Masuk Daftar
My Getplus

Memahami "Preman" yang Diberantas Gajah Mada

Gajah Mada memberantas gerakan Kuti yang melawan Raja Jayanagara. Namun, ia dicurigai menjadi otak di balik kematian sang raja.

Oleh: Risa Herdahita Putri | 13 Des 2020
Brajanata sebagai penggambaran Gajah Mada menurut Arkeolog Agus Aris Munandar. (Koleksi Museum Nasional).

Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Polisi Fadil Imran berbicara kepada wartawan di Polda Metro Jaya. Ia mengibaratkan aksinya seperti Gajah Mada memberantas premanisme.

Menurut Fadil, sosok Gajah Mada dinantikan masyarakat untuk menghentikan aksi preman kampung yang kerap mengganggu. Selama ini preman di Jakarta bertindak seolah tak tersentuh hukum. Masyarakat yang ingin melawan preman itu takut dianiaya, dikeroyok, dan diancam.

Sebaliknya, lanjut Fadil, masyarakat pasti senang jika kampungnya terbebas dari premanisme. “Tiba-tiba ada sosok satu orang namanya Gajah Mada datang kemudian berantem sama ini preman, preman ini terbunuh, kira-kira masyarakat ini senang enggak?” kata Fadil sebagaimana dikutip CNN Indonesia.

Advertising
Advertising

Sesungguhnya tak jelas siapa yang disebut preman dalam kehidupan politik Gajah Mada. Tergantung dari sisi mana memahami jalannya cerita.

Gajah Mada Menyelamatkan Jayanagara

Sepak terjang Gajah Mada mencuat sejak namanya disebut pertama kali di Serat Pararaton sebagai penyelamat raja dalam pemberontakan Ra Kuti. Peristiwa ini terjadi pada era kekuasaan Jayanagara, penguasa kedua Majapahit.

Ra Kuti merupakan salah seorang dari tujuh dharmaputra yang dibentuk Kertarajasa Jayawardhana atau Raden Wijaya. Pararaton menjelaskan, dharmaputra ialah pangalasan wineh suka. Artinya, pegawai yang diistimewakan.

Sepuluh tahun berlalu sejak Jayanagara menggantikan Wijaya pada 1309. Kuti dan komplotannya memutuskan untuk menumbangkan pemerintahan. Gerakannya dianggap mengancam hingga raja diungsikan ke tempat persembunyian di luar keraton. 

Baca juga: Gajah Mada Memadamkan Pemberontakan Kuti

Menurut sejarawan dan mantan Duta Besar Kanada untuk Indonesia, Earl Drake dalam Gayatri Rajapatni, situasi waktu itu paling merisaukan dari yang pernah terjadi karena meletus langsung di ibu kota. Di tengah kondisi itu, Gajah Mada yang masih tergabung dalam pasukan Bhayangkara, pasukan khusus pengawal raja, muncul dengan siasatnya. Berkatnya kelompok Kuti dibinasakan.

Mengapa Kuti yang kedudukannya dianggap istimewa oleh penguasa sebelumnya kemudian melawan?

Raja yang Lemah

Bukan hanya Kuti yang tak puas. Sebelumnya telah mencul gerakan yang dicap sebagai pemberontakan. Misalnya, gerakan Ra Nambi pada 1316 M dan Ra Semi pada 1318 M. Nambi adalah sahabat seperjuangan Raden Wijaya. Ia sempat menjabat patih amangkubhumi, jabatan yang kemudian diduduki Gajah Mada, sebelum mati dilabeli pemberontak. Sementara Semi, sama seperti Kuti, merupakan bagian dari tujuh dharmaputra.

Kendati begitu, Serat Pararaton dan Kidung Sorandaka, mengajukan tokoh Mahapati sebagai penyebab kerusuhan di Majapahit. Semua pemberontakan akibat fitnah dan adu domba Mahapati. Namun, perannya itu masih dipertanyakan.

Baca juga: Fitnah Sebabkan Kematian Patih Pertama Majapahit

Sejarawan Slamet Muljana dalam Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit berpendapat nama Mahapati seakan muncul tiba-tiba dalam perpolitikan Majapahit. Sebelumnya, Mahapati tak pernah dikenal di antara nama pejuang Singhasari dan Majapahit. Misalnya, ketika melawan tentara Tartar (Mongol).

Kalau benar fitnah Mahapati yang mengakibatkan pergolakan di Majapahit, maka Nambi, Semi, dan Kuti bukan pemberontak. Demikian pula Ranggalawe dan Lembu Sora yang melawan pemerintahan Wijaya. Sebaliknya, jika Mahapati hanya tokoh yang ditambahkan saat Serat Pararaton dan Kidung Sorandaka ditulis, maka nama-nama itu memang melakukan pemberontakan.

