Masuk Daftar
My Getplus

CIA Bikin Film Porno Mirip Sukarno

Pengakuan pembuat film porno mirip Sukarno dengan perempuan pirang yang diminta CIA.

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 30 Des 2019
Robert A. Maheu (1917-2008). (Las Vegas Review-Journal/Pinterest).

Suatu hari, hampir setahun setelah kunjungan Presiden Sukarno ke Amerika Serikat (16 Mei–3 Juni 1956). Mantan agen FBI (Federal Bureau of Investigation), Robert Aimé Maheu, menerima telepon dari Kolonel Sheffield Edwards, Kepala Kantor Keamanan CIA. Dia terdengar agak gugup, dan ingin tahu apakah dia bisa mampir ke rumahnya.

Saat itu, Maheu tinggal di Falls Church, Virginia. Mereka bertemu di ruang hiburan. Area luas yang dirancang untuk pesta, dengan motif bahari: sebuah bar yang terbuat dari separuh sekoci sungguhan, lampu yang terbuat dari kayu apung, dan dinding yang dilengkapi fasilitas memasak untuk makan malam. Yang paling penting, ruangan itu memberi mereka privasi penuh.

Sheffield memberikan sedikit latar belakang maksud kedatangannya. Dalam beberapa bulan terakhir, hubungan Sukarno dengan Amerika Serikat terus memburuk. Pada saat yang sama, aliansi yang dibentuknya dengan Uni Soviet semakin matang. Sukarno awalnya hanya mentolerir kehadiran komunis di Indonesia. Dan sekarang nampaknya berkembang menjadi dukungan yang sungguh-sungguh. Semua perubahan itu seiring dengan perjalanan Sukarno ke Uni Soviet.

Advertising
Advertising

Sheffield kemudian mengeluarkan sebuah amplop dan menunjukkan kepada Maheu foto-foto ruang tamu dan kamar tidur di dalam Kremlin. Tempat itu disediakan khusus untuk para pemimpin Uni Soviet dan para pengunjung pejabat tinggi. Dia tidak mengatakan bagaimana mendapatkan foto-foto itu. Namun yang jelas, CIA memiliki sumber-sumber intelijen yang tertanam di dalam birokrasi Uni Soviet.

"Kemudian Sheff menceritakan kisah tentang Sukarno dan seorang perempuan pirang. Saat mengunjungi Soviet, Sukarno diperlakukan sama seperti di sini (Amerika Serikat, red.): disediakan perempuan. Tetapi Soviet telah membuat kita menjadi lebih baik: salah satu perempuan yang mereka berikan kepada Sukarno adalah seorang agen KGB," kata Robert Maheu dalam otobiografinya yang ditulis bersama Richard Hack, Next to Hughes: One Man Helped Build Howard Hughes' Empire, the Other Man Watched it Fall.

Baca juga: Agen CIA Pertama di Indonesia

Rupert Cornwell menyebut Maheu menjadi kepercayaan Howard Hughes selama satu dekade lebih (sejak 1954) sampai dia diberhentikan pada 1970. Hughes adalah seorang penerbang, produser film, taipan, dan salah satu orang terkaya di Amerika Serikat.

"Maheu adalah Hughes: matanya, telinganya, suaranya kepada dunia. Maheu mewakili miliarder yang tak terlihat di ruang rapat, pada jamuan makan malam dengan orang berkuasa, dalam penampilan di depan komite Kongres, dalam pertemuan dengan presiden. Tepat seperti itulah yang diinginkan Hughes. Kedua pria itu berbicara di telepon, atau berkomunikasi dengan memo tulisan tangan, hingga 20 kali sehari. Tapi mereka tidak pernah bertemu," tulis Rupert Cornwell dalam obituari Maheu di independent.co.uk.

Richard Goldstein dalam obituari Maheu di nytimes.com, mencatat bahwa akar Maheu jauh dari dunia kekayaan dan kekuasaan yang akhirnya dia masuki. Dia dilahirkan (30 Oktober 1917) dan dibesarkan di kota Waterville, Maine, Amerika Serikat. Orangtuanya seorang Prancis-Kanada. Ayahnya memiliki toko kelontong.

