Masuk Daftar
My Getplus

Pembatasan Sosial dan Isolasi Diri dalam Lukisan

Pembatasan sosial jadi imbauan demi memutus penyebaran virus corona. Uniknya Edward Hopper melukiskan situasi serupa dalam empat karyanya.

Oleh: Randy Wirayudha | 11 Apr 2020
Lukisan "Morning Sun" (1952) karya Edward Hopper yang menggambarkan isolasi diri, begitu mirip dengan situasi sekarang imbas virus corona (Foto: edwardhopper.net)

SIAPAPUN Anda, yang berada di epicenter pandemi virus corona (SARS-Cov-2) diimbau keras untuk membatasi diri dari aktivitas sosial (physical and social distancing). Isolasi diri jika tak punya keperluan penting ke luar rumah. Demikianlah inti pesan pemerintah setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan di ibukota per Jumat (10/4/2020).

Imbauan, bahkan peringatan keras senada juga digaungkan sejumlah negara yang melakoni lockdown dengan tujuan memutus mata rantai penyebaran virus corona. Intinya, setiap orang diimbau untuk tetap berada di rumah.

Tentu kebosanan datang. Yang biasanya sering kelayapan entah untuk bekerja atau nongkrong, kini terpaksa harus anteng di rumah. Pasti ada banyak di antara kita yang hanya bisa menatap kosong ke arah luar dari jendela rumah, kangen akan dunia di luar rumah, dan mengharap pandemi virus corona ini segera berlalu.

Advertising
Advertising

Baca juga: Kengerian Pandemi Global dalam Lukisan 

Percaya atau tidak, kondisi semacam itu pernah dilukiskan Edward Hopper dalam beberapa karyanya di era 1920-an hingga 1950-an. “Semua merasa sendiri dan kesepian namun berada dalam kondisi yang sama. Beberapa orang mengatakan sekarang kita hidup di dalam lukisan Edward Hopper. Tak peduli lukisan yang mana,” ungkap kritikus seni Inggris Jonathan Jones dalam ulasannya, “We Are All Edward Hopper Paintings Now” yang dimuat The Guardian, 27 Maret 2020.

Edward Hopper dikenal sebagai pelukis realis asal Amerika Serikat kelahiran New York, 22 Juli 1882. Ia acap melahirkan karya-karya tentang “sikon” urban dan kehidupan di pinggiran kota, hingga akhir hayatnya pada 15 Mei 1967.

Situasi Serupa dalam Empat Karya

Meski semasa hidupnya ia tak pernah terimbas pandemi seperti yang terjadi saat ini, sejumlah hasil karyanya begitu intim dan visioner yang nyaris merefleksikan kondisi yang dialami berjuta-juta manusia yang terdampak virus corona zaman kiwari.

Dalam lukisan berjudul Automat yang –dibuat dengan cat minyak di atas kanvas berukuran 71,4 cm x 91,4 cm– dikreasi Hopper tahun 1927, misalnya, sang pelukis menggambarkan seorang wanita dengan pakaian cukup mewah terduduk sendirian di sebuah automat di malam hari. Automat adalah semacam restoran cepat saji yang makanannya didapat konsumen lewat mesin makanan otomatis.

Lukisan "Automat" yang dibuat Edward Hopper tahun 1927 (Foto: edwardhopper.net)

Diungkapkan Wieland Schmied dalam Edward Hopper: Portraits of America, model wanita dalam lukisan Automat tak lain adalah istri sang pelukis, Josephine Verstille Nivison Hopper. Hopper ingin mendeskripsikan wanita tersebut tengah diterpa kesepian yang amat sangat.

Selain seorang diri, nuansa kesepian dihadirkan dari automat yang tak seramai biasanya gegara depresi ekonomi sejak awal abad ke-20. “Sang wanita menatap cangkir kopinya seolah-olah hanya secangkir kopi itu yang ia miliki di saat itu,” papar Schmied.

Baca juga: Nasib Nahas Lukisan Vincent van Gogh

Kondisi itu “11-12” dengan yang terjadi saat ini meski penyebabnya berbeda. Lukisan Automat lantas dijadikan gambar sampul majalah Time edisi 28 Agustus 1995 yang mengulas tentang depresi ekonomi di abad ke-20 itu. Adapun lukisan aslinya saat ini menjadi koleksi Des Moines Art Center, Iowa, Amerika Serikat.

Beralih ke era 1940-an, ada lukisan Nighthawks yang dibuat Hopper pada 21 Januari 1942. Lukisan cat minyak di atas kanvas berukuran 84,1 cm x 152,4 cm itu menggambarkan suasana malam di sebuah restoran sederhana dengan seorang pelayan di belakang meja counter dan tiga konsumennya, ditambah deskripsi sisi luar restoran nan gelap.

Lukisan "Nighthawks" yang disebut sebagai salah satu karya terbaik Edward Hopper (Foto: Arts Institute of Chicago)

Jembatan antara kondisi saat ini dan gambaran dalam lukisan itu adalah jaga jarak (social distancing). Nighthawks memperlihatkan sejoli lelaki dan perempuan yang duduk berjarak agak jauh dari seorang konsumen pria lain.

Beberapa kritikus menginterpretasikan lukisan itu sebagai potret keadaan Amerika yang terbilang sepi dan tenang sebelum Amerika terjun ke Perang Dunia II. Keadaan masyarakat urbannya saat itu menyukai ketenangan dan menyepi di restoran yang buka sampai tengah malam, tanpa diganggu kasak-kusuk tentang perang.

