Masuk Daftar
My Getplus

Meninjau Kembali Wilayah Kekuasaan Majapahit

Majapahit sebenarnya kerajaan yang terdiri dari kesatuan negara-daerah. Ia tak pernah tundukkan seluruh Nusantara.

Oleh: Risa Herdahita Putri | 16 Mar 2018
Beberapa negara-daerah yang menjadi bagian Kerajaan Majapahit. Foto: Gun Gun Gunadi/Historia.

KAKAWIN Nagarakrtagama menyebut pengaruh Kerajaan Majapahit sangat luas, meliputi hampir seluruh negara Indonesia sekarang, dari daerah di Pulau Sumatra di bagian barat, sampai ke Maluku di bagian timur.

Luasnya daerah yang terpengaruh Majapahit itu dikuatkan oleh penjelajah Portugis, Tome Pires. Menurutnya, sampai kira-kira awal abad 15, pengaruh Majapahit masih menguasai hampir seluruh Nusantara.

“Di masa itu Negeri Jawa sangat berkuasa karena kekuatan dan kekayaan yang dimilikinya, juga karena kerajaan ini melakukan pelayaran ke berbagai tempat yang jauh,” kata Tome Pires dalam catatan perjalanannya, Suma Oriental.

Advertising
Advertising

Meski begitu, C.C. Berg, ahli bahasa Jawa, dalam banyak tulisannya menegaskan bahwa Majapahit tak pernah memiliki wilayah seluas Indonesia sekarang. Wilayahnya hanya Jawa Timur, Bali, dan Madura. Sementara daerah-daerah di seluruh Nusantara hanya merupakan cita-cita semata.

Terlepas dari itu, menurut arkeolog Hasan Djafar, harus diakui Majapahit pada waktu itu merupakan sebuah kerajaan besar dengan basis ekonominya yang bersifat agraris semikomersial. Hubungan dengan kerajaan lain di Nusantara merupakan hubungan kerja sama regional yang saling menguntungkan. Majapahit berkepentingan memperoleh komoditas perdagangan dan daerah pemasaran untuk produk agrarisnya. Oleh karena itu, Majapahit berkewajiban melindungi daerah-daerah di Nusantara itu untuk menjaga kestabilan, khususnya di bidang sosial ekonomi.

Nagarakrtagama menyebut daerah di Nusantara itu merupakan daerah yang dilindungi oleh Sri Maharaja Majapahit,” tulis Hasan dalam Masa Akhir Majapahit.

Apalagi dengan negara-negara di Asia Tenggara. Hubungan dengan negara-negara itu lebih kepada hubungan persahabatan (mitra satata). Tak tercermin dalam kakawin itu kalau wilayah Nusantara dan kerajaan lain di kawasan Asia Tenggara seperti, Syanka, Ayodhyapura, Dharmmanagari, Marutma, Rajapura, Singha-nagari, Champa dan Kamboja merupakan wilayah kekuasaan atau jajahan Majapahit.

“Pengaruhnya, setidaknya pengaruh kultural. Penguasa Majapahit waktu itu telah berhasil menegakkan kesatuan politik dalam suatu wilayah yang luasnya belum pernah terjadi pada masa sebelumnya,” lanjut Hasan.

Majapahit sebenarnya merupakan kerajaan yang terdiri dari kesatuan negara-daerah atau provinsi. Di bawah seorang raja Majapahit, ada sejumlah penguasa yang masing-masing berkuasa di sebuah negara-daerah sebagai paduka bhattara yang biasanya kerabat raja.

Jumlah negara-daerah yang berada di lingkungan Majapahit tidak selalu sama. Misalnya, berdasarkan Prasasti Waringinpitu (1447), ketika masa pemerintahan Dyah Kertawijaya, setidaknya ada 14 negara-daerah.

Banyaknya negara-daerah yang disebut dalam prasasti tergantung berapa banyak kerabat raja yang punya kedudukan sebagai penguasa. Dalam prasasti, para paduka bhattara itu biasanya disebut sebagai pejabat tinggi yang mengiringi perintah raja.

Berdasarkan Prasasti Waringinpitu, Prasasti Trawulan III, dan Nagarakrtagama, sejak masa keemasan Majapahit, pernah ada 21 negara-daerah yang menjadi bagian Majapahit. Ke-21 negara-daerah itu antara lain Daha, Jagaraga, Kahuripan, Tanjungpura, Pajang, Kembangjenar, Wengker, Kabalan, Tumapel, Singhapura, Matahun, Wirabhumi, Keling, Kalingapura, Pandansalas, Paguhan, Pamotan, Mataram, Lasem, Pakembangan, dan Pawawanawwan. Sayangnya, beberapa daerah itu masih ada yang belum diketahui letaknya sampai sekarang.

TAG

ARTIKEL TERKAIT

Bukan Belanda yang Kristenkan Sumatra Utara, Tetapi Jerman Antara Lenin dan Stalin (Bagian I) Situs Cagar Budaya di Banten Lama Pemusnah Frambusia yang Dikenal Dunia Perupa Pita Maha yang Karyanya Disukai Sukarno Musik Rock pada Masa Orde Lama dan Orde Baru Pasukan Kelima, Kombatan Batak dalam Pesindo Tertipu Paranormal Palsu Poorwo Soedarmo Sebelum Jadi “Bapak Gizi” Antiklimaks Belanda Usai Serbuan di Ibukota Republik