Masuk Daftar
My Getplus

Sedia Jas Sebelum Hujan

Orang Indian menggunakan getah karet alami agar topi dan alas kaki tahan air. Charles Macintosh kemudian mematenkan penemuannya untuk pakaian tahan air.

Oleh: Amanda Rachmadita | 05 Mar 2023
Charles Macintosh, penemu pakaian tahan air. (Wikimedia Commons).

HUJAN yang mengguyur wilayah Jakarta dan sekitarnya membuat payung dan jas hujan menjadi barang yang wajib dibawa saat beraktivas di luar rumah. Tak jarang terlihat pedagang menjual jas hujan kepada para pengendara yang tengah berteduh di halte atau kolong jembatan layang.

Berbeda dengan payung yang sering kali masih membuat penggunanya basah, jas hujan mampu melindungi tubuh dari bagian atas hingga bawah. Bentuknya yang serupa jubah atau pakaian dan celana memberikan perlindungan lebih maksimal bagi pemakainya.

Jas hujan dijual dengan harga bervariasi, tergantung jenis dan modelnya. Meski ukurannya besar dan menutupi sebagian besar area tubuh, jas hujan didesain dengan bahan yang fleksibel sehingga mudah dilipat dan dapat dibawa ke mana pun. Oleh karena itu, selain payung, jas hujan menjadi “alat tempur” andalan bagi banyak orang di kala musim hujan.

Advertising
Advertising

Menurut Jorge Lucendo dalam Universal Encyclopedia of Inventors: 600 Inventors, seorang kimiawan asal Skotlandia, Charles Macintosh merupakan penemu pakaian tahan air tersebut. Sebelum menemukan proses pembuatan kain yang tahan air dengan karet, Macintosh turut berperan dalam menemukan proses pewarnaan baru dan membantu mengembangkan bubuk pemutih. Terkait dengan penemuan jas hujan, Macintosh melakukan eksperimen dengan menggunakan tar dan naphtha yang memungkinkannya menciptakan sebuah bahan tekstil yang tahan air. Melalui eksperimen itu, Macintosh mampu memperkuat dua kain tebal bersama-sama dengan karet alam.

Baca juga: Sedia Payung Walau Tak Hujan

Meski begitu, menurut Charles E. Carraher Jr. dalam Carraher’s Polymer Chemistry, Eight Editon, ratusan tahun sebelum Macintosh melakukan eksperimen dan memantenkan penemuannya untuk pakaian tahan air, orang Indian telah memiliki konsep pakaian tahan air. “Pada awal abad ketiga belas, orang Indian Amerika Serikat melapisi kain dengan getah karet alami yang membuat topi dan alas kaki tahan air,” tulis Carraher.

Getah karet alami itu merupakan bahan nonpolar yang tahan air. Saat getah tersebut dikirim ke Eropa, bakteri menyerang karet alam ini sehingga membuatnya tidak dapat digunakan. Seiring berjalannya waktu, sejumlah eksperimen dilakukan untuk mengembangkan sebuah kain yang tahan air hingga kemudian Macintosh mematenkan penemuannya untuk pakaian tahan air pada 1823.

Setelah mematenkan penemuannya, tulis Andrew Sholl dalam Teddy Bears, Tupperware and Sweet Fanny Adams: How The Names Became The Words, Macintosh mendirikan perusahaan di Manchester dan memproduksi garmen yang tahan air yang ia namai Mackintosh. Perusahaan tersebut memproduksi jas dan jaket tahan air. Bagian dalam jaket tersebut dibuat dari wol sementara bagian luarnya dari bahan tekstil tahan air yang dikembangkan Macintosh.

Baca juga: Cerita Lama Pawang Hujan

Lucendo menyebut mantel Mackintosh sempat digunakan oleh John Franklin dalam Ekspedisi Arktik pada 1824, dan kemudian oleh Angkatan Darat Inggris. Sayangnya, meski pakaian itu berhasil menahan air, namun bagi sebagian besar orang di masa itu, mantel ini tidak menarik dan tidak nyaman.

