Masuk Daftar
My Getplus

Kuliner Kesukaan Der Führer

Penggemar daging dan hidangan tradisional Austria, Hitler berubah jadi vegetarian jelang perang.

Oleh: Randy Wirayudha | 24 Jun 2021
Adolf Hitler saat dihidangkan buah-buahan segar dalam jamuan makan siang bersama para perwiranya di Sudetenland medio 1938 (Bundesarchiv)

RUANGAN makan tertutup di Führerbunker pada siang 30 April 1945 begitu hening. Hanya bunyi dentingan piring tersentuh garpu yang meramaikan suasana makan siang di masa mencekam itu. Diktator Jerman-Nazi Adolf Hitler (diperankan Bruno Ganz) menyantap pasta ravioli dengan saus tomat di hadapannya dengan lahap.

Beberapa jam setelah pernikahannya dengan Eva Braun itu, Hitler makan siang ditemani koki pribadinya, Constanze Manziarly, yang duduk di hadapannya. Dua sekretaris Hitler, Traudl Junge dan Gerda Christian, turut menemani di samping Manziarly.

Setelah menghabiskan kepingan ravioli terakhirnya, Hitler memecah keheningan dengan memuji Manziarly. “Terima kasih, makanan ini lezat, Nyonya Manziarly,” ujar Hitler. Setelah membersihkan bibirnya dengan lap makan, Hitler pun bangkit dari kursi dan menyalami ketiganya untuk memberi salam perpisahan.

Advertising
Advertising

Baca juga: Akhir Hidup Si Pemeran Hitler

Adegan makan siang terakhir Adolf Hitler dalam film Downfall (Constantin Film)

Adegan di akhir film biopik Downfall (2004) itu menggambarkan saat-saat Hitler jelang bunuh diri bareng istri yang baru dinikahinya beberapa jam setelah makan siang itu.

“Eva Braun tidak ikut (makan siang), kemungkinan dia sudah tak punya selera makan. Spaghetti dengan saus (tomat) ringan jadi hidangan terakhir Hitler yang dimakan dengan suasana sunyi. Setelah menghabiskan makanannya ia berterimakasih pada sang koki dan berbicara dengan intonasi suara yang nyaris tak terdengar: ‘waktunya telah tiba; semua sudah usai’,” tulis David McCormack dalam Year Zero: Berlin 1945.

Baca juga: Aneka Kuliner Favorit Diktator Korea Utara

Terlepas dari perbedaan fakta dan penggambaran film itu –di mana hidangan terakhir Hitler bukanlah pasta ravioli, melainkan spaghetti–,

Adegan itu turut menggambarkan bahwa Hitler tetap seorang vegetarian sampai akhir hayatnya. Padahal, di masa muda hingga menjelang Perang Dunia II, Hitler gemar melahap beragam olahan daging.

Adolf Hitler (kanan) dalam sebuah jamuan, di mana ia mulai menghindari makan daging (Bayerisch Staats Bibliothek)

Hitler dikenal sebagai sosok yang punya gaya hidup sehat. Ia bukan perokok dan pecandu minuman keras. Hanya sampanye, minuman berkadar alkohol rendah, yang sesekali ia minum di acara-acara khusus. Itu pun tak pernah sampai habis.

Dalam momen-momen sarapan, makan siang, dan makan malam, Hitler memilih air putih di gelasnya ketimbang anggur atau miras. Itu dilakukannya sejak Hitler masih jadi pemakan daging.

Kala masih mendaki karier politiknya, Hitler masih menggemari kuliner seperti kaviar, burung dara muda, dan aneka jenis sosis khas Bavaria. Namun di antara beragam kuliner, favoritnya tetaplah makanan yang berasal dari negeri kelahirannya, Austria, yakni leberknödel atau leberklösse dalam dialek Jerman, yakni hidangan berupa pangsit isi hati sapi.

Baca juga: Pesan Bung Karno dan Rujak Diponegoro

Thomas Fuchs dalam A Concise Biography of Hitler mengungkapkan, pasca-kematian kekasih pertamanya, Geli Raubal, pada 18 September 1931, Hitler berangsur menghindari beragam olahan daging. Pengecualian hanya leberknödel itu.

