Kesultanan Aceh dibantu pasukan Turki berhasil mengalahkan Kerajaan Batak pada 1539 dan Kerajaan Aru pada 1540. Pasukan Turki itu diduga tentara bayaran karena diberi imbalan empat kapal lada dan didatangkan oleh para pedagang Turki di Aceh.
Tidak lama kemudian, barangkali masih pada 1540, orang Aceh diusir dari Aru oleh kekuatan gabungan Melayu dari Johor, Riau, Siak, Perak, dan tempat lain di bawah pimpinan sultan Johor, yang mengawini janda dari penguasa Aru yang tewas.
"Dalam pertempuran pada 1540 untuk merebut Aru sebagian besar pasukan elite Turki di pihak Aceh tampaknya dibabat habis," tulis Anthony Reid, sejarawan ahli sejarah Asia Tenggara, dalam Menuju Sejarah Sumatra, Antara Indonesia dan Dunia.
Baca juga: Pasukan Turki dalam Serangan Aceh ke Kerajaan Batak dan Aru
Kekalahan itu tak menghentikan Aceh mengadakan ekspedisi militer. Pada 1547, Aceh menyerang Portugis di Malaka. Serangan itu bukan serangan besar untuk ukuran Aceh, tapi terdapat detasemen Turki di antara pasukan penyerang.
"Kehadiran detasemen Turki ini mungkin dapat dijelaskan dalam kaitan dengan semakin banyaknya pedagang dari Laut Merah yang singgah di Aceh selama periode ini," tulis Reid.
Setelah itu, Aceh menghentikan ekspansinya. Sultan ‘Ala’ Al-Din Ri’ayat Syah Al-Qahhar memusatkan perhatiannya pada ekonomi. Aceh kembali memperkuat militernya pada 1560-an dengan mengirim utusan ke Turki.
Laporan Portugis yang disusun Diogo Do Couto yang bekerja untuk Arsip Nasional Portugis, menyebutkan bahwa pada Maret-April 1561 terjadi pertempuran laut di lepas pantai Arab Selatan. Kapal besar Aceh yang diserang Portugis sarat dengan muatan emas dan perhiasan untuk Sultan Turki. "Ini menunjukan ada upaya besar Aceh untuk mendekati Turki pada tahun 1560-an," tulis Reid.
Baca juga: Kisah Aneh tentang Turki Usmani di Nusantara
Menurut Azyumardi Azra, guru besar sejarah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, sejak 1560-an Sultan Al-Qahhar mengirim langsung duta-dutanya ke Istanbul, tidak lagi ke Kairo seperti pada masa-masa sebelumnya.
Nur Al-Din Al-Raniri dalam Bustan Al-Salathin meriwayatkan, Sultan Al-Qahhar mengirim misi diplomatik ke Istanbul untuk menghadap Sultan Rum (Turki Usmani). Pada Juni 1562, seorang duta Aceh telah berada di Istanbul untuk meminta bantuan militer Turki guna menghadapi Portugis. Duta ini kelihatannya termasuk di antara orang-orang Aceh yang berhasil lolos dari serangan Portugis atas kapal mereka pada tahun sebelumnya, seperti diungkapkan dalam Tarikh Al-Syihri dari Hadhramawt.
Azra menyebut tarikh itu merupakan sumber Arab pertama yang diketahui melaporkan kahadiran dan aktivitas kapal-kapal Aceh di Laut Merah dan pertempuran mereka melawan Portugis, juga melaporkan sebuah kapal besar Aceh. Kapal ini yang bermuatan sejumlah pedagang Aceh dan Turki terlibat dalam perang melawan Portugis selama tiga hari, yang menewaskan banyak muslim dan Portugis. Menurut sebuah laporan Portugis, kapal Aceh ini penuh dengan muatan emas, permata, dan rempah-rempah, yang sebagiannya dimaksudkan sebagai hadiah bagi Sultan Turki.
Baca juga: Peter Carey: Tak Ada Bantuan Turki untuk Diponegoro
"Ketika berhasil lolos dan sampai di Istanbul, meski duta Aceh tadi tidak dapat mempersembahkan hadiah, ia berhasil mendapat bantuan militer Turki, yang menolong Aceh membangkitkan kebesaran militernya sehingga memadai untuk menaklukkan Aru dan Johor pada 1564," tulis Azra dalam Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII.
Sementara itu, Reid mengungkapkan bahwa sumber-sumber Venesia adalah sumber-sumber paling awal yang menyebut adanya persekutuan militer antara Aceh dan Turki. Duta besar Venesia untuk Konstantinopel melaporkan pada Juni 1562 duta besar Aceh sedang berada di kota itu untuk memohon artileri untuk memerangi Portugis. Pada 1564, sumber-sumber Venesia menyebutkan bahwa Turki sudah mengirim senjata dan awak meriam ke Aceh.
Sultan Al-Qahhar berterima kasih atas bantuan Turki itu dalam suratnya kepada Sultan Suleiman pada Januari 1566. Surat itu disampaikan oleh utusan Aceh bernama Husain.
Baca juga: Aceh-Ottoman dalam Koin Emas
"Penguasa Aceh itu mengucapkan terima kasih atas kedatangan delapan juru tembak Turki yang dikirimkan Suleiman, dan dengan demikian menegaskan keberhasilan pengiriman utusan tahun 1561-2 yang disebutkan sumber-sumber," tulis Reid.
Selain bantuan awak senjata dari Turki, menurut Reid, utusan Aceh barangkali juga membeli sejumlah senjata. "...mereka ini membantu Aceh muncul kembali sebagai kekuatan militer dengan menaklukkan Aru dan Johor," tulis Reid.
H. Mohammad Said dalam Aceh Sepanjang Abad menyebut bahwa setelah Al-Qahhar menguasai Aru, sultan Johor yang membantu Ratu Aru, ditangkap dan dibawa ke Aceh sebagai tawanan perang, kemudian dibunuh.
Peperangan akan terus berlanjut karena Johor berusaha melepaskan diri dari pengaruh Aceh.