BUKAN cuma di Indonesia, pada awal kemunculannya, mini skirt (rok mini) dan hotpants (celana superpendek) digandrungi sekaligus ditentang sebagian orang.
Rok mini adalah sebuah revolusi mode dari Mari Quaint, perancang dan ikon busana asal Inggris, pada 1960. Sejak diperkenalkan, rok mini menjadi wabah di dunia fashion. Banyak perempuan Eropa memakainya demi tampil menarik dan seksi. Kendati demikian, busana ini sempat bikin gaduh sejumlah kota di Eropa.
Pada medio 1960-an, mungkin seorang gadis berusia 16 tahun yang tinggal di perkampungan Wilmington, Kent, Inggris, bernama Mandy Cook adalah petaka bagi orang yang lewat daerah rumahnya. Sudah beberapa kali peristiwa kecelakaan terjadi di sana.
Menurut laporan Varia edisi 29 Desember 1974, pada 1967 seorang supir mobil menghantam kaca pajangan sebuah toko. Seorang supir lainnya bernasib hampir serupa. Ia menabrak tonggak lampu jalan. Untung saja tak ada korban jiwa dalam kecelakaan tunggal itu.
Penyebabnya, cukup menggelitik, yakni ulah Mandy yang gemar memakai rok mini. Mereka, para supir mata keranjang itu, terkesima oleh seksinya Mandy dalam balutan rok mini.
Akibat rentetan kejadian itu, penduduk di desanya mengusulkan agar dipasang sebuah papan peringatan: “Awas! Ada mini-skirt di depan!”
Kegaduhan gara-gara rok mini bukan itu saja. Bahkan ada yang lebih parah. Di Bristol, Inggris, seorang petugas pembersih kaca mengalami patah kaki karena terjatuh dari ketinggian enam meter. Penyebabnya, dia menjulurkan kepalanya untuk mengintip seorang perempuan memakai rok mini yang tengah membungkuk.
Kegaduhan juga terjadi kala hotpants jadi tren mode. Hotpants diciptakan perancang busana asal Prancis, Yves Saint Laurent, pada 1970. Selain pendek, hingga pangkal paha, celana ini juga ketat.
Foto model Ursula Andress, Raquel Welch, dan Brigittie Bardot mempopulerkan hotpants ke dunia saat mereka tampil dalam peragaan busana mewah di Paris, Prancis, pada 1971. Setelah itu, hotpants menjadi tren dunia.
Varia edisi 12 Mei 1971 menulis, pada 1971 di New York, Joan Kenedy, istri senator Edward Kenedy, menghebohkan dunia. Ia menerima tamu-tamu penting dalam sebuah acara mewah hanya memakai hotpants.
Namun, tak semua masyarakat di Eropa menyukai hotpants. Penolakan terjadi di sejumlah kota di negara-negara Benua Biru itu.
New York merupakan salah satu kota yang menolak perempuan memakai hotpants. “Celana hotpants itu secara ciri khas ditujukan untuk menitikpusatkan alat kelamin. Dan hal ini bertentangan dengan adat sopan santun,” kata salah seorang anggota parlemen HG Abma.
Bahkan, di kota asalnya, Paris, penolakan terhadap hotpants terjadi. Di sana, hotpants hanya dipakai kalangan tertentu dan di daerah elite, seperti di Jalan Champs Elysees.
Kejadian lucu dialami seorang perempuan yang mengenakan hotpants di pasar sayur di salah satu sudut Kota Paris. Perempuan itu dilempari tomat dan telur ayam oleh sejumlah pedagang.
Kegaduhan gara-gara hotpants tak berhenti di situ. Seorang atlet asal Jerman, Christina Merten, diusir dari sebuah restoran di Moskow, Rusia, gara-gara pakai hotpants. Alih-alih meminta maaf, Christina malah menyindir.
“Wanita-wanita Rusia memang tidak ingin memakai celana katok (hotpants). Ini terjadi bukan karena pertimbangan moral, melainkan semata-mata karena mereka tidak cocok untuk pakaian itu. Tubuh dan kaki mereka umumnya terlalu pendek dan gemuk,” kata Christina.
Lain lagi kasus di Heilbronn, Jerman. Di sana, seorang ketua pengadilan negeri kota itu, Ludwig Hammer, melarang pegawai-pegawai perempuan yang bekerja di kantor pengadilan mengenakan hotpants.
Kendati menuai pro dan kontra, toh rok mini dan hotpants hidup hingga sekarang