Masuk Daftar
My Getplus

Mencari Sriwijaya di Palembang

Ahli arkeologi ini yakin lokasi Sriwijaya berada di Palembang. Dibantah arkeolog lain.

Oleh: Risa Herdahita Putri | 10 Sep 2019
Prasasti Telaga Batu yang ditemukan di Palembang berisi kutukan bagi para pengkhianat. (Wikipedia).

Letak pusat Kadatuan Sriwijaya masih menjadi perdebatan. Sejarawan India, Ramesh Chandra Majumdar, berpendapat kalau Sriwijaya harus dicari di Jawa. Sarjana Belanda, J.L. Moens menduga Sriwijaya berpusat di Kedah (Malaysia) dan pindah ke Muara Takus (Riau). Sementara sejarawan George Coedes, Slamet Muljana, dan O.W. Wolters, lebih memilih Palembang.

Bambang Budi Utomo, arkeolog senior Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, salah satu yang meyakini pusat Sriwijaya ada di Palembang. Alasannya, prasasti Sriwijaya banyak ditemukan di sana. Ada Prasasti Kedukan Bukit (683) yang menandai dibangunnya sebuah perkampungan. Prasasti Talang Tuo (684) yang menandai dibangunnya Taman Sri Ksetra. Dan Prasasti Telaga Batu yang menandai pejabat-pejabat disumpah.

“Semuanya ditemukan di Palembang, merupakan suatu bukti bahwa Palembang merupakan Kota Sriwijaya,” kata Bambang dalam acara Borobudur Writers and Cultural Festival, di Hotel Manohara, Magelang.

Advertising
Advertising

Baca juga: Mempertanyakan Eksistensi Sriwijaya

Prasasti Kedukan Bukit berisi tentang perjalanan Dapunta Hyang untuk menemukan tempat baru sampai membangun wanua atau permukiman. “Ada sisa bangunan keagamaan berupa fondasi bata ditemukan di dekat Rumah Sakit Caritas, Bukit Siguntang,” kata Bambang dalam diskusi buku Kebangkitan dan Kejayaan Sriwijaya Abad III-VII di Museum Nasional, Jakarta.

Prasasti Telaga Batu menguatkan argumen bahwa Palembang merupakan ibu kota Sriwijaya. Prasasti ini berisi sumpah seluruh penduduk kota agar tak berkhianat. “Mulai dari putra mahkota hingga tukang cuci disumpah,” kata Bambang. “Merekalah orang-orang paling dekat dengan raja.”

Bambang menjelaskan, berdasarkan catatan I-Tsing yang kemudian dihitung secara astronomis, lokasi Shili Foshi diduga berada tak jauh dari Palembang. Menurut I-Tsing, di Shili Foshi, pada pertengahan bulan delapan dan pertengahan musim semi (bulan dua), lempeng jam (bayangan tiang) tidak berbayang. Seseorang yang berdiri di tengah hari tidak berbayang. Matahari tepat di atas kepala dua kali dalam setahun.

“Bila diukur berdasarkan soltice, yang dapat dikatakan akurat, Shili Foshi tidak terletak di Kota Palembang sekarang atau di sekitar Upang-Sungsang di muara Sungai Musi,” kata Bambang.

Baca juga: I-Tsing Mencatat Letak Ibu Kota Sriwijaya

Namun, Bambang melanjutkan, jika diukur berdasarkan musim, kemungkinan letak Shili Foshi yang terdekat dengan Palembang berada di sekitar Kuala Tungkal Jabung. Hal ini sesuai dengan pendapat pakar epigrafi, Boechari, kalau I-Tsing menulis catatannya tentang gnomon (bayangan tiang) saat dia berada di suatu wilayah Shili Foshi, bukan di ibukota Shili Foshi.

Lalu mengapa banyak yang yakin kalau Sriwijaya tak berpusat di Palembang?

Arkeolog Universitas Indonesia, Agus Aris Munandar dalam Kaladesa: Awal Sejarah Nusantara menerangkan, di Palembang tak banyak peninggalan arkeologis berwujud monumen. Adanya temuan struktur bangunan, arca-arca batu, dan perunggu, prasasti batu, dan beberapa temuan lepas lainnya. 

“Tak ada kompleks percandian Buddha yang luas sebagaimana dijumpai di Muarojambi atau di wilayah Jawa pada masanya. Struktur bangunan yang ditemukan di Palembang merupakan sisa candi Hindu yang dinamakan Candi Angsoka,” kata Agus.

Baca juga: Pemberontakan Terhadap Sriwijaya

Menurut Agus, prasasti kutukan yang ditemukan di Palembang, yaitu Telaga Batu, dan Boom Baru, lebih mungkin dikeluarkan seorang pemimpin yang baru menguasai daerah itu. Sama seperti Telaga Batu, Boom Baru yang didaftarkan sebagai cagar budaya akhir tahun 2018, berisi ancaman bagi siapa pun yang berkhianat terhadap penguasa. Prasasti itu sama seperti prasasti kutukan lain yang ditemukan di Bangka yaitu Prasasti Kota Kapur (686), Prasasti Karang Berahi di Merangin Jambi, dan Prasasti Palas Pasemah (sekira abad ke-7) di Lampung.

“Artinya, prasasti itu dikeluarkan sebagai tanda kemenangan atas daerah yang ditaklukkannya, yang tentunya bukan suatu ibu kota,” kata Agus. 

Adanya prasasti-prasasti yang berisi perjalanan jaya juga menambah keraguan itu. Prasasti Kedukan Bukit menyatakan Dapunta Hyang dengan membawa bala tentara sukses membangun wanua. Prasasti Boom Baru dan prasasti-prasasti pendek dari daerah Telaga Batu juga menyatakan adanya perjalanan berjaya. 

Baca juga: Penaklukkan Sriwijaya di Pulau Bangka dan Jawa

Semua itu, kata Agus, menunjukkan adanya perjalanan ziarah mendatangi wilayah Palembang masa silam. “Tafsir atas prasasti itu, Palembang bukan ibu kota, sebab didatangi untuk keperluan ritual keagamaan. Sangat mungkin wilayah itu dianggap memiliki kekuatan yang kuat,” kata Agus. 

Agus juga memaknai berbeda berita I-Tsing soal letak Sriwijaya berdasarkan bayangan matahari. “Di Palembang, pada tengah hari bulan September jika seseorang berdiri masih mempunyai bayangan. Berarti jika Palembang merupakan lokasi Sriwijaya tidak sesuai dengan berita biksu I-Tsing,” kata Agus. 

Karenanya, menurut Agus, berdasarkan beberapa kelemahan itu, lokasi Sriwijaya perlu dicari di tempat lain. Dan itu bukan di tepi Sungai Musi dan Kota Palembang sekarang.

TAG

sriwijaya palembang i-tsing prasasti

ARTIKEL TERKAIT

Raja Airlangga Mengembalikan Kejayaan Mataram Kuno Menggali Isi Prasasti Airlangga di Museum India Sungai yang Membangun Peradaban di Sumatra Angin Muson, Mesin Perkembangan Budaya Menjemput Berkah dari Situs Percandian Muarajambi Jejak Peradaban di Sepanjang Sungai Batanghari Saksi Bisu Dua Kekuatan Besar Sumatra Temuan Baru di Situs Muarajambi Mengingat Lagi Muarajambi Cheng Ho dan Bajak Laut Buronan di Palembang