“Di awal karier politiknya di (partai) Nazi, ia sering terlihat lahap mengunyah sosis dan berlembar-lembar roti yang selalu ia bawa di sakunya. Tiba-tiba pada September 1931, ia menyatakan kebenciannya terhadap daging: ‘Itu seperti Anda memakan mayat!’ Kebenciannya pada daging terjadi tak lama setelah keponakan yang jadi cinta pertamanya, Geli Raubal, tewas bunuh diri. Kedukaan itu menandai akhir masa makanan daging buatnya dengan beberapa pengecualian,” tulis Fuchs.

Leberknödel, kuliner tradisional Austria yang digemari Hitler (tasteofaustria.org)

Kendati menjadi vegetarian, Hitler masih bisa menyantap banyak produk turunan dari hewan seperti susu, telur, dan keju.

 

“Sarapan, makan siang, dan santap malam biasa tidak jauh berbeda. Konsumsi hariannya termasuk aneka olahan telur, spaghetti, kentang panggang dengan keju, oatmeal, buah-buahan yang direbus, dan puding sayur. Daging tak sepenuhnya menghilang. Hitler masih tetap senang menyantap hidangan favoritnya, leberklösse,” sambung Fuchs.

 

Baca juga: Hitler Seniman Medioker

Leberknödel, sebagaimana diungkapkan Jeremy MacVeigh dalam International Cuisine, adalah salah satu makanan tradisional Austria yang berasal dari keluarga Dinasti Hapsburg di abad pertengahan dan penerusnya, Kekaisaran Austria-Hungaria (meliputi Austria, Jerman, Bavaria, Bohemia [kini Ceko], dan Hungaria). Di Austria disebut leberknödel, di Bavaria leberklösse, sementara di kawasan Rhine dinamakan lewwerknepp.

 

“Makanan seperti sauerkraut (acar kol), pangsit, dan sosis menyebar ke timur seiring kekaisaran itu memerangi Kesultanan Utsmaniyah. Hidangan semacam leberknödel, speckknödeln (pangsit bacon), dan teknik-teknik membuat sosis tersebar lewat pengaruh Dinasti Hapsburg,” urai MacVeigh.

 

Hitler saat bersantap bersama kekasihya, Eva Anna Paula Braun (Bildarchiv Preussischer Kulturbesitz)

Di Austria dan Bavaria biasanya leberknödel dihidangkan dalam bentuk sup berkaldu bening. Di kawasan Rhine, leberknödel atau lewwerknepp isiannya terkadang diganti hati babi dan dihidangkan dengan sauerkraut tanpa kuah kaldu.

Seiring waktu, bahan baku pangsit dari adonan tepung sebagai asupan karbohidrat pengganti kentang dan hati sapi untuk asupan protein alternatif sosis mulai populer di rumah-rumah kelas menengah dan bawah di Kekaisaran Austria. Termasuk di rumah orangtua Hitler. Menu itu hasil masakan ibunya, Klara Hitler, yang mantan asisten rumah tangga dan juru masak di rumah keluarga Yahudi.

Baca juga: Perempuan-Perempuan dalam Pelukan Hitler

Setelah ibunya tiada, Hitler hanya mau dibikinkan leberknödel oleh kakak tirinya, Angela Raubal, baik saat sudah tinggal di Berlin kala mendaki tangga politik maupun di vila peristirahatan sang kanselir di Obersalzberg.

“Sejak kematian Geli Raubal dia tak mau lagi makan daging. Pangsit hati (leberknödel) satu-satunya pengecualian dalam dietnya dan kakaknya Angela Raubal yang paling bisa memasaknya dengan baik selama di Obersalzberg,” singkap Wulf Schwarzwäller dalam The Unknown Hitler: His Private Life & Fortune.

Hitler saat ikut makan siang bersama para perwira dan prajuritnya di Polandia medio September 1939 (nac.gov.pl)

Hitler baru total jadi vegetarian dan merelakan santapan favoritnya itu kala Perang Dunia II sudah bergolak. Menteri Propaganda Joseph Goebbels dengan lantang mempropagandakan Hitler sebagai vegetarian untuk menginspirasi generasi muda Jerman di masa mendatang agar meneladani gaya hidup sehatnya.

