DARI jendela anjungan kapal suplai, penjaga mercusuar senior Northern Lighthouse Board (NLB) Thomas Marshall (diperankan Peter Mullan) menatap kosong hamparan lautan di hadapannya. Kenny (Gary Lewis) sang nakhoda yang mengajaknya berbincang pun diabaikannya. Thomas yang masih belum bisa move on dari musibah yang menimpa keluarganya belum tertarik berakrab ria seperti biasanya.
Sementara, di geladak kapal suplai yang membawa mereka dari dermaga pulau utama ke Pulau Eilean Mòr yang terpencil di Kepulauan Flannan, Skotlandia, penjaga mercusuar berpengalaman James Ducat (Gerard Butler) menertawai rekrutan anyar Donald McArthur (Connor Swindells) yang muntah-muntah gegara mabuk laut.
Sesampainya di dermaga Pulau Eilean Mòr, Thomas mendapat kabar buruk bahwa perangkat radio gelombang pendeknya rusak. Namun perangkat lain seperti lampu mercusuar maupun peluit kabut yang diperiksa James masih dalam keadaan layak fungsi.
Baca juga: Satir Penerbang Bengal dalam Catch-22
Tetapi baru dua hari setelah menjalankan tugasnya, ketiga penjaga itu sudah mendapati dua kejadian aneh. Selain ditemukannya serakan bangkai-bangkai burung camar di sekitar bangunan mercusuar, mereka menemukan sesosok pelaut sekarat yang terdampar di salah satu pesisir pulau. Mereka mengira pelaut itu sudah mati. Donald yang kaget dan ketakutan lantas membunuhnya dengan sebongkah batu. Di dekat jenazah sang pelaut, terdapat sekoci rusak dan sebuah peti kayu berisi sejumlah emas batangan.
Kendati menghadirkan tempo lambat, sutradara Kristoffer Nyholm tak bertele-tele menyuguhkan konflik di adegan-adegan pembuka drama-thriller bertajuk The Vanishing. Film ini terinspirasi dari kisah nyata tentang misteri menghilangnya tiga penjaga mercusuar tanpa jejak medio Desember 1900.
Alur berlanjut ke cerita kepanikan Donald, yang dimafhumi Thomas dan James karena Donald masih sangat muda. Masa tugas mereka sendiri masih enam pekan ke depan sebelum diganti shift penjaga mercusuar lain. Kepanikannya bertambah terutama lantaran kemudian datang lagi dua pelaut Norwegia menggunakan kapal motor mencari rekan mereka yang kemungkinan terdampar ke pulau tak berpenghuni itu.
James menenangkan Donald agar tetap tenang dan menyembunyikan mayat pelaut nahas serta peti kayu berikut emas batangannya. Sementara, Thomas mencoba menyapa kedua pelaut tadi, Locke (Søren Malling) dan Boor (Ólafur Darri Ólafsson). Thomas berupaya mengelabui keduanya dengan mengatakan jasad rekan mereka dan peti kayu yang dicari itu sudah dilaporkan ke NLB dan telah dibawa ke daratan utama Skotlandia.
Baca juga: The Mercy, Berlayar dan Tak Kembali
Locke dan Boor yang tak percaya lantas terlibat saling serang dengan Thomas, James, dan Donald. Kalah jumlah, kedua pelaut Norwegia itu berakhir tragis. Pun dengan seorang pelaut lain yang dikejar James dan dibunuh dengan kait besi. Pelaut yang melarikan diri itu ternyata hanya seorang bocah belasan tahun.
Tetapi ketegangan dan konflik tak berhenti sampai di situ. Kelakuan James mulai berubah karena merasa bersalah. Ia tak lagi jadi orang yang sama. Tak ayal, tensi di antara ketiganya memuncak kala memperdebatkan tentang rencana mereka membawa kabur harta karun itu.
Bagaimana kelanjutan nasib mereka dan berbatang-batang emas itu sampai kemudian justru dikabarkan hilang tanpa jejak? Saksikan kelanjutannya hanya di aplikasi daring Mola TV.
Tempo Lamban Menghanyutkan
Tim produksi begitu apik dalam menyajikan bentangan alam yang sangat khas wilayah utara Skotlandia: sebuah pulau terpencil tak berpenghuni di seberang daratan utama dengan hanya tiga bangunan yang berdiri di arealnya: mercusuar, bangunan mesin peluit kabut, dan sebuah kapel kecil sederhana.
