Dalam kunjungan ke Maluku saat pergolakan Republik Maluku Selatan (RMS), Kolonel Gatot Subroto tidak lupa memeriksa keadaan para prajurit bawahannya. Pada awal 1950-an, Gatot pernah menjadi Panglima Tentara dan Teritorium VII Wirabuana yang membawahkan wilayah Indonesia Timur. Maluku termasuk wilayahnya.
Gatot Subroto, mantan sersan tentara kolonial KNIL (Koninklijk Nederlandsche Indische Leger) adalah perwira yang dekat dengan bawahannya dan suka mengobrol dengan mereka. Gatot suka melakukan inspeksi untuk melihat keadaan bawahannya.
Pada suatu kunjungan, Gatot memasuki asrama. Dia memeriksa dengan teliti sampai tempat menjemur pakaian tak lupa dari inspeksinya. Meski sepele tempat itu penting demi kesehatan tentara. Namun, ada sesuatu yang tidak beres di sana.
“Kok belum ada kawat jemuran?” tanya Gatot kepada prajurit yang ada di sekitarnya.
Gatot mendapat jawaban yang biasa terjadi di banyak instansi: barang belum datang. Salah satu prajurit berkata, “kami sedang menunggu kiriman kawat.”
“Sambung-sambunglah rambutmu yang ada di bawah itu, nanti bisa jadi tali jemuran,” kata Gatot dengan kocaknya.
Baca juga: Saat Jenderal Gatot Subroto Beraksi di Yugoslavia
Begitulah cara Gatot Subroto berinteraksi dengan bawahannya sebagaimana diceritakan koleganya, dr. Soemarno Sastroatmodjo dalam Dari Rimba Raya ke Rimba Ibukota. Soemarno belakangan menjadi Gubernur DKI Jakarta dan Menteri Dalam Negeri.
Cerita tadi bukan satu-satunya kisah Gatot Subroto soal rambut bawah di dekat kemaluan. Di lain waktu, ketika sedang memeriksa barisan, Gatot mulai iseng setelah melihat seorang prajurit yang berdiri tegak. Gatot mendekatinya dan mengatakan sesuatu.
“Apa jenggot saya sama dengan rambut bawahmu?” kata Gatot. Prajurit yang dalam posisi siap itu pun berjuang menahan tawa.
Baca juga: Jika Gatot Subroto Bilang Monyet
Gatot Subroto juga dikenal di lingkungan TNI dengan umpatan: monyet. Pada suatu kesempatan ketika sedang naik kapal dari Nusa Ina ke Banda, kapal bergoyang terkena gelombang. Tiba-tiba Gatot berteriak. “Monyet-monyet suruh kumpul dan baris!” perintahnya.
Semua bawahan berkumpul dan siap menerima arahan dan amarah. Termasuk perwira kapal. Gatot lalu mengeluh dengan jenakanya, “Hei, monyet-monyet, lihat laut begitu luas, kok kamu tadi mencari jalan yang banyak gelombangnya?”
Gatot sendiri sejak muda belajar dalam pasukan infanteri. Dia pernah menjadi pasukan marsose KNIL. Gatot mengaku ketika masih menjadi prajurit bawahan, jika ada perintah tiba-tiba untuk apel (berkumpul), selalu berusaha siap. Dia bahkan tidak ragu mengambil senjata siapa saja yang sudah dalam kondisi bersih ketika masuk barisan apel. Setiap apel biasanya ada pemeriksaan senjata.
Maka, mengingat perilakunya itu, tak heran jika dalam memeriksa barisan, Kolonel Gatot Subroto tak lupa bertanya: apa senjata yang dibawa prajurit senjata miliknya atau senjata kawannya.
Baca juga: Nasution dan Lubis Akur, Gatot Subroto Senang
Peter Britton, berdasarkan pengakuan Brigadir Jenderal TNI Suprapto, menyebut dalam Profesionalisme dan Ideologi Militer Indonesia, bahwa Gatot terkenal sebagai sosok yang mudah bergaul dengan para bawahannya. Tak jarang mereka dipanggil monyet oleh Gatot.
Gatot Subroto bercanda dengan kata-kata mesum untuk mendekatkannya dengan para prajurit bawahan. “Kesukaannya menggunakan kata-kata mesum meningkatkan reputasinya sebagai seorang komandan pasukan infanteri yang efektif,” tulis Britton.
Sementara itu, Mohammad Oemar dalam Jenderal Gatot Subroto: Pahlawan Nasional menyebut Gatot selalu dapat menghidupkan suasana pergaulan dengan ucapan-ucapan yang lucu dan polos.*