“Jika dia (Hitler) tidak makan daging, minum alkohol, atau merokok, itu bukan karena dia harus meningkatkan kesehatannya. Dia absen mengonsumsi itu karena mengikuti contoh Richard Wagner, atau karena dia sudah tahu bahwa menghindari makan daging justru bisa meningkatkan energi dan daya tahannya tubuhnya pada titik tertentu, di mana kemudian dirinya sendiri dijadikan contoh terkait penciptaan Jerman yang baru,” ungkap psikolog Walter C. Langer dalam The Mind of Adolf Hitler: The Secret Wartime Report.

Baca juga: Bung Karno Pecinta Sambal Pecel

Seiring jadi vegetarian, Hitler makin menumbuhkan kecintaannya pada binatang. Hitler mengaku jijik melihat pembantaian hewan-hewan ternak yang akan dijadikan makanan olahan daging. Hal ini acap dibicarakan Hitler pada para jenderal dan politisi Jerman saat acara-acara jamuan agar mereka juga jijik makan daging.

Namun, Hitler tidak menyerukan kepada rakyat apalagi serdadunya untuk mengikuti disiplin diet vegetarian. Untuk ransum serdadunya, mengutip Handbook on German Military Forces: Supply, Evacuations, and Movements keluaran Departemen Perang Amerika, Hitler menetapkan empat verpflegungssatz (golongan ransum). Golongan I dan II dengan penempatan di garis depan dan daerah pendudukan, diberi jatah lebih dari 100 gram daging. Sedangkan golongan III dan IV yang penempatannya ada di dalam negeri dan para pekerja garis belakang, hanya diberi kurang dari 90 gram daging.

Menteri Propaganda Paul Joseph Goebbels (kiri) pernah bertanya perbandingan nilai gizi daging dan kentang pada Hitler (Bildarchiv Preussischer Kulturbesitz)

Selain mendapat daging, garam, sayuran dan buah-buahan, serta gula dan kopi, para serdadu Hitler di empat golongan umumnya membawa jatah roti tawar dan kentang lebih banyak. Keempat golongan itu sama rata diberi jatah 700 gram roti tawar dan 320 gram kentang. Hitler punya alasan di balik pemberian itu, yang diungkapkannya ketika ditanya Menteri Propaganda Joseph Goebbels tentang perbandingan masing-masing satu pon kentang dan daging.

“Seperti yang kita tahu, prajurit Romawi Kuno biasanya membawa ransum buah dan sereal. Daging menjadi hal yang horor bagi mereka. Pengecualian daging jika hanya kesulitan mendapatkan suplai ransum. Fakta menarik lainnya di antara keluarga negro yang vegetarian punya kehidupan yang lebih harmonis. Di sisi lain singa yang karnivora hidupnya lebih pendek daripada unta yang herbivora. Ini menyimpulkan bahwa sayuran punya nilai nutrisi paling tinggi. Hal lainnya juga menyatakan diet kentang mentah dengan kulitnya bisa menyembuhkan beri-beri dalam waktu seminggu,” ujar Hitler yang dikutip dalam buku Hitler’s Table Talk 1941-1944: His Private Conversations.

Sebagai diktator yang banyak musuh, Hitler juga punya paranoid akibat upaya pembunuhan terhadapnya lewat racun di dalam makanan. Maka ia mempekerjakan 15 staf pencicip makanan yang digilir setiap sarapan, makan siang, dan makan malam. Hitler baru akan mulai makan jika tak satupun dari mereka tewas dalam 45 menit usai mencoba makanannya terlebih dahulu.

Baca juga: Makanan Orang Romawi Kuno

TAG

kuliner hitler adolf hitler austria

ARTIKEL TERKAIT

Cerita di Balik Keriuk Keripik Kentang Dari Manggulai hingga Marandang Ranah Rantau Rumah Makan Padang Peristiwa PRRI Membuat Rumah Makan Padang Ada di Mana-mana Peliharaan Kesayangan Hitler Itu Bernama Blondi Diaspora Resep Naga Wisata Kuliner di Tengah Perang Pilih Cabai atau Lada? Kasus Penipuan Buku Harian Adolf Hiltler Kemelut Bismarck di Atlantik