ALIH-ALIH tokoh sejarah yang hidup pada abad ke-12-13 M, Ken Angrok (sering ditulis Ken Arok) kerap dianggap sebagai tokoh rekaan Pararaton, yang ditulis 250 tahun pasca kehidupannya. Keraguan semacam itu pernah diyakini, salah satunya oleh C.C. Berg, filolog Belanda yang kemudian menuliskannya dalam jurnal berjudul “Het Javaanse Gebruik van het Sanskrit word rajasa”.
Mau bagaimana lagi. Tokoh pendiri Dinasti Rajasa itu belum terbukti pernah mengeluarkan satu pun prasasti. Namanya juga tak dijumpai dalam sumber tertulis di luar Pararaton. Yang ada hanya nama resminya sebagai raja (abhiseka), Sri Rangga Rajasa Amurwabhumi. Padahal dinasti ini telah berjaya di Jawa selama 250 tahun, sejak era Singhasari hingga Majapahit.
Baca juga: Asal Usul Ken Angrok
Di dalam Pararaton, tak kurang dari 40 nama lokasi, sejak Ken Angrok lahir hingga di-dharma-kan, disebut. Tak cuma desa, tapi hutan, bukit, dan tegalan. Beberapa di antaranya masih ada hingga sekarang. Bahkan didukung pula dengan data artefak (benda arkeologis yang dibuat, diubah, dan dimodifikasi oleh tangan manusia) dan ekofak (benda alam). Wilayah timur Gunung Kawi terus disebut Pararaton sebagai areal petualangannya.
Bersama beberapa kawan dari Komunitas Jelajah Jejak Malang (JJM), Risa Herdahita Putri dari Historia menelusuri sejumlah wilayah di Malang Raya untuk melacak jejak Ken Angrok. Selama seminggu penulis jebolan arkeologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta itu masuk keluar kampung di sekitar wilayah Malang dan menuliskan penelurusannya itu ke dalam beberapa tulisan berikut ini. Selamat membaca.