PARA pengikut Kertarajasa yang setia dan berjasa dalam perjuangan mendirikan Kerajaan Majapahit diberi kesempatan untuk menikmati hasil pengabdiannya. Sebagai balas jasa, mereka diangkat menjadi pejabat tinggi dalam pemerintahan. Namun, satu per satu memberontak.
Sebagian nama pengikut Kertarajasa itu dijumpai dalam beberapa prasasti. Prasasti Kudadu (1294 M) menyebutk Wiraraja sebagai mantri mahawiradikara. Prasasti Sukamrta (1296 M) menyebut Mpu Tambi (Nambi) sebagai rakryan mapatih dan Mpu Sora sebagai rakryan apatih di Daha. Dalam hierarki Majapahit, Nambi memperoleh kedudukan yang tinggi sedangkan Sora mendapat tempat kedua.
Sumber lain, Kidung Ranggalawe, menyebut Wenang atau Lawe sebagai amanca nagara di Tuban dan adhipati di Datara. Adapun tokoh yang pernah memimpin pasukan Singhasari ke Malayu dijadikan panglima perang dan mendapat nama Kebo Anabrang.
Kendati masing-masing sudah diberi kedudukan, namun tetap ada yang tak puas. Inilah salah satu pemicu pemberontakan dalam dua dasawarsa pertama sejarah Majapahit yang baru berdiri.
Pemberontakan Ranggalawe
Pemberontakan pertama ini terjadi ketika Wijaya masih berkuasa pada 1217 saka (1295 M). Pemberontakan bupati daerah Datara yang beribukota di Tuban ini dipicu ketidakpuasannya atas kebijakan yang diambil oleh Wijaya.
Peristiwa ini dikisahkan dalam Pararaton, Kidung Ranggalawe, dan Kidung Panji Wijayakrama, tapi tidak sebut dalam Nagarakrtagama.
Pararaton dan Kidung Ranggalawe mengisahkan Ranggalawe tak terima Nambi dipilih sebagai patih di Majapahit. Dia merasa lebih berjasa dan gagah berani dibanding Nambi.
Pemberontakan dapat dipadamkan dan Ranggalawe tewas. Namun, Majapahit kehilangan perwira setianya yang ikut membangun kerajaan, yaitu Kebo Anabrang
Pemberontakan Lembu Sora
Serat Pararaton mencatat pemberontakan Lembu Sora terjadi pada 1300 M. Kekisruhan ini tak disebut dalam Nagarakrtagama, namun dipaparkan rinci dalam Kidung Sorandaka.
Kidung Sorandaka dan Serat Pararaton menyebut tokoh bernama Mahapati, dalang peristiwa Lembu Sora. Dia membisiki Wijaya untuk menghukum Lembu Sora karena telah menikam Kebo Anabrang yang tengah memiting leher Ranggalawe. Dia lolos dari hukuman mati karena berjasa kepada kerajaan.
Mahapati kemudian memfitnah Lembu Sora akan berkhianat kepada Majapahit. Tentara Majapahit pun menyerangnya. Dia dan sahabatnya, Juru Demung dan Gajah Biru, terbunuh.
Pemberontakan Nambi
Jayanagara, putra Wijaya, mewarisi Majapahit dalam keadaan belum ajeg. Dia mencurigai para pengikut ayahnya tak setia. Ditambah lagi fitnah Mahapati menjadi-jadi. Setelah Lembu Sora, Mahapati kemudian memfitnah Nambi.
Serat Pararaton menerangkan Mahapati berujar kepada Nambi kalau sang prabu tak senang kepadanya. Agar tak salah paham, dia menyarankan supaya Nambi menyingkir dari ibukota untuk sementara waktu. Kebetulan ayahnya sedang sakit. Jayanagara mengizinkan Nambi menengoknya, tapi tak boleh terlalu lama.
Ketika ayahnya meninggal, Nambi ingin memperpanjang cutinya. Namun, Mahapati berkata lain kepada raja bahwa Nambi tak akan kembali dan justru membangun benteng dan pasukan untuk memberontak.
Nambi pun membuat benteng di Pajarakan untuk mengantisipasi serangan Majapahit. Pada 1316 M tentara Majapahit menyerang Pajarakan dan menduduki kotanya. Nambi dan keluarganya dihabisi. Meski begitu, di antara menteri Majapahit banyak pula yang memihak Nambi.
Setelah pemberontakan itu, ungkap Kidung Sorandaka, Mahapati diangkat menjadi patih amangkubhumi menggantikan Nambi. Ambisinya tercapai.
Pemberontakan Semi
Usai menumpas Nambi, Majapahit belum sepenuhnya tenang. Dua tahun kemudian, pada 1318 M, Semi memberontak pada Jayanagara.
Semi bersama Kuti, Pangsa, Wedeng, Ra Yuyu, Ra Tanca, dan Ra Banyak merupakan dharmmaputra yang mendapat anugerah dari raja.
Pemberontakan Semi dapat diatasi dengan mudah.
Pemberontakan Kuti
Setahun kemudian, pemberontakan Kuti cukup mencemaskan kerajaan. Sang prabu sampai mengungsi ke Desa Badander. Berdasarkan Pararaton, di pemberontakan ini nama Gajah Mada muncul untuk pertama kali. Berkat siasatnya, huru hara berhasil dipadamkan. Majapahit tenang kembali.
Meski begitu, Jayanagara akhirnya tewas di tangan Ra Tanca, pejabat dharmaputra yang berperan sebagai tabib istana. Ra Tanca tewas di tangan Gajah Mada.
Baca juga:
Awal Mula Kerajaan Majapahit
Polemik Keruntuhan Majapahit
Meninjau Kembali Wilayah Kekuasaan Majapahit
Benarkah Gajah Mada Dalang Pembunuhan Raja Jayanagara?