top of page

Sejarah Indonesia

Mooi Indie Diserang Lalu Disayang

Sudjojono sempat mengkritik para pelukis mooi indie, tapi kemudian dia juga melukis gaya tersebut.

24 Apr 2013

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

S. Sudjojono (kiri) dan Basuki Abdullah (kanan). Foto: Djawa Baroe, 1 Mei 1943.

S. Sudjojono (kiri) dan Basuki Abdullah (kanan). Foto: Djawa Baroe, 1 Mei 1943.


TAKJUB oleh keindahan alam Hindia Belanda, para perupa Belanda melukiskannya di atas kanvas. Sejumlah perupa bumiputera juga menganut gaya romantisme ini antara lain Abdullah Surio Subroto, Mas Pirngadi, Wakidi, dan Basuki Abdullah.


Kritikan datang dari S. Sudjojono, yang menyebutnya sebagai lukisan mooi indie. Lewat tulisan-tulisannya, Sudjojono mengkritik lukisan mooi indie yang serbamolek melenakan masyarakat bumiputera dari keadaan sesungguhnya: terjajah. Dia menganggap lukisan mooi indie tak lebih hanya untuk “menghibur” orang-orang asing.


“Benar mooi indie bagi si asing, yang tak pernah melihat pohon kelapa dan sawah, benar mooi indie bagi si turis yang telah jemu melihat skyscapers mereka dan mencari hawa dan pemandangan baru, makan angin katanya, untuk menghembuskan isi pikiran mereka yang hanya bergambar mata uang sahaja,” tulis Sudjojono dalam tulisannya di Majalah Keboedajaan dan Masjarakat, Oktober 1939.


Bagi Sudjojono, kesenian –seni lukis khususnya– seharusnya tidak terpisah dari realitas kehidupan masyarakat sekitarnya. Semestinya, perupa “…menggambar juga pabrik-pabrik gula dan si tani yang kurus, mobil si kaya dan pantalon si pemuda; sepatu, celana dan baju garbadin pelancong di jalan aspal. Inilah keadaan kita. Inilah realiteit kita,” tulis Sudjojono. Sudjojono menyebutnya realisme.


Sebagai bentuk perlawanan, Sudjojono mendirikan Persatuan Ahli-Ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1937. Dia tetap memegang pandangan realisme ini setelah Persagi bubar serta kemudian terlibat dalam perkumpulan Seniman Indonesia Muda dan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra).


Pada 1950-an, Sudjojono jadi anggota Parlemen dari Partai Komunis Indonesia. Namun, dia kemudian dipecat karena poligami yang tidak diperkenankan oleh partai. Menurut Ajip Rosidi dalam Mengenang Hidup Orang Lain, setelah mengucapkan selamat tinggal pada dunia politik, Sudjojo rupanya meninggalkan pula realisme. Setidaknya, tidak lagi menganggapnya sebagai satu-satunya aliran seni yang dianutnya.


Menurut Onghokham, “Hindia yang Dibekukan: Mooi Indie dalam Seni Rupa dan Ilmu Sosial,” dalam Kalam, edisi 3, 2005, Sudjojono akhirnya juga melukis mooi indie karena ternyata mazhab ini sangat kuat berakar di masyarakat. Selain itu, salah satu sebabnya adalah patron Sudjojono pada masa pascakolonial, yakni Presiden Sukarno, adalah seorang kolektor dan patron utama mazhab mooi indie.


“Sudjojono memang seniman unik,” kata kolektor seni Syakieb Sungkar kepada Historia. “Di satu sisi dia pernah habis-habisan menyerang mooi indie, tapi di akhir-akhir hidupnya dia melukis dengan gaya tersebut. Ini menunjukkan, sehebat-hebatnya dia, tetap manusia biasa. Bisa tidak konsisten juga.”

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Misi Orde Baru Menggerus PNI dan NU

Misi Orde Baru Menggerus PNI dan NU

Setelah menumpas PKI, rezim Orde Baru kemudian menghabisi PNI dan NU. Dengan begitu Soeharto dapat berkuasa selama tiga dekade.
Dewi Sukarno Setelah G30S

Dewi Sukarno Setelah G30S

Dua pekan pasca-G30S, Dewi Sukarno sempat menjamu istri Jenderal Ahmad Yani. Istri Jepang Sukarno itu kagum pada keteguhan hati janda Pahlawan Revolusi itu.
bottom of page