Maheu meraih gelar sarjana ekonomi dari Holy Cross College pada 1940. Setahun kemudian, dia menikah dengan Yvette Dohou dan memiliki tiga anak laki-laki dan satu anak perempuan yang telah meninggal. Istrinya meninggal dunia lebih dulu pada 2003. Dia menyusul pada 4 Agustus 2008.

Baca juga: Agen CIA Merampok Bank Indonesia

Sebagai agen FBI, Maheu melakukan kontraintelijen selama Perang Dunia II dan menjebak beberapa agen Nazi yang tiba di New York City. Dia meninggalkan FBI pada 1947, kemudian bekerja di Small Business Administration, sebuah badan pemerintah Amerika Serikat yang memberikan dukungan kepada usaha kecil.

Maheu kembali ke dunia intelijen pada 1954 dengan mendirikan Robert A. Maheu and Associates, sebuah agen investigasi. Dia segera bekerja pada CIA berkat persahabatannya dengan mantan agen FBI yang bekerja untuk CIA.

Pada Juli 1975, Maheu menyampaikan kepada komite Senat, bahwa CIA pernah memintanya pada 1960 untuk bekeja sama dengan Johnny Roselli, seorang tokoh mafia, untuk membunuh Fidel Castro dengan cara memasukkan racun ke makanannya. CIA telah melakukan berbagai cara untuk menghabisi pemimpin Kuba itu tapi selalu gagal. Castro panjang umur. Dia baru meninggal dunia pada 25 November 2016 di usia 90 tahun.

Baca juga: CIA Incar Jenggot Castro

Selain membunuh Fidel Castro, Maheu juga mendapat pekerjaan dari CIA untuk menjatuhkan Sukarno.

Sejarawan Geoffrey B. Robinson dalam Musim Menjagal: Sejarah Pembunuhan Massal di Indonesia 1965-1966, mencatat bahwa Amerika Serikat merongrong Sukarno dengan berbagai bentuk. Sebagian besar bentuknya diambil dari repertoar "trik-trik kotor" yang sudah sering digunakan di tempat lain. Misalnya, sebuah komite Senat pada 1975 melaporkan bahwa mereka telah "menerima sejumlah bukti keterlibatan CIA dalam sejumlah rencana untuk membunuh Presiden Sukarno" dan agen yang sesuai telah diidentifikasi.

"CIA juga meracik rencana untuk memproduksi film porno dan foto-foto yang seolah-olah menggambarkan Sukarno berada di tempat tidur dengan pramugari Rusia," tulis Geoffrey. "Setelah selesai, film dan foto-foto tersebut akan dikirim secara anonim ke saluran-saluran berita di negara-negara lain. Distribusi tersebut juga disertai laporan yang memberikan kesan bahwa Sukarno sedang dirayu atau diperas oleh Soviet."

Baca juga: CIA Rancang Pembunuhan Sukarno

Orang yang mengerjakan pembuatan film porno adalah Robert Maheu. Dia menerima order itu dari Sheffield Edwards. Namun, menurut Geoffrey, orang yang menelurkan ide itu adalah Samuel Halpern, pejabat CIA di Divisi Timur Jauh dan Deputi Direktorat Perencanaan CIA.

Michael Drosnin dalam Citizen Hughes meyebut Maheu mendapatkan $500 per bulan dari CIA untuk pekerjaan-pekerjaan kotor. Di antaranya memproduksi film porno yang dibintangi mirip Sukarno.

Pembuatan Film

Sheffield menerangkan bahwa perempuan pirang itu menyamar (cover) sebagai pramugari di pesawat Uni Soviet yang digunakan Sukarno saat berada di Uni Soviet. Dia yakin Sukarno tidak menyadari kalau perempuan itu agen KGB. Sukarno jatuh cinta pada gadis itu, dan gadis itu mengunjunginya dalam sejumlah kesempatan di Indonesia.