“Gambaran yang cukup menghantui namun sangat populer (di negara di mana seni tinggi tak dihargai sebagaimana mestinya), lukisan ini menunjukkan sosok-sosok yang kesepian di sebuah restoran sederhana di sebuah kota pada larut malam dan lukisan ini bisa menjadi jendela untuk melihat kondisi Amerika yang tak pernah lagi kembali seperti dulu,” ungkap Gordon Theisen dalam Staying Up Much Too Late: Edward’s Hooper Nighthawks and the Dark Side of the American Psyche.

Baca juga: Keris dalam Lukisan Rembrandt

Lukisan Nighthawks disebut-sebut sebagai salah satu karya terbaik Hopper. Karya itu terpajang di Art Institute of Chicago setelah galeri seni itu membelinya USD3 ribu pada 13 Mei 1942.

Lukisan lain Hopper yang relevan dengan yang dirasakan sebagian besar orang terdampak virus corona adalah Cape Cod Morning. Lukisan cat minyak di atas kanvas berukuran 86,7 cm x 102,3 cm yang dibuat pada Oktober 1950 itu kini bisa dilihat di Smithsonian American Art Museum.

Lukisan "Cape Cod Morning" yang sedikit berbeda dari beberapa lukisan Hopper bergaya urban (Foto: americanart.si.edu)

Sejarawan seni Gail Levin membeberkan detail lukisannya dalam Edward Hopper: An Intimate Biography, di mana terdapat sesosok wanita pirang bergaun pink tengah melongok ke arah luar rumah dari jendelanya. Ia menatap kosong ke arah pepohonan lebat dan rerumputan yang menguning di luar rumahnya.

“Sikap tubuh sang wanita tampak tegang, menciptakan rasa penasaran dan penggambarannya begitu kental menjelaskan pemisahan antara tempatnya berdiri di sisi dalam rumah dan dunia luar,” ungkap Levin.

Lukisan itu juga mendeskripsikan kecemasan sang wanita apabila ia keluar dari rumahnya dan melangkah ke dunia luar. Suasana batin ini familiar dengan situasi sekarang, di mana banyak orang takut jika keluar rumah bisa terjangkit virus corona.

Baca juga: Menyuarakan Nasib Nelayan Melalui Lukisan

Meski begitu ada sedikit perbedaan dalam Cape Cod Morning dengan beberapa karya Hopper lain yang “berbau” pembatasan diri antara di dalam sebuah ruangan dan dunia luar. Jika dalam beberapa karya lain latarbelakangnya melulu urban, dalam Cape Cod Morning latar panoramanya berupa rumah pondok di dekat hutan di daerah terpencil.

Diuraikan Levin, nyatanya rumah di South Truro, Cape Cod, itu adalah rumah peristirahatan yang biasa ia dan istrinya datangi setiap musim panas sejak 1934. Hopper pertamakali datang ke Cape Cod pada 1930 dan merasa mendapat banyak inspirasi untuk karyanya. Empat tahun kemudian rumah itu ia beli untuk rumah musim panas. Sosok wanita di Cape Cod Morning pun tak lain adalah istrinya yang dijadikan modelnya.

Lukisan "Morning Sun", sebagaimana beberapa lukisan Hopper lainnya, juga memanfaatkan istrinya, Jo Nivison sebagai modelnya (Foto: edwardhopper.net)

Deskripsi lukisan Cape Cod Morning juga mirip dengan karya Hopper yang dibuat pada 1952, Morning Sun. Dalam lukisan cat minyak di atas kanvas berukuran 71,4 x 101,9 cm yang kini terpajang di Columbus Museum of Art itu, Hopper juga menggambarkan seorang wanita berpakaian pink yang menatap kosong ke arah luar via jendelanya.

“Sesosok wanita terduduk di atas tempat tidur yang terekspos cahaya pagi yang sejuk, di mana tatapannya mengarah ke jendela terbuka. Penggambaran interior mirip di dalam sebuah apartemen dan dunia luar yang bernuansa kota modern dipisahkan oleh jendela, seolah sang wanita tengah terisolasi oleh dirinya sendiri,” tulis Kerstin Stremmel dalam Realism.

Hopper menguraikan tentang lukisan itu, bahwa fokus utama dalam Morning Sun lebih kepada sinar mentari pagi yang menerpa sosok wanita tersebut. Juga efek siluet dan bayangan dari sinarnya, baik terhadap sang wanita maupun interior ruangan di mana wanita itu berada.

“Mungkin saya bukan manusia pada umumnya. Perhatian saya adalah melukiskan sinar matahari yang mengarah ke dinding ruangan. Menjadikan sosok wanitanya bermandikan sinar itu,” tutur Hopper dikutip Stremmel.

Baca juga: Zainal Beta, Sang Pelukis Tanah Air

TAG

lukisan corona wabah psbb lockdown

ARTIKEL TERKAIT

Jejak Para Pelukis Perempuan Menggoreskan Kisah Tragis Adinda dalam Lukisan Mengeksplorasi Max Havelaar lewat Karya-karya Seni Rupa Affandi Marah pada Polisi Koleksi Pita Maha Kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi Manisnya Kekayaan Oopjen dari Pahitnya Perbudakan Raden Saleh Melawan dengan Lukisan Melihat Lebih Dekat "Lukisan" Kehidupan Margaret Keane Sebelum Bakteri Penyebab Maut Hitam Bermutasi Manuskrip-manuskrip tentang Pandemi di Dunia Islam