhadap ketertinggalan AS dari Soviet dalam pembangunan nuklir dan persenjataan. Maklum, informasi tentang kekuatan Soviet amat minim atau bahkan nihil selain dari yang digembar-gemborkan para pemimpin Soviet sendiri.

Baca juga: Pesawat Mata-Mata Amerika Ditembak Jatuh di Kuba

Dengan dukungan badan intelijen CIA, pada 1954 Ike meluncurkan air spionage untuk tujuan mengumpulkan informasi intelijen dan memfoto situs-situs militer serta situs-situs penting Soviet. Hasilnya, pemerintah AS meluncurkan program “Big Safari” pada 1957.

Program tersebut digarap serius dan menelan biaya besar, terutama untuk membuat pesawat khusus lewat U-2 Program. Namun, pesawat-pesawat transport tua eks-Perang Dunia II juga diikutsertakan terutama di masa awal. Pesawat transport C-130 Hercules, yang masih baru, tentu tak ketinggalan. Di bawah proyek “Sun Valley”, sejumlah Hercules tipe A –lalu B pada dekade 1960-an– dimodifikasi untuk kepentingan intelijen udara tersebut.  

Untuk operatornya, CIA bekerjasama dengan AU dan AL. Dengan AU, CIA membentuk Detasemen 10-10 yang anggotanya mayoritas merupakan pilot-pilot rekrutan dari AU AS. Setelah direkrut dan dididik beberapa bulan, para rekrutan ditempatkan di Incirlik, tempat Detasemen 10-10  bermarkas.

Pada 2 September 1958, Hercules 60528 menjadi salah satu pesawat yang mendapat giliran tugas pengintaian. Dikomandani Kapten Rudy J. Swiestra, Hercules 60528 mendapat tugsnya operasi di sepanjang perbatasan Turki-Armenia. Armenia masih bagian dari Soviet.

Dalam penerbangan yang diawaki enam personel 7406th Support Squadron –pilot Kapten Paul E. Duncan, co-pilot Lettu John El. Simpson, navigator Lettu Edward J. Jeruss, dan flight engineering Sersan Laroy Price– itu, diikutsertakan pula 11 personel dari Detasemen 1, 6911th Mobile Radio Group. Mereka kebanyakan ahli bahasa Rusia.

Baca juga: Saat Pesawat Sipil Dihantam Misil

Hercules mengudara dari Incirlik di pesisir Laut Tengah dan langsung menuju Trabzon di pesisir Laut Hitam. Dari Trabzon, Hercules belok kanan menuju Van di Turki Timur dan setelah itu mondar-mandir antara Van dan Trabzon. Dengan begitu, penerbangan Hercules sejajar dengan garis perbatasan Turki-Armenia/Soviet. Jarak Hercules dengan perbatasan terus diupayakan 100 mil paling dekat.

Pada ketinggian 25.500 kaki, co-pilot Simpson melaporkan pesawat telah melewati Trabzon. Kondisi cuaca juga dilaporkannya.

Namun, itu jadi kontak terakhir awak dengan pangkalan. Setelah itu, tak ada lagi komunikasi antara awak C-130 dengan darat.

“C-130 secara misterius berbelok ke timur dan melintasi perbatasan ke Armenia Soviet,” kata penulis yang merupakan pensiunan AU AS, Kolonel (Purn.) Bill Grimes, dalam The History of Big Safari.

Tanpa disadari pilot dan awak, Hercules 60528 masuk ke wilayah udara Armenia. Kemungkinan karena sinyal masalah sinyal.

“Ada kemungkinan kru secara tidak sengaja menggunakan suar di Pelabuhan Poti, Georgia, Soviet sebagai navigasi udara, bukan suar yang terletak di Trabzon (salah satu titik arah rencana penerbangan),” tulis Bill Grimes.

Lantaran memasuki wilayah udaranya secara ilegal, Soviet pun mengirim pesawat-pesawat tempurnya untuk mengidentifikasi dan mengawal Hercules.

Hercules itulah yang di darat dilihat Kakosian dan teman-teman dari dalam bus yang mereka tumpang. Bus itu kemudian berhenti, para penumpangnya pun melihat “pemandangan” tak lazim di langit yang cerah dengan sinar mentari terang. Ada dua MiG-17 terlihat mendekati Hercules 60528.

Pemandangan tak lazim itu pula yang dilihat supir di lahan pertanian bernama Artosi Avdalyan dari ladangnya di wilayah Ani. Menurut Avdalyan, pesawat itu terbang rendah paralel dengan jalur kereta.

Tak berapa lama kemudian, Kakosian melihat dua MiG lagi muncul. Total ada empat MiG yang mendekati Hercules.

“MiG terbang sangat dekat dengan C-130, hampir menyentuh, tampaknya mencoba memaksanya untuk pergi bersama mereka,” tulis sejarawan Larry Tart dan Robert Keefe dalam The Price of Vigilance: Attacks on Surveillance Flights.

