Tunjangan Hari Raya (THR) adalah sesuatu yang ditunggu-tunggu para pegawai menjelang hari lebaran. Termasuk oleh Mayjen TNI dr. Rusmono, SKM, dokter pribadi Presiden Soeharto merangkap staf kepercayaan di Yayasan Harapan Kita yang dibentuk Ibu Tien Soeharto. Pada yayasan itu, Rusmono memegang jabatan ganda. Rangkap jabatan itulah yang memberanikan Rusmono minta THR dua kali lipat kepada Ibu Tien pada hari lebaran 1989 (1409 H).
Di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Rusmono menjabat bendahara dewan penyantun sedangkan dr. Hedijanto sebagai sekretaris dewan penyantun. Sebaliknya, Rusmono menjabat sekretaris dewan penyantun di Rumah Sakit Anak dan Bersalin (RSAB) Harapan Kita dan dr. Hedijanto bendaharanya. Sementara itu, Ibu Tien bertindak sebagai ketua Dewan Penyantun Yayasan Harapan Kita.
Baca juga: THR, Waktu, dan Uang
Pada 27 April 1989, Rusmono menulis surat permohonan pemberian THR kepada Ibu Tien. THR itu ditujukan kepada para anggota Dewan Penyantun, Badan Pelaksana Harian, Staf Tata Usaha, dan Direksi, serta Karyawan RS Jantung Harapan Kita. Dalam Serangkum Disposisi Presiden Suharto & Ibu Negara, Dari Arsip dr. Rusmono, SKM suntingan Donna Sita Indria, Rusmono menyampaikan rincian THR tersebut.
“Bilamana Ibu Ketua telah berkenan, mohon dengan hormat tanda tangan pada:
- SPMU (Surat Perintah Membayar Uang) sebesar Rp45.425.000,- satu kali
- Cek BCA sebesar Rp45.425.000,- satu kali,” demikian permohonan Rusmono.
Dalam surat balasannya, Ibu Tien menyetujui pemberian THR bagi karyawan dan anggota dewan penyantun, baik di RS Jantung Harapan Kita maupun RSAB Harapan Kita. Tapi, terdapat disposisi terhadap dua nama. Mereka antara lain Rusmono dan Hedijanto, yang tak lain petinggi di kedua rumah sakit tersebut.
“Dr. Rusmono, agar THR ini untuk dr. Rusmono dan Pak Hedijanto salah satu saja,” kata Ibu Tien dalam suratnya bertanggal 30 April 1989.
Baca juga: Ketika THR Bikin Geger
Sekali waktu, Ibu Tien mempertanyakan mengenai permintaan THR yang enggan dikabulkannya itu kepada Rusmono. Dengan polosnya, Rusmono hanya menjawab jujur, “Namanya juga usaha, Bu.” Pengakuan yang lugu itu membuat Ibu Tien tersenyum geli.
Menurut Rusmono, Ibu Tien memiliki banyak kiat yang khas. Meski dikenal murah hati, Ibu Tien juga berpikiran kritis. Begitupun untuk urusan THR, ternyata Ibu Tien cukup jeli dan detil.
Rusmono terus bergiat di Yayasan Harapan Kita maupun sebagai staf ahli dokter kepresidenan hingga tahun 1998. Setelahnya, Rusmono menjadi staf ahli menteri kesehatan (2001—2003). Terakhir, dia mengetuai Yayasan Dana Abadi Karya yang berafiliasi dengan Golkar untuk memberikan kredit bagi usaha kecil dan menengah.
Rusmono wafat pada 16 Desember 2021. Ibu Tien sendiri wafat lebih dulu tahun 1996. Sementara itu, RS Jantung Harapan Kita dan RSAB Harapan Kita masih beroperasi sampai saat ini.
Baca juga: Membesuk Sejarah Rumah Sakit Fatmawati