Masuk Daftar
My Getplus

Grafiti Setelah Proklamasi

Grafiti jadi slogan perjuangan setelah Proklamasi kemerdekaan. Diusulkan oleh Tan Malaka.

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 17 Mar 2021
Grafiti perjuangan kemerdekaan yang banyak terdapat di sepanjang jalan pada 1945. (IPPHOS/ANRI).

Wali Kota Malang, Sutiaji menuliskan grafiti pertama di Jembatan Kedungkandang pada Senin (15/3/2021). Kegiatan ini untuk mengapresiasi komunitas seniman grafiti yang suka mengkritik dengan seni.

Radarmalang.jawapos.com melaporkan, sekitar 20 komunitas dengan seratus orang lebih akan mengerjakan mural di Jembatan Kedungkandang ini selama dua minggu. Targetnya selesai sebelum ulang tahun Kota Malang.

Wali Kota Sutiaji membuat grafiti titik. “Filosofinya titik, kita harus fokus. Kita berangkat dari satu titik dan menuju ke satu titik,” kata Sutiaji dikutip beritajatim.com. Sedangkan komandan Kodim 0833 menulis “TNI Bersama Rakyat” dan kepala Kejaksaan Negeri menulis “Orang Hebat Tidak Korupsi”.

Advertising
Advertising

Tulisan-tulisan itu oleh warganet twitter diganti dan dijadikan meme.

Dalam sejarah, grafiti menjadi slogan perjuangan setelah Proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Baca juga: Antara Estetika dan Propaganda

Selain pekik perjuangan “merdeka”, semboyan-semboyan kemerdekaan juga terpampang di mana-mana. Iwa Kusuma Sumantri, pelaku sejarah, dalam Sang Pejuang dalam Gejolak Sejarah, menyebut “Tan Malaka-lah yang pada waktu itu menciptakan slogan-slogan yang dapat membangkitkan semangat kita, baik dalam bahasa Inggris maupun dalam bahasa Indonesia.”

Grafiti perjuangan kemerdekaan di tembok bangunan di pinggir jalan pada 1945. (IPPHOS/ANRI). 

Sejarawan Harry A. Poeze dalam Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia: Agustus 1945-Maret 1946, menyebutkan bahwa pada awal September 1945, Ahmad Subardjo meminta nasihat kepada Tan Malaka yang mengusulkan agar melakukan propaganda melalui semboyan-semboyan, seperti “Pemerintah dari Rakyat, untuk Rakyat, dan oleh Rakyat”, “Indonesia untuk Bangsa Indonesia”, dan “Hands of Indonesia!”.

Menurut Poeze, semboyan-semboyan itu, dan banyak lagi lainnya, kemudian dilukis para pemuda di tembok-tembok, dan dengan mobil dan kereta api yang tersebar jauh ke luar Jakarta. Mereka menggalakkan moral, semangat juang, dan menyerukan perlawanan mati-matian terhadap musuh.

Baca juga: Propaganda Armada Perang Onze Vloot

“Semboyan-semboyan itu dibuat dalam bahasa Inggris dan Indonesia, dengan maksud untuk menjadi perhatian Sekutu dan pers dunia. Tujuan itu berhasil,” tulis Poeze.

Iwa menambahkan bahwa “pengaruh slogan-slogan itu sungguh luar biasa, membahana dan menggelegar khususnya di seluruh Jakarta. Akhirnya merembet ke kota-kota lain sehingga rakyat pun sadar dan berkobarlah semangat mereka menanggapi Proklamasi dan kemerdekaannya.”

Grafiti perjuangan kemerdekaan di tembok di pinggir jalan pada 1945. (IPPHOS/ANRI).

Menurut Muhammad Yamin, pelaku sejarah, dalam Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia, satu semboyan dari berpuluh-puluh semboyan yang ditulis pada dinding-dinding atau kereta api yang bergerak di pulau Jawa, yang “sangat menusuk otak dan perasaan ialah: Respect our Constitution, August 17! Hormatilah Konstitusi kami tanggal 17 Agustus!”

“Slogan itu ditulis dalam bahasa Inggris,” Yamin menjelaskan, “karena insyaf akan keadaan politik Internasional sesudah kapitulasi Tokyo dan karena mengetahui bahwa kekuasaan Anglo-American di bawah pimpinan panglima MacArthur dan panglima Mountbatten telah memberi perintah akan mendaratkan tentara Inggris dan Belanda ke tanah Indonesia yang sudah merdeka di bawah kekuasaan Republik Indonesia sejak tanggal 17 Agustus 1945.”

Baca juga: Propaganda Sekutu di Indonesia

Rakyat Indonesia serentak berteriak kepada bangsa-bangsa lain: Jepang yang sudah terguling dan Inggris-Belanda yang akan mendaratkan pasukan agar menghormati dan tidak melanggar kedaulatan negara Indonesia merdeka.

“Semboyan ini berisi petunjuk bagi bangsa yang belum insyaf dan berisi nasihat bagi bangsa yang hendak menjalankan agresi ke dalam negara Republik yang baru berdiri,” kata Yamin.

Namun, Inggris (Sekutu) dan Belanda tetap mendaratkan pasukannya. Maka, pecahlah perang kemerdekaan Indonesia.

“Peperangan kemerdekaan Indonesia itu mempunyai tujuan,” kata Yamin, “sedangkan penyerangan Belanda-Inggris yang melanggar kedaulatan Republik Indonesia semata-mata tindakan agresi yang bermaksud hendak melanjutkan kolonialisme, kapitalisme asing dan imperialisme; dasar dan tujuan mereka ialah semata-mata merampas kemerdekaan bangsa Indonesia.”

TAG

proklamasi tan malaka

ARTIKEL TERKAIT

Rumah Proklamasi Respons Sekutu Usai Proklamasi Belanda Melarang Perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia Akhirnya Belanda Mengakui Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 Kontroversi Pengakuan Belanda atas Kemerdekaan Indonesia Siapa Pemilik Rumah Proklamasi? Sukarni dan Proklamasi Setelah Minta Maaf, Akankah Belanda Akui Proklamasi Kemerdekaan Indonesia? Mayoritas Responden Tuntut Belanda Akui Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 Pecah Kongsi Pemuda Pasca Proklamasi