Sekira 15 menit pengejaran itu berlangsung. Marsbed Averyan, remaja berusia 15 tahun di desa tersebut, melihat Hercules kemudian berbelok 90 derajat dan mendaki untuk menghindari empat MiG pengejar. Namun, sebuah MiG –yang kemudian diketahui dipiloti oleh Letnan Senior Lopatkov– kemudian mendekati Hercules dan memuntahkan peluru-pelurunya ke arah Hercules.

Baca juga: Saat Pesawat Mata-mata AS Ditembak Jatuh Soviet

Albert Averyan, matematikawan yang tinggal di desa itu, menyaksikan bahwa mesin kanan Hercules lalu terbakar setelah ditembak. Sejurus kemudian, api melahap setengah badan Hercules yang kemudian terus merendah dan jatuh. Ledakan pun terlihat sekira pukul 15.12 waktu setempat.  

Henrik Petrosyan, wartawan yang tinggal di Desa Veri Sasnashen, langsung berlari menuju lokasi jatuhnya Hercules. Dia menyaksikan puing-puing pesawat masih diliputi api dan mencium bau busuk darinya.

“Sebagian besar ekornya masih utuh, dan sebagian badan pesawat. Dia melihat satu tubuh yang terbakar parah di dekat reruntuhan,” tulis Larry Tart dan Robert Keefe.

Hampir bersamaan, Avdalyan juga tiba di lokasi. Dia langsung membantu penduduk desa mengumpulkan sisa-sisa mayat awak Hercules. Dari sekira enam mayat yang berhasil dikumpulkan, tak satupun yang utuh dan semua dalam keadaan terbakar.

Sejam kemudian, beberapa pilot Soviet tiba di lokasi menggunakan sebuah jip. Aparat dari Kementerian Dalam Negeri dan KGB yang membawa anjing pelacak mengikuti tak berapa lama kemudian. Lokasi pun langsung ditutup.

Ketika Kakosian tiba ke lokasi esok paginya, dia mendapati areal jatuhnya Hercules telah dijaga pasukan militer dengan anjing-anjing mereka. Kakosian sempat mengambil potongan kain sintetis yang terbakar. Di hari itu pula Marsbed Averyan mendapati sekolahnya didatangi seorang kolonel yang kemudian meminta para siswa kelas 8 hingga kelas 10 untuk bergabung dengan pasukannya dalam pencarian sisa-sisa apapun dari Hercules yang jatuh.

Lokasi ditutup selama 10 hari. Selama masa itu, pemeriksaan ketat digelar aparat. Bus yang ditumpangi Kakosian berikut penumpangnya tiap hari juga diperiksa.

Setelah upaya pencarian informasi pertama oleh pihak AS dilakukan pada 6 September 1958, enam jenazah awak Hercules dipulangkan pihak Soviet pada 24 September 1958. Namun, pihak AS terus mendesak agar 11 jenazah awak lainnya dicari keberadaannya –hal ini kemudian berkembang menjadi sengketa AS-Soviet. Upaya tersebut terus gagal, dan baru mulai berhasil setelah Soviet runtuh, di mana Presiden Rusia Boris Yeltsin mulai membuka arsip-arsip kasus tersebut.

Bersama warga Sasnashen dan Lorna Bourg, saudara perempuan awak mendiang Archie Bourg Jr., pada 1993 Kakosian mendirikan sebuah khachkar (prasasti berukir yang umum di Armenia) di lokasi jatuhnya Hercules untuk menghormati para awak yang tewas dan hilang.  

“Kasus Angkatan Udara 60528 tidak biasa—bukan karena pemerintah AS menyembunyikan kebenaran tentang tujuannya selama hampir 40 tahun, tetapi karena sisa-sisa awak akhirnya ditemukan dan dikembalikan, dan ingatan akan mereka dihormati. Untuk awak dari setidaknya 30 pesawat pengintai lain yang hilang, tidak ada pemulihan, tidak ada pengembalian, tidak ada upacara,” tulis jurnalis Paul Glenshaw dalam artikelnya, “Secret Casualties of the Cold War”, di smithsonianmag.com, Desember 2017.

TAG

perang dingin uni soviet amerika serikat

ARTIKEL TERKAIT

Pieter Sambo Om Ferdy Sambo Pejuang Tanah Karo Hendak Bebaskan Bung Karno Siapa Penembak Sisingamangaraja XII? Sejarah Prajurit Perang Tiga Abad tanpa Pertumpahan Darah Ibnu Sutowo dan Para Panglima Jawa di Sriwijaya Serdadu Ambon Gelisah di Bandung M Jusuf "Jalan-jalan" ke Manado Saat Brigjen Djasmin Dikata Pengkhianat Thomas Nussy versus Anak Cik Di Tiro