Masuk Daftar
My Getplus

Tinju Chairul Hampir Mendarat di Wajah Aidit

Sebuah surat kaleng membuat Chairul Saleh dan Aidit berdebat sengit dalam rapat kabinet. Aidit hampir kena tinju Chairul.

Oleh: M.F. Mukthi | 15 Nov 2019
Chairul Saleh. (Betaria Sarulina/Historia).

SETELAH turun dari mobil dan hendak memasuki Istana Bogor guna mengikuti rapat kabinet di pertengahan 1965, Waperdam III Chairul Saleh didekati mantan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Ali menyodorkan secarik kertas pada Chairul dan memintanya agar segera membaca.

"Dalam rapat nanti, Engkau akan diserang karena secarik kertas ini," kata Ali pada Chairul sebagaimana dikutip Irna H.N. Soewito, dkk. dalam biografi Chairul Saleh Tokoh Kontroversial.

Lantaran tak paham yang dimaksudkan Ali, Chairul pun hanya diam sambil mengantongi surat itu. Apa yang dikatakan Ali ternyata terbukti. Entah siapa yang memulai, surat kaleng yang diterima Chairul tadi dibahas dalam rapat juga.

Advertising
Advertising

Baca juga: Perang Pidato Aidit-Sukarno

D.N. Aidit langsung marah begitu mengetahui surat itu mengatakan PKI hendak memberontak. Aidit menyerang balik Chairul dan bahkan menuduhnya antek CIA. 

"Tak mungkin PKI menyusun kata-kata seperti itu. Yang menulis itu adalah kelompok Partai Murba, Chairul pulalah yang mendapatkan surat tersebut," kata Aidit, dikutip Irna.

Kata-kata Aidit membuat Chairul naik pitam. Perang mulut pun terjadi antara kedua tokoh pemuda di era ‘45 itu. Meski presiden sudah menengahi, saling serang verbal tetap berlanjut. Chairul yang sejak muda menggemari pencak silat, hampir tak bisa mengendalikan emosinya.

Baca juga: Ketika Chairul Saleh Ogah “Memijat” Sukarno

"Chairul hampir mendaratkan tinjunya ke muka Aidit. Para pejabat tinggi yang hadir menyaksikan ini, mereka melerai. Kedua menteri tersebut masih tetap ngotot. Dengan wajah geram dan urat leher yang menegang, Chairul memegang bibir meja dan mau mengangkatnya," sambung Irna.

Kemarahan Chairul akhirnya mereda setelah para pejabat lain menenangkannya dan presiden menutup rapat.

Hubungan politik Chairul (Murba) dan Aidit (PKI) memang bak kucing dan anjing. Pertentangan keras keduanya tak kalah keras dari pertentangan Aidit (PKI) dengan AH Nasution (angkatan darat).

"Di mata PKI, Sukarni dan Chairul Saleh ini dipakai oleh CIA untuk melawan, jadi yang nggak setuju PKI itu semua dicap CIA," kata Soebadio Sastrosatomo, sahabat Chairul dari golongan sosialis, dalam testimoninya.

Baca juga: Chairul Saleh dan Lomba Masak Gerilyawan

Namun, pertentangan keras itu tak mempengaruhi hubungan pribadi Chairul dan Aidit yang terus berjalan baik. Hal itu diketahui betul oleh Hasjim Ning, sahabat Chairul yang juga keponakan Bung Hatta. Hasjim kerap menyaksikan Chairul dan Aidit ngobrol santai, termasuk ketika Hasjim menemui Chairul usai diperiksa kejaksaan terkait tuduhan penggelapan devisa oleh perusahaannya.

"D.N. Aidit pun mengucapkan selamat padaku ketika aku ketemu dia di kantor Chairul Saleh," kata Hasjim dalam otobiografinya, Pasang Surut Pengusaha Pejuang.

Konflik Chairul-Aidit di rapat kabinet itu akhirnya diselesaikan dengan bantuan Menteri Penerangan Sudibyo. Sang menteri mengajak keduanya makan bersama dan meminta Chairul jadi tuan rumah. Usulan Sudibyo pun disambut persetujuan oleh Chairul maupun Aidit. Beberapa hari kemudian, makan bersama itu terlaksana di rumah Chairul dengan Sudibyo sebagai "pemimpin" acara.  

TAG

chairul saleh dn aidit hasjim ning

ARTIKEL TERKAIT

Pengawal Raja Charles Masuk KNIL Masa Kecil Sesepuh Potlot Cerita Tak Biasa Mata-mata Nazi Kriminalitas Kecil-kecilan Sekitar Serangan Umum 1 Maret Dokter Soetomo Dokter Gadungan Komandan AURI Pantang Kabur Menghadapi Pasukan Gaib Umar Jatuh Cinta di Zaman PDRI Panglima Alex Kawilarang dan Letnan Songong Buronan Singapura Lari Ke Gorontalo Jenderal Yani Memiting Anaknya