"Sheff menunjukkan fotonya padaku. Mudah melihat daya tariknya. Dia mempesona," kata Maheu.

Maheu masih mempertanyakan apakah perempuan itu benar-benar menjadi penyebab meningkatnya kedekatan Sukarno dengan Uni Soviet. Namun, dia tidak ragu, perempuan itu telah memberikan semacam pengaruh kepada Sukarno; dan tidak dapat disangkal bahwa dia adalah apa yang dikenal di antara mata-mata sebagai honey trap (perangkap madu), godaan seksual yang ditanam untuk mengumpulkan intelijen.

Baca juga: Marinir Muda Terperangkap Madu

Sheffield merasa bahwa dengan mengungkap penghubungnya (perempuan pirang itu) akan mengubah hubungan antara Sukarno dan Uni Soviet, atau mempermalukannya di hadapan rakyatnya sendiri dan melemahkan kekuasaannya.

"Saya setuju. Soviet benar-benar tidak bermain sesuai aturan, dan kita juga tidak bisa," kata Maheu. "Para informan CIA mengatakan bahwa Sukarno dan perempuan pirang itu telah menghabiskan setidaknya satu malam bersama di dalam kamar tidur yang digambarkan dalam foto itu."

Sheffield ingin Maheu menggunakan kontaknya di Hollywood untuk membuat film yang seolah-olah diambil oleh Uni Soviet sendiri, yaitu film Sukarno dan perempuan pirang bercinta di kamar tidur.

"Film itu tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi film porno," kata Maheu. "Yang diinginkan CIA hanyalah tayangan kamera pengintai dari seorang pria yang kelihatan seperti Sukarno yang tertangkap di ambang berbuat sesuatu dengan seorang perempuan yang ternyata agen Soviet."

Sheffield tahu siapa kontak Maheu di Los Angeles, yaitu Bing Crosby dan saudaranya Larry. Maheu telah bersahabat lama dengan Bing dan Larry. Namun, dia lebih dekat dengan Larry sehingga sering makan siang atau makan malam bersama.

Baca juga: Tipuan Asmara Romeo Merah

Sekitar satu hari setelah berbicara dengan Sheffield, Maheu terbang ke Los Angeles. Malam itu juga dia mengajak Larry makan malam dan memberi tahu apa yang dia butuhkan. Larry benar-benar menyukainya.

Bing dan Larry menemukan sebuah studio kecil di Hollywood dan memperbaikinya seperti gambar-gambar yang diperlihatkan Maheu kepada mereka, yaitu kamar-kamar di dalam Kremlin. Larry mengajari Maheu cara menggunakan kamera. "Untungnya bagi saya, ini bukan film untuk memenangkan penghargaan, hanya rekaman pengintaian, dan tidak ada yang lebih buruk daripada mengoperasikan kamera dalam film pengintai," kata Maheu.

Masalahnya adalah pemain. Mereka mencari beberapa bakat setempat, yaitu aktor dan aktris yang dapat disewa dengan harga rendah. Tapi tidak ada yang cocok, baik untuk Sukarno maupun si perempuan pirang.

Akhirnya, Maheu menghubungi Hal Marlowe, undersheriff Los Angeles County dan asisten Sheriff, Pete Pitchess. Maheu memperlihatkan foto-foto Sukarno dan perempuan pirang, dan Hal memberikan beberapa saran. Dia memberikan nama seorang gadis yang sempurna untuk si perempuan pirang. Dia bukan aktris tapi seorang informan. Pete menyuruhnya melakukan sesuatu untuk Maheu dan memintanya tutup mulut. "Kurasa gadis malang itu tidak pernah tahu apa yang sedang kami lakukan," kata Maheu.

