Lhokseumawe, 17 Juli 2017. Dua warga Kabupaten Pidie menyerahkan dua pucuk senapan serbu ke Korem 011 Lilawangsa, Lhokseumawe, Aceh. Menurut Danrem Kolonel Agus Firman, kedua senjata api itu masing-masing berjenis AK-47 dan AK-45. Meski tak diketahui apakah kedua warga yang identitasnya dirahasiakan itu mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) atau bukan, dua senapan yang mereka serahkan merupakan peninggalan masa konflik GAM di Serambi Mekah.
Keberadaan AK-47 bukan hal aneh di sana karena senapan paling populer di dunia itu paling dicari para kombatan di berbagai tempat konflik di seluruh dunia. Dibandingkan senjata sejenis, AK-47 unggul dalam hal kemudahan penggunaan dan perawatan, tak mudah macet, dan murah.
Kelahiran AK-47 tak lepas dari sosok prajurit Uni Soviet bernama Mikhail Kalashnikov. Pengalamannya dalam Parang Dunia II, dimana dia dan ribuan lain tentara merah sering mengalami masalah dengan senapan-senapan mereka, membuat dia berhasrat membuat senapan yang tahan banting. Maka, dia pun menciptakan Avtomat Kalashnikov (AK) 47, angka yang mengacu pada tahun penciptaan.
Namun, benarkah kelahiran senapan serbu legendaris itu murni buah pemikiran dan kerja Kalashnikov?
Kelahiran AK-47 berkaitan erat dengan program pengembangan senapan serbu Soviet pada 1944 dan kekalahan Jerman dalam Perang Dunia II. Setelah menduduki kota Suhl, Jerman pada Juli 1945, pasukan Soviet memanfaatkan betul pabrik senjata di kota itu. Mereka memproduksi senjata dan merampas cetak-biru persenjataan pabrik itu. “Secara keseluruhan, 10.785 lembar desain teknis disita sebagai bagian dari penelitian mereka,” tulis Alejandro de Quesada dalam MP 38 and MP 40 Submachine Guns.
Pasukan Soviet bahkan membawa para ahli senjata Jerman, termasuk ahli senjata kondang Hugo Schmeisser, ke negerinya pada 24 Oktober 1946. Para ahli senjata Jerman yang menjadi tawanan itu lalu dipekerjakan di Izhevsk, Pegunungan Ural, kota tempat pusat pengembangan senjata api Soviet.
Program pengembangan senjata Soviet berhasil. Salah satunya lahir pada 13 November 1947, ketika Mikhail Kalashnikov, yang bekerja di pabrik senjata Kovrov, memperkenalkan senapan serbu otomatis AK-47. Senapan serbu otomatis itu kemudian menjadi senjata paling laris di dunia, digunakan mulai dari militer resmi berbagai negara hingga para teroris. Nama Kalashnikov pun tenar dan melegenda.
Persoalannya, Soviet mengklaim AK-47 sebagai senjata yang murni lahir dari buah pikiran dan kerja keras Kalashnikov. Padahal, fakta yang ada menunjukkan AK-47 punya banyak kesamaan dengan senapan serbu otomatis MP-43/MP-44/StG.44 karya Hugo yang mulai dipakai Angkatan Darat Jerman pada akhir Perang Dunia II. Pengamat senjata Gordon Rottman menulis dalam The AK-47: Kalashnikov-Series Assault Riffles, usai perang Hugo dipekerjakan oleh Soviet dalam pembuatan AK-47.
Meski tak jelas apakah Hugo dan Kalashnikov pernah bekerjasama atau bahkan sekadar bertemu, kesamaan yang ada pada karya masing-masing membuktikan bahwa AK-47 bukan karya yang murni lahir tanpa “campur tangan” pihak lain. Terlebih, perkataan Kalashnikov tentang penciptaan AK-47 tak pernah konsisten.
Dalam acara televisi “Tales of the Gun” pada akhir dekade 1990-an, misalnya, Kalashnikov mengklaim AK-47 tak memiliki kesamaan dengan MP-43/MP-44/StG-44. Beberapa tahun kemudian, dia menyatakan bahwa AK-47 sedikit terinspirasi oleh StG-44. Pada 2009, Kalashnikov mengatakan bahwa Schmeisser membantunya mendesain AK-47.
Padahal, pada 1947 Kalashnikov masih bekerja di Kovrov, berjarak 900-an km dari Izhevsk. Meski Kalashnikov kemudian bekerja di Izhevsk, itu terjadi baru tahun 1949 atau dua tahun setelah AK-47 lahir.
Hingga kini, para pakar senjata Rusia pun masih kesulitan mengungkap secara gamblang proses kelahiran AK-47. Sejauh mana keterlibatan Schmeisser dalam penciptaan AK-47, mereka juga tak tahu pasti lantaran dokumen-dokumen pada tahun itu masih classified. Satu hal yang perlu diperhatikan, propaganda Soviet yang gencar sejak Perang Dunia II. Jadi, benarkah AK-47 murni ciptaan Kalashnikov atau ia hanya bagian propaganda Soviet laiknya kebesaran Vassily Zaitsev dalam propaganda sniper era Perang Dunia II?