GAJAH Mada menyebut beberapa daerah dalam Sumpah Palapa karena memiliki makna tersendiri bagi Majapahit. Daerah-daerah itu antara lain Gurun (Lombok), Seran (Seram), Tanjung Pura (Kalimantan), Haru (Sumatra Utara), Pahang (Malaya), Dompo (Sumbawa), Bali, Sunda, Palembang (Sriwijaya), Tumasik (Singapura).
Sebenarnya, daerah-daerah itu pernah menjadi negara rekanan Kerajaan Singhasari pada masa Kertanagara. Namun, hubungan dengan negara-negara itu longgar setelah Singhasari runtuh akibat kematian Kertanagara. Ditambah lagi rentetan pemberontakan dalam negeri pada masa Kertarajasa (Raden Wijaya) dan putranya, Jayanagara.
Slamet Muljana dalam Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit, berpendapat dorongan timbulnya gagasan Nusantara terutama muncul karena adanya stabilitas kehidupan kenegaraan di dalam negeri. Apalagi jika di negara itu terdapat orang yang punya pandangan politik luas.
Rentetan pemberontakan yang terjadi sebelum era Gajah Mada tentunya tidak mendukung gagasan Nusantara. “Gagasan Nusantara yang telah bangkit sejak pemerintahan Raja Kertanagara malah padam. Hal yang demikian itu dapat dipahami sepenuhnya,” tulis Slamet.
Pada masa Kertanagara dikenal doktrin politik cakrawala mandala dwipantara. Waktu itu, Kertanagara berhasil menjalin hubungan dengan Malayu lewat ekspedisi Pamalayu. Kemudian dengan Pahang di Malaysia, Gurun (pulau di wilayah timur Nusantara), Bakulapura atau Tanjungpura di barat daya Kalimantan. Selanjutnya dengan Sunda dan Madura. Itu praktis membuat seluruh Pulau Jawa mendapat pengaruh dari Singhasari. Kertanegara pun mengadakan hubungan dengan Champa. Para penguasa Champa menerima ajakan raja Jawa itu untuk membendung serangan Tartar (Mongol).
Adapun gagasan Gajah Mada yang terinsipirasi Kertanagara disebut-sebut lebih luas lagi. Menurut Slamet program politik Gajah Mada dilakukan selama 21 tahun dari 1258 saka (1336) hingga 1279 saka (1357), saat Gajah Mada mengangkat sumpah hingga amukti palapa, atau sewaktu dia berhenti dari pekerjaannya.
Dari Nagarakrtagama diketahui kalau pelaksanaan program politik Nusantara dimulai kembali dengan serangan terhadap Bali pada 1265 saka (1343). Setelah Bali, kemudian Gurun (Lombok).
Adapun Catatan Sejarah Dinasti Ming mencatat pada 1377 tentara Jawa menyerbu Suwarnabhumi (Sumatra). Penyerbuan itu karena rajanya pada 1373 mengirim utusan ke Tiongkok tanpa seizin raja Jawa. “Yang dimaksud adalah penyerangan tentara Majapahit terhadap kerajaan tua Sriwijaya yang waktu itu telah lemah dan banyak berkiblat ke Tiongkok,” tulis Agus Aris Munandar dalam Gajah Mada, Biografi Politik.
Sejarah Melayu juga merekam ekspedisi tentara Majapahit ke daerah luar Jawa. Tentara Majapahit mengalahkan Tumasik karena seorang pembesar Tumasik, Rajuna Tapa berkhianat.
Berdasarkan cerita penduduk, Majapahit juga menyerang Pasai di Aceh. Menurut Agus dongeng yang beredar di penduduk setempat menyatakan ada sebuah bukit di dekat kota Langsa bernama Manjak Pahit. Katanya nama itu berasal dari kata Majapahit. Adapula rawa yang membentang antara Perlak dan Peudadawa, namanya Rawa Gajah. Konon, nama itu berasal dari nama Gajah Mada.
“Ada kemungkinan penaklukkan Pasai oleh tentara Majapahit pada 1350 dipimpin langsung oleh Mahapatih Gajah Mada,” jelas arkeolog Universitas Indonesia itu.
[pages]
Mencari Tuah
Rupanya beberapa daerah yang dibidik Gajah Mada dulunya sempat menjadi tempat berkembangnya kerajaan lama. Misalnya Bali, sebelum era Majapahit, di pulau itu pernah berdiri Kerajaan Balidwipamandala dengan ibukota Singhadwala milik Dinasti Warmadewa (abad 8-10).
Begitu pula Sunda yang terletak di Jawa bagian barat. Dulu wilayah itu pernah berdiri kerajaan tertua di Jawa, Tarumanegara (abad 4-6).
Menyusul Tanjungpura di Kalimantan. Di pulau itu pernah berdiri Kerajaan Kutai dengan rajanya Mulawarman (abad 4-5). Sementara Palembang di Sumatra selatan adalah bekas kedudukan Kerajaan Sriwijaya yang berkembang pada abad 8-12.
“Gajah Mada seakan hendak mencari tuah dan kekuatan sakti dari kerajaan-kerajaan yang mendahului Majapahit. Gajah Mada juga sepertinya hendak meneguhkan Majapahit sebagai pewaris dari kerajaan terdahulu di Nusantara,” jelas Agus.
Sementara Pahang dan Tumasik adalah daerah penting dalam hal perhubungan laut. Haru di Sumatra Utara, merupakan daerah di barat Nusantara. Letaknya membuat hubungan dengan kerajaan di benua Jambhudwipa (India) menjadi lebih mudah.
Adapun Dompo harus dikuasai karena menjadi daerah pusat kayu cendana yang bermutu tinggi. Selain untuk dijual, kayu cendana sangat diperlukan dalam berbagai ritus keagamaan.
Sementara Seram dan pulau-pulau di sekitarnya, seperti Maluku, adalah penghasil rempah-rempah. Pada abad 14, rempah-rempah sudah mulai dicari dan diminati para pedagang Jambhudwipa untuk dijual lagi ke Timur Tengah dengan harga tinggi.
“Jika Majapahit ingin berkembang menguasai Nusantara, maka daerah-daerah itulah yang harus dikuasai lebih dulu, demikian maksud Gajah Mada,” lanjut Agus.
[pages]