ABDUL HARIS NASUTION dikenal sebagai jenderal antikomunis. Namun sekali waktu, Nas –panggilan akrabnya – juga bisa bersikap luwes mengalahkan egonya. Ada momen bersejarah dalam hidup Nas yang mengharuskannya rapat dengan tokoh komunis. Siapakah itu?
“Minggu ke-3 Februari 1960, Indonesia sedang menerima kunjungan Nikita Khruschev PM USSR (Union of Soviet Socialist Republics),” tutur Nas dalam memoarnya Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 5: Kenangan Masa Orde Lama.
Di Lapangan Udara Kemayoran, Nas dan Khruschev berkenalan. Keduanya berjabatan tangan. Melalui penerjemahnya, Khruschev berkata bahwa Nas masih muda. Demikianlah kesan pertama pemimpin salah satu negara komunis terbesar di dunia saat itu.
Pertemuan berlanjut di Kedutaan Besar Uni Soviet. Dalam sebuah resepsi, Nas datang hampir bersamaan dengan Presiden Sukarno. Saat akan memasuki ruangan resepsi, para hadirin harus melalui patung Vladimir Lenin – tokoh revolusi Bolshevik yang begitu dihormati rakyat Soviet. Khruschev terlihat mengambil sikap sempurna yang diikuti rombongannya untuk melakukan penghormatan militer kepada patung Lenin. Ketika giliran Nas memasuki ruangan, dia hanya berlalu karena tidak mengetahui aturan protokol pihak Kedubes USSR harus demikian.
Baca juga:
Jenderal Nasution dan Senjata Uni Soviet
Nas boleh lega aksi melengosnya tidak dipermasalahkan oleh Khruschev. Kendati demikian, Nas jadi kikuk karena baru sadar belakangan. Namun di luar dugaan, Khruschev malah menyambut dan merangkulnya. Keramahan itu menyebabkan Nas tertekan oleh perut Khruschev yang cukup tambun itu.
Khruschev menyempatkan berbincang agak lama dengan Nas. Khruschev menanyakan kabar keluarga Nas. Pertanyaan itu dijawab Nas dengan mengatakan bahwa istrinya, Sunarti tengan menantikan kelahiran anak ke-2 mereka. Khruschev tanya lagi, apakah Nas menginginkan anak laki-laki atau perempuan.
“Perkenalan ini saya rasakan aneh. Bagi saya, ia adalah pimpinan komunis sedunia dan saya tahu, bahwa saya adalah orang yang dianggap musuh nomor satu oleh komunis Indonesia,” kenang Nas.
Selama safarinya di Indonesia, Khruschev menginap di paviliun Istana Bogor. Nas menyempatkan berkunjung ke sana atas permintaan Khruschev. Kepada Nas, Khruschev menyerahkan senapan berburu sebagai kenang-kenangan. Nas menuturkan, “(senapan) langsung ia taruh pada bahu saya pada posisi menembak, tapi ialah yang menarik platuknya (trekker). Kami sama-sama tertawa!”
Baca juga:
Keakraban yang ditampilkan Khruschev ternyata bukan basa-basi belaka. Padahal, pimpinan PKI, D.N. Aidit pernah menyampaikan cerita yang kurang positif mengenai Nasution kepada Khruschev dalam satu pertemuan di Moskow. Namun di luar dugaan, Khruschev menanggapinya dengan kata-kata penghargaan terhadap pribadi Nasution. Hal ini diketahui Nasution dari salah seorang anggota politbiro PKI yang telah bebas dari penjara Pulau Buru.
“Memang pandangan-pandangan tersebut tidaklah bisa lepas sama sekali dari persoalan politik, namun juga tidak bisa lepas sama sekali dari pandangan manusianya,” ujar Nas.
Khruschev sendiri dalam memoarnya Memoirs of Nikita Khruschev Volume 3: Statesman (1953—1964) menyinggung perkenalannya dengan Nas. Khruschev mengakui bahwa dia sering berbicara dengan Nas. Menurutnya, mereka saling menghormati satu sama lain. Dalam pertemuan tatap muka, Khruschev tidak mendapatkan gelagat Nas membenci Uni Soviet.
“Dia tahu bagaimana menyembunyikan perasaannya, sehingga kami tidak punya alasan untuk berpikir bahwa ia memusuhi kami. Meski begitu, dia memang musuh,” tulis Khruschev.