Masuk Daftar
My Getplus

Kisah Asmara Dua Perwarta

Sepasang wartawan brilian, Herawati dan BM Diah, menjalin asmara dari ruang redaksi.

Oleh: Nur Janti | 30 Mei 2020
Herawati dan B.M. Diah kala menghadiri sebuah resepsi di istana Schonbrunn, Austria. (Repro Kembara Tiada Berakhir).

Sekembalinya dari Amerika Serikat untuk belajar ilmu jurnalistik di Bernard College, Columbia University, Siti Latifah Herawati Latip langsung meniti karier sebagai wartawan. Ia bekerja sebagai stringer (perantara) untuk wartawan Filipina yang ingin melakukan liputan di Hindia Belanda.

"Wartawan itu Carlos Romulo yang beberapa tahu kemudian menjabat Menteri Luar Negeri negaranya,"  katanya dalam autobiografinya Kembara Tiada Berakhir.

Ketika masa pendudukan Jepang, Herawati bekerja sebagai penyiar yang membacakan surat dari para tahanan perang di Radio Hosokyoku. Ia menerima pekerjaan ini setelah dibujuk sahabat ayahnya, dr. Latip, yang bernama Bahrum Rangkuty. Meski awalnya sempat menolak, Herawati mau menerima pekerjaan ini lantaran ada sisi kemanusiaan di dalamnya. Ia mulai bekerja pada April 1942 dan di sinilah ia bertemu Burhanudin Mohamad (B.M.) Diah yang kelak jadi suaminya.

Advertising
Advertising

Pemuda Berkumis Tipis

Benih cinta Herawati pada BM Diah mulai muncul pada suatu hari ketika sang pria menawarkan bantuan padanya. “Inilah aku, tidak punya gelar. Sekolahku sedang-sedang saja. Bolehkah aku mengangkat kopormu, Miss Latip?” kata B.M. Diah yang kala itu berusia 25 tahun.

Kata-kata B.M. Diah itu menyentuh hati Herawati. Meski latar belakang dan gaya hidup dua pewarta ini amat berbeda, Herawati yakin pemuda Burhanudin kelak bisa menjadi kebanggaan keluarganya.

Baca juga: Herawati Diah Wartawati Brilian Penerus Jejak Sang Ibu

B.M. Diah, pria Aceh keturunan Barus sudah yatim piatu, kala itu di Batavia tak punya sanak saudara. Sementara, Herawati datang dari keluarga terpandang keturunan Jawa. Ayahnya seorang dokter dan di keluarganya banyak orang berpangkat. Namun, pemuda berkumis tipis itu tak patah arang. Ia keluarkan keahliannya mengolah kata. Ia kirimkan puisi-puisi gombalnya dalam bahasa Inggris untuk meluluhkan hati si gadis yang pernah berkuliah di Amerika.

Love is ageless

Written about, words are limitless

Love knows no extremity

Either boundary

Lewat Soetomo Satiman yang memperhatikan gerak-gerik si pemuda berkumis tipis itulah Herawati makin yakin untuk melanjutkan hubungan. “Soetomo Satiman, sepupu saya yang juga bekerja di Hosokyoku tidak suka bicara banyak. Rupanya ia memperhatikan tingkah laku dan tindak tanduk rekannya, Burhanudin Diah, yang mulai mengakrabkan diri terhadap saya…. Menurut pengakuannya pada saya, ‘Diah oke.’ Saya pun tidak ragu lagi,” kata Herawati seperti ditulis Toeti Kakilatu dalam BM Diah, Wartawan Serba Bisa.

BM Diah juga menuliskan kisah pertemuannya dengan Herawati dalam sebuah puisi berjudul Nature Boy.

There was a boy

A very strange and chatter boy

They say he wandered very far, very far

Over land and sea

A little shy and sad of eye

But very wise was he

 

And the one day

A magic day he passed my way

And while we spoke of many things

Poors and kings

Just he said to me

 

The greatest thing

You ever learned

Is just to love

And be loved, in return

Pernikahan Herawati dan B.M. Diah.

Makin luluhlah hati Herawati dikirimi puisi penuh gombalan dari B.M. Diah hingga memutuskan menikahi pria itu. Namun, ada saja hal yang terjadi sebelum pernikahan berlangsung. B.M. Diah ditangkap Kenpeitai 10 hari sebelum pernikahan karena berkerja di dua tempat, Hosokyoku dan suratkabar Asia Raya.

Penangkapan itu membuat keluarga dr. Latip amat panik. Undangan sudah disebar, dekor, rias, dan katering sudah dipesan, tapi pengantin pria malah ditahan Kenpeitai.

Baca juga: Sayuti Melik-SK Trimurti: Kisah Asmara Sepasang Pejuang

Dengan bantuan Pemimpin Redaksi Asia Raya Sukarjo Wirjopranoto dan Meester R. Sujono (kakak ipar Herawati), Diah dibebaskan tiga hari sebelum hari pernikahannya. Ia ditahan selama seminggu dan tidak mendapat perlakuan kasar (berbeda dari tahanan lain yang dipukuli hingga babak belur).

Selama tiga hari menanti hari pernikahan, Herawati dan B.M. Diah dilarang berjumpa oleh Siti Alimah, ibunda Herawati. Namun dua sejoli ini tetap berkirim kabar lewat telepon dan selalu menggunakan bahasa Inggris. Diah pun selalu menyapa Herawati dengan, “How are you Miss Latip?”.

Mereka pun akhirnya menikah. Resepsi pernikahan dihadiri Sukarno dan Hatta yang baru keluar dari pengasingan. Dari pihak Herawati, hadir Muhammad Amin, Haji Agus Salim, dan Mohammad Isa. Dari pihak Diah, hadir keluarga Daan Anwar.

Baca juga: Rohana Kudus, Wartawan Perempuan Pertama yang Jadi Pahlawan Nasional

Ijab-kabul pun dilaksanakan. Penghulu menuntun mempelai pria mengikuti ucapannya. Burhanudin bin Mohamad Diah dinikahkan dengan Siti Latifah Herawati bin Latip dengan mas kawin seratus ringgit dibayar… utang.

TAG

cerita cinta pers

ARTIKEL TERKAIT

Mengungkap Lokasi Pertempuran al-Qadisiyyah Rawamangun Bermula dari Kampung Sepi B.M. Diah Ditangkap Jepang Sebelum Pernikahan Persija Kontra Salzburg di Lapangan Ikada Naga Wuhan di Bawah Mistar Persebaya Asam Garam Jacksen F. Tiago di Indonesia (Bagian II - Habis) Salim Said Bicara Tentang Tiga Tokoh Pers Meneer Belanda Pengawal Mistar Indonesia Supersemar Supersamar Sisi Lain dan Anomali Alexander