JIKA di Indonesia ada Amoroso Katamsi (almarhum) sebagai sosok paling cocok memerankan Soeharto dalam film, di Eropa ada Bruno Ganz. Aktor asal Swiss itu perannya dianggap paling mendekati figur diktator Nazi-Jerman Adolf Hitler dalam film Der Untergang (Downfall) yang rilis 2004.
Sang aktor mengembuskan nafas terakhirnya di usia 77 tahun pada Sabtu, 16 Februari 2019 waktu setempat (Minggu, 17 Februari WIB). Ganz meninggal di kediamannya di Wädenswil, Swiss, setelah berjuang melawan kanker usus yang diidapnya sejak Februari 2018.
Baca juga: Amoroso Katamsi Jadi Soeharto
Lahir di Zürich pada 22 Maret 1941, Ganz menyambi jualan buku sambil bersekolah. Kegandrungannya pada dunia seni peran membawanya hijrah ke Jerman dan bergabung ke Teater Schaubuehne di Berlin. Debutnya di dunia film dimulai dari figuran, sebagai pelayan hotel di film komedi Swiss, Der Herr mit der Schwarzen Melone (1960).
Namanya baru mulai dikenal di dunia perfilman saat menjadi aktor utama di film The American Friend (1977) dan Wings of Desire (1987). Setelah itu, Ganz malang melintang membintangi berbagai film box office, mulai The Manchurian Candidate (2004), The Reader (2008), Unknown (2011), Night Train to Lisbon (2013), The House that Jack Built (2018) hingga Radegund yang saat ini masih dalam tahap produksi.
Namun sepak terjang Ganz yang paling dikenang adalah saat memerankan Kanselir Adolf Hitler dalam Der Untergang (Downfall) garapan sineas Jerman Oliver Hirschbiegel yang diproduksi Constantin Film pada 2004. Film ini menggambarkan masa-masa akhir hidup sang diktator di Führerbunker, kediaman bawah tanah di kompleks kantor Hitler di Reich Chancellery, Berlin.
Hitler dalam kacamata Bruno Ganz
Tak dapat dipungkiri, Der Untergang alias Downfall merupakan klimaks pamor Ganz. Eksesnya tidak hanya muncul lewat kritik dan pujian, tapi juga memunculkan beragam meme di media-media sosial hingga parodi di sejumlah tayangan video di Youtube. Utamanya, saat Hitler yang diperankan Ganz marah-marah dalam rapat bersama para jenderalnya.
Padahal, peran tentang Hitler tak hanya dimainkan Ganz. Sejak 1940, saat Hitler masih hidup, karakter diktator Nazi itu pernah diperankan Charlie Chaplin dalam The Great Dictator. Hitler diparodikan sebagai Adenoid Hynkel. Sementara, karakter Hitler nonparodi pertamakali dimainkan Bobby Watson di film komedi The Devil with Hitler.
Baca juga: Charlie Chaplin berkunjung ke Garut
Puluhan aktor turut memerankan Hitler setelah itu. Anthony Hopkins (The Bunker, 1981), Udo Schenk (Stauffenberg, 2004), David Bamber (Valkyrie, 2008), dan Martin Wuttke (Inglourious Basterds, 2009) di antaranya.
“Tanpa keraguan lagi, dia (Ganz) dirasa yang paling riil dan mendekati. Dibandingkan yang lain, seperti Anthony Hopkins misalnya, akting dan gerak tubuhnya paling mendekati. Ganz akan selalu dikenang karena mungkin Downfall film terbaik tentang Hitler,” ujar Alif Rafik Khan, peneliti sejarah dan penulis buku 1000+ Fakta Nazi Jerman, kepada Historia.
Sejumlah kritikus film mancanegara juga angkat jempol terhadap akting Ganz. Dalam review-nya di The Guardian, 16 September 2005, Rob Mackie menulis: “Sosok Hitler yang paling meyakinkan dalam layar lebar. Seorang diktator tua, bungkuk dan sakit dengan tangan yang sudah gemetaran karena Parkinson, menanti hari-hari terakhirnya di bunker.”
Kritikus De Zeit Jens Jenssen menyatakan hal senada. “Sang aktor (Ganz) berbicara seperti Hitler. Penampilannya sangat mirip Hitler dan dia bergerak seperti Hitler di masa-masa tuanya. Tak ada yang sangat identik dengan Hitler dalam film,” tulis Jenssen sebagaimana dikutip Sidney Homan dan Hernán Vera dalam buku Hitler in the Movies.
Tapi Jenssen juga menggarisbawahi bahwa tak ada yang bisa benar-benar mengenal Hitler luar dan dalam. “Hitler tetap seorang monster yang tak bisa dijelaskan lewat kata-kata,” tambahnya.
Penilaian Jenssen itu senada dengan pandangan Ganz tentang Hitler. “Memainkan karakternya, saya tetap tak bisa mengklaim bahwa saya memahami Hitler,” ujar Ganz kala diwawancara The Guardian, 25 Maret 2005.
Butuh empat bulan bagi Ganz untuk meriset karakter Hitler, terutama masa-masa setelah Hitler bungkuk dan terkena parkinson. Untuk mempelajari suara asli Hitler, Ganz dibantu dengan rekaman suara rahasia Hitler yang diberikan para produser.
Baca juga: Ketika mimpi Hitler tak terwujud
“Rekaman suara percakapan rahasia Hitler sewaktu dia ngobrol dengan Carl Gustaf Mannerheim di Finlandia tahun 1942. Setahu saya, itu satu-satunya suara Hitler yang terekam kamera,” kata Alif.
Menurut Gerhard Weinberg dalam The Foreign Policy of Hitler’s Germany Starting World War II, percakapan Hitler dengan Baron Mannerheim, panglima Pertahanan Finlandia, itu diambil oleh Thor Damen, teknisi stasiun penyiaran Yle, saat Hitler mengunjungi Mannerheim di Lanud Immola, 4 Juni 1942, dalam rangka ulang tahun Mannerheim ke-75.
Percakapan yang direkam diam-diam dan berdurasi 11 menit itu mengungkapkan pembicaraan Hitler tentang kegagalan Operasi Barbarossa, kekalahan sekutunya, Italia, di Afrika, Balkan dan Albania, dan terkait cadangan minyak di Rumania.
“Saya mencoba menangkap kesan dari rekaman suaranya itu. Tapi tetap saya belum bisa memahami karakternya. Para saksi mengatakan dia sangat sayang pada anjingnya (Blondie), berperilaku menawan terhadap para wanita, sangat ramah pada anak-anak, tapi kemudian dia bisa berkata: ‘Mari kita bunuh 5.000 orang’,” ujar Ganz.
Baca juga: Halt Order dari Hitler mencegah Sekutu musnah di Dunkirk
Dalam sebuah percakapan dengan para jenderalnya dalam film, Hitler mengatakan tak peduli terhadap 100 ribu perwira muda Jerman yang tewas di front Timur. “Dia bilang: ‘Mereka terlahir untuk mati.’ Dia benar-benar tak punya rasa iba. Para saksi yang pernah satu bunker bersamanya juga tak benar-benar bisa mendeskripksikan karakter aslinya. Dia tak punya rasa iba, kasih sayang, pengertian terhadap para korban perang. Pada akhirnya, saya tak bisa masuk ke hati Hitler oleh karena dia memang tak punya hati,” kata Ganz.