Masuk Daftar
My Getplus

Di Balik Upaya Penangkapan Kolonel Simbolon

Sekelompok perwira berencana meringkus atasannya dalam sebuah jamuan Natal. Nyaris saja mereka menyantap hidangan daging anjing lantaran gugup.

Oleh: Martin Sitompul | 04 Nov 2019
Soegih Arto dan Maludin Simbolon. Ilustrasi: Fernando Randy/Historia.

LETNAN KOLONEL Soegih Arto bersekongkol dengan dengan orang-orang kepercayaannya:  Komandan Komando Militer Kota Besar (KMKB setara Kodim), Kapten Kavaleri Cuk Soewondo, dan Letnan Satu Suharto. Mereka punya misi menangkap Panglima Kodam Bukit Barisan Kolonel Maludin Simbolon.

“Selama bertugas di Medan, peristiwa demi peristiwa terjadi, ada yang agak serius, ada pula yang menjurus ke makar, pemberontakan terhadap pemerintah pusat,” tutur Soegih Arto dalam memoarnya Sanul Daca: Pengalaman Pribadi Letjen (Pur) Soegih Arto.

Pada 22 Desember 1956, Simbolon memproklamasikan berdirinya Dewan Gajah di depan corong RRI. Dalam deklarasinya, Simbolon menyatakan pemutusan hubungan dengan pemerintah untuk sementara waktu. Simbolon juga menyatakan tidak mengakui Kabinet Ali II (Ali-Roem-Idham). Untuk melegitimasi kedudukan, Simbolon mengambil alih pemerintahan di teritorium Sumatra Utara.

Advertising
Advertising

Soegih Arto menangkap gelagat bahwa Simbolon akan melancarkan pemberontakan. Sebagai perwira paling senior di kalangan pendatang, Soegih Arto didapuk menjadi pemimpin gerakan penangkapan Simbolon. Soegih Arto sempat perang batin karena ketakutan meringkus atasan sendiri. Tapi anak buahnya merongrong karena sudah ada perintah dari Panglima Tertinggi (Presiden Sukarno).

Baca juga: 

Drama Malam Natalan: Kisah Penangkapan Simbolon

Overste memimpin gerakan ini, atau Overste tidak akan meninggalkan ruangan ini hidup-hidup. Memimpin gerakan atau mati. Bulat sudah telad kami,” kata Letnan Satu Suharto kepada Soegih Arto dalam sebuah rapat di asrama kavaleri.     

Setelah urun rembug, rencana esksekusi Simbolon akhirnya ditentukan: 26 Desember. Pada hari itu, Simbolon mengundang semua perwira teras ke rumahnya dalam sebuah jamuan makan malam perayaan Natal. Soegih Arto datang dengan hati kalut. Sementara itu, dia telah mengerahkan pasukan anti Simbolon sekira satu batalyon banyaknya mengepung Kota Medan, termasuk ke Jalan Walikota No. 2, alamat kediaman Simbolon.

Dalam acara jamuan makan itu, suasana sukacita begitu diperlihatkan oleh tuan rumah. Aneka penganan lezat dan hidangan khas Batak berjejal di meja makan.  Pesta Natal merupakan hari raya bagi Simbolon sekeluarga. Simbolon sesekali meninggalkan ruangan makan karena harus menerima laporan anak buahnya via telepon. Kendati demikian,  Soegih Arto mengenang tawa selalui menghiasi wajah Simbolon pada malam itu.

Namun bagi Soegih Arto, situasi sungguh genting dan tidak menentu. Makanan enak terasa hambar di lidahnya. Dia takut kalau gerakan bocor. Bisa-bisa, Soegih Arto jadi tawanan di tengah jamuan makan malam.

“Begitu kacau pikiran saya, sampai makan pun kesasar ke tempat khusus yang disediakan untuk perwira Batak, karena di situ disajikan sayur anjing!” kenang Soegih Arto.

Baca juga: 

Mengapa Orang Batak Suka Daging Anjing?

Rupanya Simbolon keburu mengendus gerakan pasukan yang menentangnya sedang berjalan menuju Medan. Tapi Simbolon tidak menyadari komplotan Soegih Arto yang hendak meringkus dan menghadapkannya ke petinggi di Jakarta. Jamuan makan di rumah Simbolon akhirnya ditutup lebih awal. Semua perwira diperintahkan kembali siaga ke posnya masing-masing.

Soegih Arto menyusut siasat mengepung Simbolon sampai menyerah. Namun dia terlambat, Pagi-pagi buta, Simbolon sekeluarga mengungsi ke arah Tapanuli Utara. Simbolon keluar dari Kota Medan dengan kawalan 400 orang tentara dari Kapten Sinta Pohan yang memihak Simbolon. Dengan lolosnya Simbolon, maka gagallah upaya kelompok Soegih Arto, setelah komandannya sempat hampir kecele memakan daging anjing.

TAG

tni

ARTIKEL TERKAIT

Evolusi Angkatan Perang Indonesia Saat Baret Merah Dilatih Pasukan Katak Kisah Perwira TNI Sekolah di Luar Negeri Dari Pemberontakan ke Pemberontakan (Bagian II – Habis) Dari Pemberontakan ke Pemberontakan (Bagian I) Penerbangan Terakhir Kapten Mulyono Kapten Mulyono, Penerbang Tempur Pertama Indonesia Suka Duka Pasukan Perdamaian Indonesia di Gaza Pratu Misdi, Pasukan Perdamaian Indonesia yang Gugur di Gaza Pasukan Perdamaian Indonesia di Gaza