Mackintosh abad ke-19 itu, catat Celia Marshik dalam At the Mercy of Their Clothes Modernism, the Middlebrow, and British Garment Culture, berwarna hijau menjemukan, panjang dan tidak berbentuk, serta sulit digerakkan. Mantel itu sendiri memiliki bau yang tidak sedap.

Hal senada diungkapkan John Hudson Tiner dalam Exploring the World of Chemistry From Ancient Metals to High-Speed Computers, bahwa jas hujan yang terbuat dari kain karet itu pada cuaca dingin menjadi kaku, sementara saat cuaca panas menjadi lunak dan lengket.

“Orang-orang meninggalkan jas hujan di lemari selama musim panas. Namun, saat mereka membuka lemari untuk menemukan jas hujan, yang terlihat jas hujan itu meleleh menjadi satu dalam kekacauan yang mengerikan,” tulis Tiner.

Baca juga: Pawang Hujan dalam Pernikahan Anak Presiden Soeharto

Macintosh kemudian melakukan perbaikan demi perbaikan, mulai dari membuat bahan lebih ringan dan fleksibel, hingga mengurangi bau. Ia menerapkan teknik vulkanisir karet untuk menyempurnakan produk garmennya.

Penyempurnaan tersebut membuat mantel Mackintosh mulai dilirik oleh masyarakat umum. Bahkan, ketika kualitas mantel tersebut semakin baik, pakaian antiair tersebut turut menunjukkan status sosial dan ekonomi pemakainya.

Marshik menyebut iklan awal Mackintosh cenderung mempromosikannya ke dua jenis konsumen, yakni olahragawan dan pelayan. “Dengan kata lain, masyarakat kelas atas Inggris akan mengenakan Mackintosh saat berpartisipasi dalam aktivitas santai yang luar biasa, sementara mereka yang berada di kelas pekerja akan mengenakan jas hujan yang sama saat melakukan pekerjaan biasa sehari-hari,” sebut Marshik.

Baca juga: Pawang Hujan dalam Peresmian TMII

Militer juga merupakan mayoritas pengguna mantel hujan. Kala Perang Dunia pecah, Mackintosh disesuaikan dan dipasarkan untuk digunakan militer di garis depan selama perang. Di masa perang itu pula lahir “the trench-mackintosh” yang menjadi ikon saat mantel itu muncul dalam iklan untuk produk-produk, baik yang terkait maupun tidak terkait dengan perang.

Setiap merek Mackintosh untuk militer memiliki berbagai strategi dalam mempromosikan produknya. Tetapi ada empat hal yang menjadi acuan atau tren umum yang muncul selama perang, yakni mengutamakan kualitas garmen, membuat mantel sesuai untuk semua lini dan dalam segala cuaca, adanya testimoni bahwa mantel tersebut nyaman digunakan selama para tentara bertugas di parit, serta promosi bahwa mantel tersebut dapat melindungi penggunanya dari berbagai ancaman.

Popularitas jas hujan yang kian menanjak mendorong banyak perusahaan ikut memproduksi berbagai pakaian yang tahan air. Kini tak hanya pakaian atau jas hujan, barang-barang yang biasa digunakan masyarakat untuk beraktivitas di luar rumah pun diproduksi agar tahan air seperti tas, sepatu, hingga topi. Tak hanya itu, nama “Mackintosh” atau “Mack” pun hingga kini dikenal dan digunakan pada jas hujan plastik modern mana pun.*

TAG

pakaian jas hujan

ARTIKEL TERKAIT

Merambah Indahnya Kain Tenun Nusantara Kurug, Pakaian Istimewa Masyarakat Jawa Kuno Pakaian Mewah pada Masa Jawa Kuno Pakaian pada Masa Jawa Kuno Bergaya dengan Pakaian Baru Saat Resesi Menelusuri Tradisi Beli Pakaian Baru Jelang Lebaran Kontestasi Ideologi dalam Pakaian Perempuan Indonesia Evolusi Ritsleting Kapan Perempuan Bercelana Panjang? Kerah Baju Tanda Status Sosial