SUTRADARA Joko Anwar butuh waktu sepuluh tahun meyakinkan Rapi Films agar mengizinkannya me-remake Pengabdi Setan (1980) karya Sisworo Gautama Putra. Film horor favoritnya semasa kecil itu yang mendorongnya ingin menjadi pembuat film. Kesabaran Joko terbayar: dalam 15 hari film Pengabdi Setan tembus 2,3 juta lebih penonton; jumlah ini akan terus naik.
Pengabdi Setan (1980) menempati peringkat teratas dari 13 film Indonesia paling menyeramkan versi Rolling Stones tahun 2015: “Pengabdi Setan memiliki atmosfer seram yang tak pernah surut di sepanjang film. Gaya pengambilan gambarnya juga tergolong baik untuk ukuran film horor pada masanya, bahkan jika bicara skala Asia.”
Dari 13 film Indonesia paling menyeramkan itu hampir setengahnya karya Sisworo, seperti Sundel Bolong (1981), Telaga Angker (1984), Malam Jumat Kliwon (1986), Malam Satu Suro (1988), dan Santet (1988).
Sisworo yang dikenal pula dengan nama Naryono Prayitno atau S. Gatra tersohor sebagai sutradara film horor. Dalam Apa Siapa Orang Film Indonesia 1926-1978, tecatat bahwa Sisworo lahir di Asahan, Sumatra Utara, pada 26 Mei 1938. Pendidikannya Sekolah Lanjutan Atas kemudian kursus penyutradaraan pada Kotot Sukardi yang diselenggarakan oleh Anom Pictures pada 1961.
Kotot Sukardi adalah tokoh seniman Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), aktif sebagai sutradara pada 1950-1960an, dan pendiri Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI). Film karya Kotot, Si Pintjang (1952) diikutkan di Festival Internasional di Karlovy-Vary, Cekoslovakia, tahun 1952. Kotot menerima anugerah Satyalancana Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2015.
Sebelum masuk dunia film, Sisworo pernah menjadi pemain sandiwara Taman Pemuda. Bekerja di film sejak 1962 sebagai pencatat skrip untuk film Tudjuh Pradjurit produksi Gema Masa Film. Dia bekerja di Gema Masa Film sampai tahun 1965 sebagai pencatat skrip, pembantu sutradara, pembantu unit, pimpinan produksi dan asisten sutradara. Dia menjadi asisten sutradara untuk beberapa film antara lain Expedisi Terachir (1964), Buruh Pelabuhan (1965), Honey Money and Djakarta Fair (1970), dan Angkara Murka (1972).
Sisworo mulai menjadi sutradara untuk film pertamanya, Dendam Si Anak Haram (1972), merangkap penulis cerita/penyusun skenario. Selanjutnya dia tetap menjadi sutradara dengan sesekali merangkap jadi penulis skenario.
Pada 1981-1991 film horor Indonesia mencapai puncak keemasan dengan jumlah produksi 84 judul. Selama itu, Sisworo menjadi sutradara film horor paling produktif. Setelah sukses dengan film horor pertamanya, Pengabdi Setan, dia hampir setiap tahun merilis film horor antara lain: Sundel Bolong (1981), Nyi Blorong (1982), Nyi Ageng Ratu Pemikat dan Perkawinan Nyi Blorong (1983), Telaga Angker (1984), Bangunnya Nyi Roro Kidul dan Ratu Sakti Calon Arang (1985), Malam Jumat Kliwon dan Petualangan Cinta Nyi Blorong (1986), Malam Satu Suro dan Santet (1988), Wanita Harimau, Santet II dan Pusaka Penyebar Maut (1989), Titisan Dewi Ular (1990), Perjanjian di Malam Keramat dan Ajian Ratu Laut Kidul (1991), Kembalinya Si Janda Kembang (1992), dan Misteri di Malam Pengantin (1993).
Film-film horor garapan Sisworo laris manis di pasaran. Daya tariknya tidak hanya cerita menyeramkannya, tetapi juga pemerannya: Suzanna yang dikenang sebagai ikon film horor Indonesia. Selama kariernya sang “Ratu Film Horor” itu memerankan 16 judul film horor, sebagian besar garapan Sisworo.
“Sisworo Gautama Putra adalah sutradara andal yang kebanyakan menyutradarai film-film horor Suzanna dari tahun 1981-1991, seperti Nyi Blorong, Nyi Ageng Ratu Pemikat, Telaga Angker, dan sebagainya. Film-film tersebut cukup sukses di pasaran,” tulis Muhamad Lutfi dan Agus Trilaksana dalam “Perkembangan Film Horor Indonesia 1981-1991,” jurnal Avatara Vol. I No. I tahun 2013.
Film-film horor karya Sisworo yang diperankan Suzanna kerap masuk lima film box office seperti Sundel Bolong, serial Nyi Blorong, Nyi Ageng Ratu Pemikat, dan Telaga Angker. Bahkan, film Nyi Blorong diputar di Singapura dengan judul Snake Queen sampai 1983. Film Sisworo yang juga masuk box office adalah Sangkuriang (1982).
Kendati terkenal sebagai sutradara film horor, Sisworo juga membuat film laga, drama, komedi, bahkan kisah fantasi. Misalnya, Jaka Sembung Sang Penakluk (1981) yang dibintangi Barry Prima, Cinta Kasih Mama (1976) dibintangi Adi Bing Slamet dan Yati Octavia, Aladin dan Lampu Wasiat (1980) diperankan oleh Rano Karno, serta film Warkop Malu Malu Mau (1988).
Menurut Muhamad Lutfi dan Agus Trilaksana misi Sisworo mengangkat kebudayaan mistik Indonesia yang diwujudkan melalui sebuah film horor. Dengan demikian, penonton menjadi tahu sekaligus takut.
Sisworo mengakhiri kariernya sebagai sutradara dengan film Misteri Malam Pengantin (1993). Dia meninggal pada 5 Januari 1993 di usia 55 tahun.