SALAH satu lukisan koleksi Istana yang dipamerkan dalam pameran “17/71: Goresan Juang Kemerdekaan” di Galeri Nasional Jakarta, selama Agustus 2016, adalah karya Sukarno. Lukisan itu berjudul Rini.
Dalam katalog pameran disebutkan bagaimana lukisan ini lahir. Ketika beristirahat ke Bali, Sukarno mengajak Dullah, pelukis istana. Sepeti biasa Dullah mencoba membuat lukisan. Baru membuat garis-garis (sketch), Dullah kembali ke Jakarta. Pada November masuk Desember 1958 Sukarno kembali lagi ke Bali untuk beristirahat. Dullah tidak ikut. Selama sepuluh hari di Bali, Sukarno menyelesaikan sketch Dullah. Tentu saja Sukarno membuat banyak perubahan dan tambahan dari sketch semula.
Menurut kurator pameran Mikke Susanto, model lukisan Rini misterius. Namun ada yang mengatakan perempuan itu kemungkinan besar adalah figur Sarinah, pengasuh Sukarno.
Entah kenapa lukisan itu berjudul Rini. Soimun Hp dalam Istana Bogor: Istana Kepresidenan di Bogor, terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1985, menyebut lukisan yang sama dengan judul Sarinah. “Sarinah merupakan ciri wanita Indonesia menurut Bung Karno,” tulis Soimun.
Soimun juga punya versi berbeda tentang proses kreatif lukisan itu.
“Konon ceritanya lukisan ini mempunyai arti tersendiri karena saat itu Bung Karno sedang berada di salah sebuah pantai di Bali, ketika seorang wanita lewat dibonceng sepeda oleh tunangannya. Entah mengapa, Bung Karno merasa tertarik untuk menjadikan wanita itu sebagai model lukisannya. Kedua orang berboncengan tersebut diminta berhenti, dan gadis itu diminta menggantikan kebayanya dengan kebaya yang lebih bagus yang dipinjamkan oleh Bung Karno pada saat itu juga, entah dari mana. Rambut wanita tadi dirapikan, dan Bung Karno mulai melukis.”
Soimun melanjutkan, “Setelah selesai melukis Bung Karno bertanya apa yang diinginkan gadis itu sebagai imbalan. Wanita Bali yang remaja ini hanya meminta kemeja dan bahan celana untuk pacarnya. Ini diluluskan oleh Bung Karno disertai dengan sedikit uang.”
[pages]