Masuk Daftar
My Getplus

Cerita Para Bhayangkara

Bagaimana pengalaman anggota Polisi Republik Indonesia saat harus terlibat dalam peristiwa menegangkan dan juga lucu saat bertugas.

Oleh: Hendi Johari | 01 Jul 2020
Pasukan Mobil Brigade (Mobrig) pada 1946 (Sumber: buku Pasukan Polisi Istimewa)

Pertengahan September 1948. Akibat terjadinya Insiden Madiun, hubungan kota tersebut dengan kota-kota lain (termasuk ibu kota Yogyakarta dan Blitar) terputus. Sementara itu di Madiun sendiri sedang terjadi penculikan dan pembunuhan oleh kaum komunis terhadap para pejabat Republik Indonesia (RI).

Demi melakukan koordinasi penumpasan, Djawatan Kepolisian Negara (DKN) di Yogyakarta menugaskan Komisaris Polisi Soeprapto untuk menyampaikan surat perintah kepada M. Jasin, komandan Mobil Brigade Besar (MBB) Jawa Timur yang sedang ada di Blitar. Penyampaian surat perintah itu rencananya akan dilakukan lewat penerjunan Soeprapto dan dua perwira TNI (salah satunya adalah Mayor Islam Salim) di Alun-Alun Blitar.

“Di Maguwo, mereka mendapat petunjuk (kilat) melakukan penerjunan dengan parasut tanpa latihan terlebih dahulu,” demikian menurut buku Brimob: Dulu,Kini dan Esok (disusun oleh Atim Supomo dkk). Penerjunan itu sendiri terpaksa dilakukan, karena di Blitar tidak ada bandar udara yang memungkinkan sebuah pesawat mendarat secara mulus.

Advertising
Advertising

Baca juga: Petualangan Jurnalis Bernama Gadis

Begitu Hari-H tiba, berangkatlah sebuah pesawat kecil yang diawaki oleh seorang pilot berkebangsaan Amerika Serikat (AS) dan seorang kopilot berkebangsaan Indonesia. Dalam situasi penuh ketegangan, tibalah pesawat tersebut di atas Blitar. Begitu berada di atas Alun-Alun, pilot memerintahkan ketiga perwira tersebut untuk langsung terjun, namun tak satu pun yang memiliki nyali melakukan itu.

Pesawat pun memutar dan bergerak lagi menuju kota Blitar. Namun begitu sampai di atas Alun-Alun, situasi yang sama kembali terjadi: para perwira emoh terjun. Pilot AS itu saking jengkel-nya kemudian menyerahkan kendali pesawat kepada kopilot. Dia lalu bergabung dengan ketiga perwira tersebut.

“Ketika kopilot memberikan isyarat untuk terjun, pilot AS itu langsung menendang Soeprapto dan kedua perwira lainnya secara bergilir,” ungkap buku Brimob: Dulu,Kini dan Esok.

Baca juga: Pilot Berhati Lembut

Soeprapto dan Mayor Islam Salim bisa mendarat dengan selamat di Alun-Alun Blitar. Namun seorang perwira lainnya jatuh agak jauh dari Alun-Alun. Saat mendarat di atap rumah penduduk, orang-orang langsung mengepungnya karena dia dikira mata-mata musuh. Untungnya satu unit MBB bisa menyelamatkannya dan surat perintah pun berhasil diberikan kepada Jasin.

Lain pengalaman Kompol Soeprapto lain juga pengalaman Moh. Enoh, seorang bhayangkara yang bertugas mengawal Wakil Presiden Mohammad Hatta. Suatu hari, Enoh tiba di Istana Wakil Presiden, Jakarta. Dia baru saja pulang dari daerah mengawal Wakil Presiden keliling Jawa Barat selama dua minggu. Demikian dikisahkan oleh H. Mangil Martowidjojo dalam Kesaksian tentang Bung Karno 1945-1967.

Begitu tiba, dia langsung ditugaskan kembali untuk mengganti penjagaan di depan Istana Wakil Presiden. Entah kesal atau iseng saja, begitu sampai di pos penjagaan, Enoh tetiba berpidato menirukan lagak Bung Hatta saat di daerah.

Baca juga: Sersan Mayor Terasi

“Saudara-Saudara, 15 tahun yang lalu bangsa Indonesia seperti itik yang mati kehausan di kolam dan seperti ayam yang mati kelaparan di dalam lumbung!” teriaknya di depan seorang kawannya.

Usai berpidato, Enoh mengomentari sendiri pidato Hatta yang baru saja dia teriakan itu. Dia menggrundel, kalau kolamnya kering ya mati kehausan betul dan kalau lumbungnya kosong ya mati kelaparan. Belum gerundelan-nya selesai, tanpa dinyana, tetiba Bung Hatta keluar dari ruangan dekat pos penjagaan dan tanpa berkomentar langsung masuk ke Istana.

Tentu saja, Enoh kaget bukan kepalang. Dia memaki-maki kawannya yang tidak memberitahukan bahwa Bung Hatta ada di dekat mereka saat itu. Alih-alih merasa berdosa, kawan Enoh malah tertawa-tawa gembira.

Rasain lu!” ujarnya.

TAG

sejarah-polri bahayangkara mobrig

ARTIKEL TERKAIT

Kisah Mata Hari Merah yang Bikin Repot Amerika Hukuman Penculik Anak Gadis Pengawal Raja Charles Masuk KNIL Masa Kecil Sesepuh Potlot Cerita Tak Biasa Mata-mata Nazi Kriminalitas Kecil-kecilan Sekitar Serangan Umum 1 Maret Dokter Soetomo Dokter Gadungan Komandan AURI Pantang Kabur Menghadapi Pasukan Gaib Umar Jatuh Cinta di Zaman PDRI Panglima Alex Kawilarang dan Letnan Songong