Baca juga: Pemberontakan Terhadap Majapahit

Menurut N.J. Krom, ahli sejarah Jawa dan purbakala, peran Mahapati sengaja ditambahkan kemudian agar berbagai pemberontakan yang terjadi pada awal berdirinya Majapahit bisa menjadi masuk akal.

Motif itu bisa dimengerti mungkin karena penulis Serat Pararaton dan Kidung Sorandaka sulit memahami bagaimana bisa tokoh-tokoh yang berjasa bagi negara, dipercaya pemerintah, bisa berbalik mengacungkan senjata.

Namun, pemberontakan bisa saja terjadi karena dipicu oleh ketidakpuasan pada pemerintah. Sebab, Jayanagara dijuluki Kala Gemet. Julukan ini dipakai oleh pengarang Kidung Ranggalawe dan Pararaton ketika menceritakan Jayanagara. 

Baca juga: Gugurnya Pahlawan Majapahit

Slamet Muljana menjelaskan kata kala berarti penjahat. Ini mengandung arti ketidaksukaan rakyat atau pengarang Kidung Ranggalawe dan Pararaton terhadap Jayanagara. Sementara kata gemet adalah bentuk yang berubah dari kata gamet dan gamut yang artinya lemah. Pararaton menyebut Jayanagara banyak menderita sakit.

“Demikianlah Kala Gemet adalah nama paraben yang mengandung arti ‘penjahat yang lemah’,” tulis Slamet.

Gajah Mada di Balik Kematian Jayanagara

Jayanagara membentuk pasukan Bhayangkara yang dipimpin Gajah Mada untuk menghadapi kemelut dalam pemerintahannya. Kesatuan ini melindunginya setiap saat.

“Raja baru ini tampaknya sama sekali tak peduli dengan aspirasi dan kebutuhan mereka (rakyat, red.),” tulis Drake.

Puncaknya, Gajah Mada yang dianggap paling berjasa melindungi Jayanagara justru diyakini sebagai dalang di balik kematiannya. Drake percaya Gajah Mada andil dalam kematian Jayanagara.

Baca juga: Ranggalawe Melawan Majapahit

Drake menyebut desakan halus Gayatri telah membulatkan tekad Gajah Mada. Gayatri mencurigai Jayanagara berupaya menghalangi pernikahan kedua putrinya, Tribhuwana Tunggadewi dan Bhre Daha. Sebab, dia bermaksud memperistri kedua saudari tirinya itu. 

Pararaton mencatat tak ada ksatria yang diizinkan datang ke Majapahit. Jika ada, mereka dibunuh. “Rencana busuk ini dirancang agar putri-putri Gayatri tak bisa menikmati perkawinan normal. Raja takut mereka akan menghasilkan pewaris takhta,” catat Drake.

Baca juga: Pemberontakan Terhadap Raja Majapahit

Gajah Mada pun bersiasat. Dia mendekati Tanca, seorang dharmaputra sekaligus sahabat Kuti. Menurut Pararaton, Tanca pernah mengadu pada Gajah Mada kalau istrinya digoda Jayanagara.

Dendam Tanca dimanfaatkan Gajah Mada. Kesempatan datang ketika diminta mengobati Jayanagara, Tanca menikamnya. Pararaton dan Nagarakrtagama mencatat kematian Jayanagara pada 1250 Saka (1328 M).

Gajah Mada menggunakan Tanca untuk menyingkirkan penguasa yang tak disukai rakyat. Setelah itu, ia membunuh Tanca. “Demikianlah rahasia itu tertutup. Orang ramai hanya tahu Gajah Mada membalaskan kematian sang prabu dan menusuk Tanca sampai mati,” catat Slamet Muljana.

Baca juga: Benarkah Gajah Mada Dalang Pembunuhan Raja Jayanagara?

TAG

majapahit gajah mada

ARTIKEL TERKAIT

Selamatkan Negarakertagama dari Aksi KNIL Mengatur Orang Asing di Jawa Kuno Akulturasi Budaya dalam Naskah Pegon Naskah Pegon Tertua di Jawa Hikayat Putri Cempa dan Islam di Majapahit Bencana Gunung Api Menghantui Majapahit Syekh Jumadil Kubra dan Orang Islam di Majapahit Blambangan dan Kuasa di Ujung Timur Jawa Menak Jingga yang Ganteng Emas Kegemaran Bangsawan Jawa