Berpadu dengan suara-suara hembusan badai, deburan ombak, dan suara burung camar, music scoring bernuansa teror begitu kuat membuat penonton terhanyut dalam suasana keterasingan dan ketegangan di antara ketiga penjaga mercusuarnya.
Hanya saja memang tetap ada kekurangan-kekurangan di dalamnya. Salah satunya, ketidakakuratan pada properti korek api zippo yang digunakan Thomas untuk menyalakan tembakau dengan pipanya. Padahal, faktanya korek api semacam itu baru eksis tahun 1932. Lalu, faktor kurangnya nuansa lokal, di mana tak ada satupun dialog dengan logat atau aksen Skotlandia, juga amat mengganggu. Kekurangan lain yang disoroti sejumlah kritikus adalah tempo lambat.
Baca juga: Sengkarut Satir Emma dalam Empat Musim
Untung saja The Vanishing diisi tiga aktor utama yang penampilannya membuat pemirsanya tidak segera bosan sehingga mendapat pujian hingga. Ketiga penjaga mercusuar itu membawa karakter berbeda-berbeda. Thomas yang veteran masih dalam kondisi berduka akibat ditinggal mati istri dan kedua putri kembarnya. Mentalnya belum pulih, dia kadang meracau dalam kegelapan dan kesendirian. Sementara, James yang berpengalaman punya tekanan dalam kehidupan keluarganya yang pas-pasan. Adapun Donald yang masih “hijau”, punya ketakutan akan hal-hal baru dan kadang tak sabaran.
Menariknya, ketiga aktor mampu membawakan dimensi lain dari karakter masing-masing sehingga mampu menghanyutkan emosi penonton seperti di scene ketika mereka menemukan sepeti emas batangan. Thomas bisa menjadi lebih tenang dan bijak, Donald beralih jadi pribadi nekat, dan James yang mulanya punya ketenangan justru berubah jadi tidak waras.
“Apakah kita belajar sesuatu tentang sifat manusia dalam perjalanan menuju bencana yang akhirannya sudah kita ketahui bersama? Jawaban singkatnya tidak tapi filmnya dibuat dengan cukup baik dan tiga aktor yang memainkannya sangat bisa dirasakan penderitaannya oleh kita yang menyaksikan,” tulis David Edelstein di kolomnya di Vulture, 7 Januari 2019.
Spekulasi Misteri
Sudah lebih dari 121 tahun misteri hilangnya tiga penjaga mercusuar Pulau Eilean Mòr (Thomas Marshall, James Ducat, dan Donald McArthur) masih gelap. Dugaan-dugaan spekulatif tentang nasib mereka pun berhembus tanpa arah di media massa Skotlandia.
Seiring waktu, beberapa dugaan dan teori itu mulai tidak masuk akal. Semisal, ketiganya dimangsa ular laut atau burung laut raksasa, diculik mata-mata negara musuh, menjadi korban kapal dan kru hantu, diculik alien, bunuh diri bersamaan, atau dugaan mereka melarikan diri dan memulai hidup baru di tempat yang tak diketahui.
The Vanishing mendramatisasi hipotesis terakhir dengan menambahkan “bumbu” intrik dan konflik yang disebabkan oleh penemuan peti harta karun. Jelas bukan tanpa alasan, lantaran investigasi NLB menjelang akhir tahun merujuk pada dugaan hilangnya tiga penjaga mercusuar yang dibangun pada 1895 itu.
Baca juga: Fakta dan Dramatisasi The Professor and the Madman
Dalam Scotland’s Islands, Richard Clubley menguraikan bahwa keanehan yang berujung pada misteri hilangnya ketiga penjaga mercusuar itu terpantau pertamakali oleh kapal uap Archtor yang sedang berlayar dari Philadelphia, Amerika Serikat menuju kota pelabuhan Leith, Skotlandia pada 15 Desember 1900. Setelah merapat di Leith tiga hari berselang, nakhoda kapal, Kapten Jim Harvie, melaporkan pada NLB bahwa saat mereka lewat dekat Kepulauan Flannan dengan cuaca buruk, ia tidak mendapati lampu mercusuar dan peluit kabut berfungsi sebagaimana biasanya.
“Kapal suplai rutin Hesperus kemudian berlayar ke pulau itu pada 26 Desember. Penjaga mercusuar pengganti, John Smith (di beberapa sumber menyebutkan Joseph Moore), kemudian melaporkan pandangan mata ke Edinburgh bahwa: ‘sebuah musibah yang mengerikan telah terjadi di (kepulauan) Flannan’,” tulis Clubley.
