Masuk Daftar
My Getplus

Hidangan Favorit Napoléon

Selera makan Napoléon sederhana. Baru punya hidangan favorit usai memenangkan sebuah pertempuran.

Oleh: Randy Wirayudha | 28 Jun 2021
Penggambaran Napoléon Bonaparte di masa muda karya Édouard Detaille (Cotham House/Musée National du Château)

BERMULA dari kemenangannya dalam Pengepungan Toulon (29 Agustus-19 Desember 1793), yang menyelamatkan Revolusi Prancis, reputasi Napoléon Bonaparte terus menanjak. Karier militer dan kemudian politik terus didakinya secara perlahan tapi pasti. Puncaknya, 9 November 1799, Napoléon mendaulat dirinya sebagai premier consul atau pemimpin tertinggi republik.

Namun, capaian itu tak berbanding lurus dengan selera makannya. Berbeda dari Louis XVI (1774-1792) yang menggemari beragam sajian premium macam bouillabaisse (sup ikan), coq au vin (ayam masak anggur), hingga beouf bourguignon (semur daging), Napoléon tak punya makanan favorit. Ia hanya menikmati hidangan-hidangan sederhana seperti kentang dengan bawang bombay, sup kentang, kacang-kacangan rebus, dan omelette. Ia juga tak punya kebiasaan berlama-lama di meja makan.

“Napoleon punya kebiasaan makan yang mengherankan. Ia tak pernah makan lebih dari 25 menit. Selain makan dengan cepat porsinya pun sedikit. Favoritnya sekadar kentang yang digoreng dengan bawang bombay. Di rumah, saat makan bersama istrinya, Josephine, ia menyukai ayam panggang,” tulis Frank McLynn dalam Napoleon: A Biography.

Advertising
Advertising

Baca juga: Napoléon Menyelamatkan Revolusi dari Toulon

Hidangan-hidangan simpel itu biasanya disiapkan oleh staf juru masak yang pontang-panting mencari bahan makanan berbeda-beda di setiap medan pertempuran. Kadang ia disajikan olahan roti, daging sapi atau domba. Kadang hanya sekadar salad kacang dan buah-buahan.

“Makan malam jadi momen banyak macam makanan turut disuguhkan, tetapi ia hanya mau makan makanan sederhana. Sepotong keju parmesan atau roquefort jadi makanan penutup kesukaannya. Jika ada sajian buah, biasanya dia hanya makan seperempat apel atau pir, atau beberapa butir anggur. Dia paling suka almond segar yang bisa ia makan sepiring penuh,” kata pelayannya yang bernama Louis Étienne Saint-Denis sebagaimana dikutip John Baxter dalam Eating Eternity: Food, Art and Literature in France.

Lukisan pasukan Napoléon dalam Kampanye Italia karya Antoine Taunay (Musée National du Château)

Hidangan Favorit Usai Pertempuran Sengit

Namun, selera makan Napoléon berubah usai memimpin pasukannya di Pertempuran Marengo. Pertempuran yang berlangsung di Spinetta Marengo, Provinsi Alessandria, Regioni Piemonte, sebuah wilayah di barat laut Italia, pada 14 Juni 1800 itu jadi pertempuran pertama Napoléon sebagai pemimpin Prancis.

Pertempuran melawan pasukan Kekaisaran Austria pimpinan Jenderal Michael von Melas dan Peter Ott itu bagian dari Kampanye Italia (1792-1802) yang dilakukan Prancis melawan banyak negeri yang ikut bergolak pasca-Revolusi Prancis. Mengutip James R. Arnold dalam Marengo & Hohenlinden: Napoleon’s Rise to Power, kedua belah pihak mengerahkan kekuatan yang relatif seimbang. Napoléon mengerahkan 29 ribu prajurit ditambah 33 meriam, sementara Von Melas memimpin 30 ribu serdadu dengan 92 meriam.

Baca juga: Kuliner Kesukaan Der Führer

Setelah 12 jam pertempuran hebat, kemenangan direbut Prancis. Saat itu Napoléon sedang lapar berat lantaran ia punya kebiasaan enggan makan banyak sebelum bertempur. Konon, dari sinilah muncul cerita bahwa ia mulai punya makanan favorit. Makan itu diracik chef pribadinya bernama Dunand.

“Menurut legenda, setelah Pertempuran Marengo, chefnya, Dunand, mencari bahan-bahan makanan segar dari rumah-rumah warga. Ia menemukan seekor ayam, lobster air tawar, jamur, telur, bawang putih, dan tomat. Potongan ayamnya ia tumis dengan bawang putih, ditambahkan tomat dan jamur. Telur ayam yang digoreng kemudian dijadikan garnish-nya. Napoléon yang antusias menyebutnya ‘Ayam à la Marengo’,” sambung Baxter.