Baca juga: CIA Menyadap Angkatan Darat

Untuk pemeran Sukarno, Hal mengingatkan Maheu pada teman sekamar lamanya, seorang lelaki berpenampilan Hispanik bernama Chuck Kayes, yang bekerja untuk Maheu di Tucson. "Walaupun dia tidak begitu mirip Sukarno, setelah penata rias Bing Crosby selesai meriasnya, Anda pasti sudah bersumpah bahwa lelaki itu adalah presiden Indonesia," kata Maheu.

"Syuting dilakukan di tengah malam, dengan hanya saya, Hal Marlowe, dan aktor di sana," lanjut Maheu. "Semuanya berlangsung kurang dari lima menit."

Menurut Maheu, beberapa sumber menyebut film itu menunjukkan para aktor sedang in flagrante delicto (tertangkap basah) melakukan hubungan seksual. Sumber lainnya menyebut aktor itu memakai topeng Sukarno. "Itu semua omong kosong. Mereka tidak benar-benar tidur bersama, dan tentu saja tidak ada yang mendekati pornografi," kata Maheu.

Baca juga: Agen CIA Merampok Bank Indonesia

Sumber yang menyebut aktor itu memakai topeng Sukarno adalah mantan agen CIA, Joseph B. Smith dalam Potrait of a Cold Warrior. Dia mengatakan bahwa "Los Angeles sebagai pemasok film-film porno cocok dengan tujuan kami, kami pikir, karena mereka memiliki pemeran berkulit gelap ... yang mungkin dapat dibuat agar terlihat seperti Sukarno dengan sedikit sentuhan. Ketika tak menemukannya, CIA memutuskan membuat masker wajah Sukarno. Kami berencana mengirimkannya ke Los Angeles dan meminta polisi setempat membayar bintang film porno untuk memakainya selama beradegan dewasa."

Sumber lain bahkan menyebut judul film itu. "Nasib akhir dari film yang berjudul Happy Days tak pernah dilaporkan," tulis William Blum dalam Killing Hope: US Military and CIA Interventions Since World War II.

Pada akhirnya, film porno itu tidak pernah dirilis. Hanya beberapa gambar dari film itu yang bocor di Indonesia, Asia, dan Eropa. Kendati demikian, Maheu merasa gambar-gambar itu mempengaruhi Sukarno, baik dalam hubungannya dengan Uni Soviet maupun terhadap kekuasaannya.

"Posisi Sukarno di Indonesia, meskipun selalu kuat, tidak pernah persis sama," kata Maheu. "Dan saya tidak berpikir terlalu berlebihan untuk mengatakan bahwa, dengan caranya sendiri, film kecil saya menandai awal dari akhir hidupnya."

Baca juga: CIA dan Operasi Jakarta di Chile

Menurut Geoffrey, seorang pejabat CIA (Joseph B. Smith) yang terlibat dalam propaganda film porno itu, berkomentar dalam memoarnya: "Sesungguhnya kami telah berhasil melalui tema ini. Hasilnya muncul di pers di seluruh dunia."  

Namun, menurut Kenneth J. Conboy dan James Morrison dalam Feet to the Fire: CIA Covert Operations in Indonesia, 1957-1958, film porno yang dimaksudkan untuk mempermalukan Sukarno justru menjadi bumerang karena, seperti diakui oleh Samuel Halpern, "di beberapa negara Dunia Ketiga, mereka menyukai gagasan seorang pria berwarna berhubungan seks dengan perempuan kulit putih."

TAG

intelijen cia film

ARTIKEL TERKAIT

Jalan Perjuangan Tak Berujung dalam Perang Kota Empat Film Korea Selatan yang Menggambarkan Darurat Militer Senna Si Raja Lintasan Basah The Children’s Train dan Nasib Anak-anak Korban Perang di Italia Mengenal Tang Soo Do dari Cobra Kai Munculnya Si Doel (Bagian III – Habis) Munculnya Si Doel (Bagian II) Rahayu Effendi Pernah Susah di Awal Karier Yok Koeswoyo yang Tinggal dari Koes Plus Potret Pribumi Ainu di Balik Golden Kamuy