Smith mulanya mengabarkan bahwa tidak ada hal aneh karena gerbang dan pintu di mercusuar dalam keadaan tertutup. Mantel-mantel mercusuar juga dalam keadaan tergantung dengan rapi di gantungannya dan dapur tampak bersih. Lampu mercusuar juga bersih dan dalam keadaan siap dinyalakan. Tetapi lantas Smith mendapati beberapa hal ganjil ketika memeriksa kabin-kabin istirahatnya.
“Ranjang-ranjangnya masih dalam keadaan berantakan. Sedangkan di ruang makan masih tampak sebuah piring dengan makanan yang belum dihabiskan, posisi kursi makan tergeletak di lantai, jam di ruang makan tidak berfungsi, serta temuan catatan harian yang terakhir di-input tanggal 15 Desember,” lanjutnya.
Baca juga: Wind River, Potret Kehidupan Pribumi Amerika
Tiga hari setelah temuan Smith, pengawas NLB Robert Muirhead menggelar investigasi resmi ke pulau tersebut. Selain mengerahkan anak buahnya untuk menyisir setiap sudut pulau, Muirhead juga meneliti input terakhir di catatan harian tertanggal 15 Desember 1900 itu.
“Dari bukti yang saya temukan, saya mendapati para penjaga masih menjalankan tugasnya sampai waktu makan malam pada Sabtu 15 Desember, di mana mereka menuliskan bahwa mereka akan mengangkat sebuah peti yang sempat ditemukan di dasar tebing setinggi 110 kaki,” ungkap Muirhead, dikutip R. W. Munro dalam Scottish Lighthouses.
Yang menjadi ganjil adalah, dalam salah satu tulisan di catatan terakhir 15 Desember itu, juga disebutkan telah terjadi badai dalam kurun beberapa hari. “Badai telah berlalu, lautan menjadi tenang. Tuhan di atas segalanya,” demikian bunyi diary itu. Padahal faktanya, tidak ada laporan cuaca yang menyatakan terjadi badai baik pada 12, 13, maupun 14 Desember 1900 di wilayah Kepulauan Flannan.
Sementara, dari penyisiran seluruh sudut pulau, ditemukan kerusakan tangga di sisi tebing barat pulau. Di dasar tebing berjarak 108 kaki juga ditemukan sebuah peti yang sudah rusak. Isinya bukan emas batangan seperti di The Vanishing, melainkan hanya potongan-potongan besi railing atau pagar yang telah bengkok.
Baca juga: The Old Guard, Misteri Ksatria Abadi dalam Lorong Sejarah
Muirhead tak menemukan bukti-bukti lain tentang dugaan adanya tindakan kekerasan. Ia menyimpulkan kerusakan tangga itu akibat ketiganya terjatuh saat berupaya mengangkat peti tersebut. Ketiganya disimpulkan hilang tanpa jejak karena tersapu ombak.
“Tetapi teori-teorinya tidak berhenti sampai di situ. Berdasarkan catatan psikis para penjaga, kemungkinan dugaannya juga bermula dari perkelahian di antara mereka di bibir tebing yang menyebabkan ketiganya jatuh dan tewas. Dugaan lain adalah salah satunya terjatuh dan keduanya yang mencoba menolong ikut terjatuh. Teori lainnya menyebutkan salah satu dari mereka menjadi gila, lantas membunuh dua rekannya dan dibuang ke laut, lantas si pelaku ikut melompat dari tebing untuk bunuh diri,” tandas Keith McCloskey dalam The Lighthouse: The Mystery of the Eilean Mor Lighthouse Keepers.
Deskripsi Film:
Judul: The Vanishing | Sutradara: Kristoffer Nyholm | Produser: Gerard Butler Maurice Fadida, Andy Evans, Sean Marley, Ade Shannon, DG Guyer, Mickey Gooch Jr., James Lejsek, Matt Antoun, Alan Siegel | Pemain: Gerard Butler, Peter Mullan, Connor Swindells, Ólafur Darri Ólafsson, Søren Malling | Produksi: Mad As Birds, Kodiak Pictures, Cross Creek Pictures, G-BASE, iWood Studios | Distributor: Lionsgate | Genre: Drama-Thriller | Durasi: 107 menit | Rilis: 11 Oktober 2018, Mola TV.