Lukisan Pertempuran Marengo karya  Louis-François Lejeune (Musée National du Château)

Namun, seiring waktu legenda tersebut dibantah banyak sejarawan Prancis dan Eropa. Ayam à la Marengo yang memang disantap Napoleon usai Pertempuran Marengo itu faktanya bukan dibuat oleh Dunand. Hidangan itu aslinya bernama Poulet à la Provençale atau ayam dari Provençale. Komposisinya memang serupa dengan yang disebutkan legenda, yakni ayam ditumis dengan bawang putih, tomat, minyak zaitun, dan dilengkapi telur dan lobster goreng sebagai garnish.

“Saya yakini hidangannya disebut Poulet à la Provençale; tetapi para pengelola restoran di Prancis kemudian lebih sering menyebut namanya dengan sebutan yang lebih ambisius, Poulet à la Marengo,” singkap sekretaris pribadi Napoléon Fauvelet de Bourrienne dalam Memoirs of Napoleon Bonaparte.

Baca juga: Aneka Kuliner Favorit Diktator Korea Utara

Betapapun, Napoléon amat doyan masakan itu. “Ia menyantapnya hampir di setiap pagi berupa hidangan ayam dengan minyak zaitun dan bawang putih,” sambung Fauvelet. Napoléon bahkan minta Poulet à la Marengo disajikan setiap perayaan kemenangan pertempuran.

Tentu saja, mengacu pada fakta, hidangan itu bukan disajikan oleh Dunand.

“Dunand sedang berada di Rusia ketika terjadi Pertempuran Marengo dan dia belum bergabung ke staf kekaisaran sampai 1801. Dunand sendiri baru mendapatkan resep itu pada 1809. Hidangan makan malam setelah Pertempuran Marengo itu bukan dimasak oleh Dunand. Napoléon mendengar hidangan itu dari salah satu marsekalnya, François-Étienne Kellerman, yang hendak menikmati sebuah hidangan yang disediakan oleh sebuah gereja. Napoléon pun mengirim staf juru masaknya untuk mengambilalih hidangan itu,” sambung Baxter.

Sajian Poulet à la Marengo (Wikipedia)

Selera Makan di Pengasingan

Kekalahan di Pertempuran Waterloo, 18 Juni 1815, mengakhiri kejayaan Napoléon menguasai Eropa selama 15 tahun dan membawanya ke pengasingan. Selain itu, membuat selera makannya berbeda. Di tempat pengasingannya, Pulau Saint Helena di Samudera Atlantik selatan, selera makan Napoléon justru besar. Ia juga sering minum alkohol.

“Selama di perjalanan dengan HMS Bellerophon, Kapten Frederick Maitland mengatakan, ‘selera makan Buonaparte begitu besar dan senang makan makanan yang berat.’ Begitupun dalam perjalanan dengan HMS Northumberland selama 10 pekan menuju Saint Helena. Kolonel Sir George Bingham dari Resimen ke-53 yang mengawalnya mengatakan, ‘(Napoléon) selalu makan dengan lahap. Mengambil (lauk) ikan dan daging langsung dengan jarinya tanpa garpu’,” ungkap Andrew Uffindell dalam Napoleon’s Chicken Marengo: Creating the Myth of the Emperor’s Favourite Dish.

Baca juga: Makanan Kaleng dari Era Napoleon

Ilustrasi hari-hari terakhir dalam pengasingan di Pulau St. Helena (Napoleon from the Tuileries to St. Helena)

Beberapa perwira yang ikut Napoléon dalam pengasingan seperti Count de Las Cases dan Saint-Denis juga mengungkapkan Napoléon antusias mencicipi beragam minuman keras yang disuguhkan untuknya. Anggur Chambertin, sampanye, hingga anggur Constantia dari Afrika Selatan di antaranya.

Namun kebiasaannya minum-minum turut menurunkan kondisi kesehatannya secara drastis. Napoléon mangkat pada 5 Mei 1821 akibat kanker lambung. Las Cases mengenang, jelang wafat, Napoléon mulai kehilangan selera makan dan lebih sering minum anggur Constantia itu.

“Anggur Constantia yang paling disukai sang kaisar. Stoknya disediakan (pihak Inggris) khusus untuk konsumsinya pribadi dan dia menyebut anggurnya dengan nama saya. Pada momen-momen terakhirnya, ia sering menolak makanan dan dia hanya sering mengatakan, ‘berikan saya segelas anggur Las Cases’,” kenang Las Cases dalam catatan hariannya, Mémorial de Sainte Hélène.

Baca juga: Kisah Coca-Cola di Bawah Panji Nazi

TAG

napoleon kuliner

ARTIKEL TERKAIT

Dari Manggulai hingga Marandang Ranah Rantau Rumah Makan Padang Peristiwa PRRI Membuat Rumah Makan Padang Ada di Mana-mana Diaspora Resep Naga Wisata Kuliner di Tengah Perang Pilih Cabai atau Lada? Aroma Pemberontakan di Balik Hidangan Pasta Maqluba Tak Sekadar Hidangan Khas Palestina Terites, dari Kotoran Hewan yang Pahit jadi Penganan Nikmat Strategi Napoleon di Balik Kabut Austerlitz