MESKI mengadopsi kebudayaan India, Nusantara memiliki beberapa pencapaian paling awal di banding negara itu. Misalnya, untuk pertama kali cerita Ramayana digambarkan dalam relief di Candi Prambanan meski teks kesusastraan Ramayana berasal dari India.
“Lagipula cerita Ramayana versi Jawa dan India juga berbeda,” kata Dr. Andrea Acri, peneliti dari Ecole Pratique des Hautes Etudes, Paris, Prancis, dalam seminar "Reviving the Sriwijaya-Nalanda Civilization Trail", di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Senayan, Jakarta, Selasa (8/8).
Pencapaian lain adalah candi-candi yang megah. “Prambanan, Borobudur sebagai candi Buddhis terbesar di dunia adanya di Indonesia, bukan di India,” kata Andrea.
Baca juga: Tan Jin Sing, orang Tionghoa yang membuka jalan pertama ke Candi Borobudur
Selain itu, yang menarik soal penulisan angka nol (0) sebagai angka numerik. Menurut Andrea, penelitian terbaru menunjukkan bukti pertama penggunaan nol muncul di Prasasti Trapeang Prei, Kamboja dan di tiga prasasti era Sriwijaya. Semua berasal dari masa yang sama, yaitu tahun 604 saka (683 M), 200 tahun lebih awal daripada di India.
“Nol berasal dari India. Tapi angkanya baru muncul abad 9. Di Kamboja dan Sriwijaya lebih dulu muncul. Ini salah satu achievment,” ungkap Andrea.Tak hanya itu, Sumatra juga mendapat predikat sebagai tempat terbaik belajar bahasa Sanskerta. Informasi ini didapat dari pengembara asal Cina, Yijing yang pernah menetap di Sriwijaya. Dia menyebut Sriwijaya sebagai pusat studi bahasa Sanskerta sebelum para biksu dan pelajar Buddhis berangkat ke India.
“Sebelum ke India para pendeta ini sebaiknya menetap dulu di Sriwijaya. Ini sangat luar biasa. Itu kan bahasa asing,” kata Andrea.
Dengan demikian, Sriwijaya menjadi mata rantai penghubung antara India, Asia Tenggara, hingga Cina.