Sekembalinya dari Amerika Serikat untuk belajar ilmu jurnalistik di Bernard College, Columbia University, Siti Latifah Herawati Latip langsung meniti karier sebagai wartawan. Ia bekerja sebagai stringer (perantara) untuk wartawan Filipina yang ingin melakukan liputan di Hindia Belanda.
"Wartawan itu Carlos Romulo yang beberapa tahu kemudian menjabat Menteri Luar Negeri negaranya," katanya dalam autobiografinya Kembara Tiada Berakhir.
Ketika masa pendudukan Jepang, Herawati bekerja sebagai penyiar yang membacakan surat dari para tahanan perang di Radio Hosokyoku. Ia menerima pekerjaan ini setelah dibujuk sahabat ayahnya, dr. Latip, yang bernama Bahrum Rangkuty. Meski awalnya sempat menolak, Herawati mau menerima pekerjaan ini lantaran ada sisi kemanusiaan di dalamnya. Ia mulai bekerja pada April 1942 dan di sinilah ia bertemu Burhanudin Mohamad (B.M.) Diah yang kelak jadi suaminya.
Pemuda Berkumis Tipis
Benih cinta Herawati pada BM Diah mulai muncul pada suatu hari ketika sang pria menawarkan bantuan padanya. “Inilah aku, tidak punya gelar. Sekolahku sedang-sedang saja. Bolehkah aku mengangkat kopormu, Miss Latip?” kata B.M. Diah yang kala itu berusia 25 tahun.
Kata-kata B.M. Diah itu menyentuh hati Herawati. Meski latar belakang dan gaya hidup dua pewarta ini amat berbeda, Herawati yakin pemuda Burhanudin kelak bisa menjadi kebanggaan keluarganya.
Baca juga: Herawati Diah Wartawati Brilian Penerus Jejak Sang Ibu
B.M. Diah, pria Aceh keturunan Barus sudah yatim piatu, kala itu di Batavia tak punya sanak saudara. Sementara, Herawati datang dari keluarga terpandang keturunan Jawa. Ayahnya seorang dokter dan di keluarganya banyak orang berpangkat. Namun, pemuda berkumis tipis itu tak patah arang. Ia keluarkan keahliannya mengolah kata. Ia kirimkan puisi-puisi gombalnya dalam bahasa Inggris untuk meluluhkan hati si gadis yang pernah berkuliah di Amerika.
Love is ageless
Written about, words are limitless
Love knows no extremity
Either boundary
Lewat Soetomo Satiman yang memperhatikan gerak-gerik si pemuda berkumis tipis itulah Herawati makin yakin untuk melanjutkan hubungan. “Soetomo Satiman, sepupu saya yang juga bekerja di Hosokyoku tidak suka bicara banyak. Rupanya ia memperhatikan tingkah laku dan tindak tanduk rekannya, Burhanudin Diah, yang mulai mengakrabkan diri terhadap saya…. Menurut pengakuannya pada saya, ‘Diah oke.’ Saya pun tidak ragu lagi,” kata Herawati seperti ditulis Toeti Kakilatu dalam BM Diah, Wartawan Serba Bisa.
BM Diah juga menuliskan kisah pertemuannya dengan Herawati dalam sebuah puisi berjudul Nature Boy.
There was a boy
A very strange and chatter boy
They say he wandered very far, very far
Over land and sea
A little shy and sad of eye
But very wise was he
And the one day
A magic day he passed my way
And while we spoke of many things
Poors and kings
Just he said to me
The greatest thing
You ever learned
Is just to love
And be loved, in return
Makin luluhlah hati Herawati dikirimi puisi penuh gombalan dari B.M. Diah hingga memutuskan menikahi pria itu. Namun, ada saja hal yang terjadi sebelum pernikahan berlangsung. B.M. Diah ditangkap Kenpeitai 10 hari sebelum pernikahan karena berkerja di dua tempat, Hosokyoku dan suratkabar Asia Raya.
Penangkapan itu membuat keluarga dr. Latip amat panik. Undangan sudah disebar, dekor, rias, dan katering sudah dipesan, tapi pengantin pria malah ditahan Kenpeitai.
Baca juga: Sayuti Melik-SK Trimurti: Kisah Asmara Sepasang Pejuang
Dengan bantuan Pemimpin Redaksi Asia Raya Sukarjo Wirjopranoto dan Meester R. Sujono (kakak ipar Herawati), Diah dibebaskan tiga hari sebelum hari pernikahannya. Ia ditahan selama seminggu dan tidak mendapat perlakuan kasar (berbeda dari tahanan lain yang dipukuli hingga babak belur).
Selama tiga hari menanti hari pernikahan, Herawati dan B.M. Diah dilarang berjumpa oleh Siti Alimah, ibunda Herawati. Namun dua sejoli ini tetap berkirim kabar lewat telepon dan selalu menggunakan bahasa Inggris. Diah pun selalu menyapa Herawati dengan, “How are you Miss Latip?”.
Mereka pun akhirnya menikah. Resepsi pernikahan dihadiri Sukarno dan Hatta yang baru keluar dari pengasingan. Dari pihak Herawati, hadir Muhammad Amin, Haji Agus Salim, dan Mohammad Isa. Dari pihak Diah, hadir keluarga Daan Anwar.
Baca juga: Rohana Kudus, Wartawan Perempuan Pertama yang Jadi Pahlawan Nasional
Ijab-kabul pun dilaksanakan. Penghulu menuntun mempelai pria mengikuti ucapannya. Burhanudin bin Mohamad Diah dinikahkan dengan Siti Latifah Herawati bin Latip dengan mas kawin seratus ringgit dibayar… utang.