ALKISAH, sejumlah kapal bangsa Tamil dikirim ke tengah laut yang bergelombang. Mereka menyerang sebuah negeri kepulauan di Asia Tenggara, Kerajaan Sriwijaya, yang makmur dan merajai perdagangan maritim di perairan Sumatra. Mereka menawan rajanya, Sangramavijayottunggavarman, yang disebut sebagai raja negeri Kadaram.
“Maka direbutnya pula harta kekayaan yang dengan jujur dikumpulkan oleh raja Kadaram itu, serta Vidyadharatorana, Gapura Perang di kota musuh yang besar, Gapura Ratna yang dihias dengan sangat indahnya, Gapura Ratna-Ratna Besar, Sriwijayam yang makmur,” demikian tercatat dalam Prasasti Tanjore.
Prasasti berbahasa Tamil dari tahun 1030 itu berisi berita kemenangan Kerajaan Cola atas Sriwijaya. Oleh Eugen Hultzsch, indolog dan epigraf asal Jerman, piagam tembaga ini diterbitkan dua abad lalu. Di dalamnya dengan rinci disebutkan negeri-negeri yang dikalahkan Cola.
Di antara negeri-negeri itu, Sriwijayam, yang mungkin ada di sekitar Palembang sekarang, disebut pertama kali. Lainnya, berdasarkan telaah George Coedes dalam “Kerajaan Srivijaya” yang terbit dalam Kedatuan Sriwijaya adalah daerah-daerah yang ada di pesisir. Ia menyebutkan, Pannai di pantai timur Sumatra, berhadapan dengan Malaka; Malaiyur merujuk pada Malayu abad ke-7, artinya Jambi; Mayirudingam di semenanjung Tanah Melayu; Ilangasogam atau Langkasuka di selatan Kedah; Mappappalam di Pantai Pegu, Myanmar; Mevilimbangam atau Kamalangka di Nakhon si Tammarat, Ligor; Valaippanduru, yang mungkin Pandur(anga) di Champa; Talaittakkolam atau Takkola di Tanah Genting Kra; Madamalingan atau Tambralinga, yang pusatnya di Ligor selatan Thailand; Ilamuridesam adalah Lamuri, di ujung utara Sumatra; Manakkavaram di Kepulauan Nikobar; dan Kadaram di Kedah. Semua wilayah itu merupakan negara bawahan raja Kadaram yang ditaklukkan Cola ketika menyerbu Sumatra pada 1025 M.
Coedes meyakini raja Kadaram tak lain adalah raja Kerajaan Sriwijaya. Ini berdasarkan perkiraan Kadaram ada di lokasi Kedah sekarang. Dulunya, tempat ini termasuk dalam wilayah Sriwijaya.
Adapun Kedah merupakan persinggahan di tanah Melayu sebelum melintasi teluk Benggala. Tempat itu juga disinggahi dalam pelayaran kembali ke India. Karenanya, akan mudah dipahami kalau bangsa Cola menyebut Raja Sriwijaya sebagai Raja Kadaram. Wajar seseorang menyebut sebuah negeri asing dengan nama penghuni, provinsi, sungai, atau gunung yang pertama kali dijumpainya waktu memasuki wilayah itu.
“Mungkin saja kecenderungan itu maka orang Tamil menyebut raja Palembang dengan nama pelabuhan yang pertama yang mereka singgahi,” kata Coedes.
Serangannya tak cukup sekali itu. Ada yang berpendapat Cola pernah melancarkan tiga kali serangan.
Pada 1937, Ramesh Chandra Majumdar yang pertama menyebut kedatangan perdana Cola ke Sriwijaya pada 1017. Pendapatnya ini didasarkan pada Prasasti Tiruvalangadu dari tahun ke-6 pemerintahan Rajendracola, yaitu antara 1017-1018. Sayangnya, pemberitaannya tak begitu rinci.
Serangan kedua pada 1025 sebagaimana diberitakan dalam Prasasti Tanjore. Serangan berikutnya pada 1068 ketika Cola dipimpin Virajendra, putra Rajendracola I.
Sejarawan India, Nilakanta Sastri meragukan serangan pertama pada 1017. Menurutnya, hubungan Sriwijaya dan Cola masih baik. Dia juga mengatakan, bagian prasasti yang menyebut serangan itu baru ditambahkan pada masa kemudian.
Namun, menurut Tansen Sen, berdasarkan berita Tiongkok, sebelum tahun 1025 hubungan dua wilayah itu tak semesra yang dikira Nilakanta. Dalam “The Military Campaigns of Rajendra Chola and the Chola-Srivijaya-China Triangle”, yang terbit dalam Nagapattinam to Suvarnadwipa, Tansen megungkapkan Sriwijaya dianggap menghalangi hubungan langsung antara Cola dan Tiongkok.
“Dengan demikian, serangan Cola ke Sriwijaya pada 1017, sesaat setelah kembalinya utusan pertama Cola ke Cina, bukannya tidak bisa dipahami,” tulis sejarawan dari NYU Shanghai itu.
Claude Guillot dkk. dalam Barus Seribu Tahun yang Lalu menyebut sudah sejak abad ke-10 kekuasaan Cola meluas pesat. Penguasanya, Rajaraja I (985-1014), kata Coedes, berbangga diri telah menaklukkan 12.000 pulau. Dinasti Tamil yang menguasai India Selatan itu pamornya memuncak sejak putranya, Rajendracola I (1014-1044) berkuasa pada awal abad ke-11. Dialah yang pertama menyerang Kadaram.
Meski mengubrak-abrik Sriwijaya, serangan itu tak berakibat pada kondisi politik di Sriwijaya. Serangan itu hanya untuk mengembalikan Sriwijaya ke penguasa semula. Bahkan, ketika Raja Sangramawijayatunggawarman ditawan, kerajaan itu hanya mengganti pemimpinnya. Pun setelahnya, kerajaan itu masih punya waktu untuk menjalin hubungan dengan Tiongkok.
“Pengganti Rajendracola I, Virarajendra, juga kemudian membanggakan diri dengan penaklukkan Kadaram. Namun, dia bergegas menyerahkan kembali kekuasaan sang raja,” kata Coedes dalam Asia Tenggara Masa Hindu-Buddha.
Alasannya, menurut Coedes, letak Sriwijaya terlalu jauh dari Cola. Perilaku penguasa Cola terhadap Sriwijaya dinilai merupakan tindakan terbaik yang bisa dilakukan. Sebagai negeri yang berada di seberang laut bergelombang, sulit bagi Cola untuk memanfaatkan kemenangannya dan kemudian mengendalikan pemerintahan dari negaranya.
Baca juga:
Alasan Cola Serang Sriwijaya
Pertukaran Pelajar antara Sriwijaya dan Nalanda
Revolusi Bahasa di Sriwijaya
Inilah Akta Kelahiran Sriwijaya
Suku Laut Sriwijaya
Sriwijaya Tak Berkuasa hingga Thailand
Pendahulu Sriwijaya
Sriwijaya Genjot Pajak