Masuk Daftar
My Getplus

Pembagian Minyak, Gula, dan Garam dalam Peringatan Hari Ibu

Bantuan ekonomi seperti pemenuhan kebutuhan pokok, garam, gula, dan minyak menjadi salah satu perhatian dalam peringatan Hari Ibu.

Oleh: Sulistiani | 21 Des 2022
Pembagian minyak (shutterstock.com)

Guna memperingati Hari Ibu yang jatuh pada tiap tanggal 22 Desember, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia tahun ini menghelat acara nasional bertema “Perempuan Berdaya Indonesia Maju”. Dua sub-tema teratasnya berupa “Kewirausahaan Perempuan: Mempercepat Kesetaraan” serta “Perempuan dan Digital Economy”. Tema dan sub-tema tersebut merupakan kelanjutan dari Konferensi G20 Ministerial Conference on Women’s Empowerment di Bali pada 24-26 Agustus 2022.

“Mendorong kewirausahaan perempuan yang menjadi salah satu tema dalam G20 MCWE tersebut diyakini mampu mempercepat pencapaian kesetaraan gender, serta mendorong kemandirian ekonomi,” demikian bunyi Panduan Pelaksanaan Peringatan Hari Ibu Ke-94 Tahun 2022.

Baca juga: Merayakan Hari Ibu Bersama Para Perempuan Hebat

Advertising
Advertising

Ekonomi menjadi salah satu hal yang sangat melekat bagi pemberdayaan perempuan. Kemapanan ekonomi tentu membuat perempuan dapat memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya. Hal ini bukan hanya menjadi perhatian di saat ini saja ketika wirausaha perempuan mengalami masa sulit akibat pandemi selama dua tahun. Di masa lalupun, hal itu sudah dilakukan.

Pada 1939, perjuangan untuk membantu kebutuhan hidup perempuan dilakukan dengan peringatan kedua Hari Ibu yang tidak kalah semarak dari tahun sebelumnya. Peringatan dilakukan ada 22 Desember di Gedung Indonesische Clubgebouw –yang saat ini dikenal dengan Gedung Sumpah Pemuda– secara terbuka.

“Panitia Hari Iboe yang terdiri dari perwakilan asosiasi perempuan, mengadakan pertemuan publik yang dihadiri sekitar 200 orang, kebanyakan perempuan,” tulis suratkabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië tanggal 23 Desember 1939.

Pertemuan dimulai pukul 08.00 dan dibuka oleh Ny. dr. Hardjono, salah satu pengurus Perserikatan Pengurus Isteri Indonesia (PPII), sebuah federasi yang terbentuk usai Kongres Perempuan pertama dengan nama awal Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI). Berbagai tokoh perempuan hadir dalam peringatan tersebut. Salah satunya Maria Ullfah, sarjana hukum perempuan Indonesia pertama yang berperan penting pada Kongres Perempuan pertama di Yogyakarta. Ia berbicara mengenai gerakan perempuan.

“Perempuan pribumi harus menghargai 22 Desember sebagai Hari Ibu, perayaan seperti ini dahulu sudah ada di Amerika,” ucap Maria.

Dalam hal ini, Hari Ibu merujuk pada perjuangan-perjuangan para perempuan di ranah publik. Ibu yang dimaksud merupakan sapaan kehormatan bagi perempuan dengan berbagai profesi, bukan ibu sebagai orangtua.

Baca juga: 

Hari (Perjuangan) Ibu

Pembicara kemudian membahas perkembangan gerakan perempuan di tanah air. Mulai dari kongres pertama yang diadakan di Yogyakarta pada 22 Desember 1928, hingga kongres ketiga di Bandung yang memutuskan untuk mempertahankan Hari Iboe setiap tahun pada tanggal 22 Desember.

“Harapannya, dengan peringatan Hari Ibu setiap tahun akan menambah kesadaran perempuan Indonesia tentang kewajibannya sebagai ‘Ibu bangsa’. Mengapa 22 Desember dipilih sebagai Hari Ibu? Para perempuan melihat bahwa pada tanggal tersebut tonggak persatuan perempuan mulai terbentuk. Pada tanggal tersebut para perempuan mulai sadar akan keadaannya, juga kewajiban dan kedudukannya di Indonesia,” tulis Mutiah Amini dalam Sejarah Organisasi Perempuan Indonesia 1928-1998.

Diawali diskusi publik, peringatan Hari Ibu tahun 1939 diakhiri dengan pembagian minyak, gula, garam, dan beras. Bahan-bahan pokok yang dijadikan bantuan itu didapatkan antara lain dari perusahaan-perusahaan yang mendukung peringatan. Ada dua pabrik minyak goreng yang mendukung, yakni Archa dan Banjoema. Sementara, perusahaan Theepropaeanda menyumbang teh dan gula. Cabang dari pabrik Bergh yang menjual sabun mandi Sunlight turut menjadi sponsor. Panitia jug mendapat sumbangan garam, minyak, gula, dan beras dari berbagai lembaga maupun perorangan.

Sore itu juga, panitia dan para peserta melaksanakan sosialisasi mengenai Hari Ibu di wilayah Batavia.

“Sore itu banyak perempuan berjalan memutari kota, kampung demi kampung, untuk berjualan bunga, diperoleh hasil sebesar 22 sen,” tulis Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië.

Hasil dari penjualan bunga tersebut dibagikan kepada perempuan-perempuan di Batavia dan sekitarnya. Alhasil sejumlah 1.900 perempuan mendapatkan manfaat dari peringatan Hari Ibu di tahun 1939 itu.

TAG

perjuangan perempuan hari ibu ibu ekonomi perempuan

ARTIKEL TERKAIT

Tien Soeharto, Ibu Negara Tiga Dekade Rudini Berani Koreksi Atasan Ibu Sud, Cak Roes, dan Sekolah Belanda Ibu Kota Pindah dari Cianjur ke Bandung Hartini Dihina, Sukarno Murka Nyali Hadely Jadi Menteri Pawang Hujan dalam Peresmian TMII Tempat Jin Buang Anak Kertanagara dan Nusantara Mimpi Ibukota di Tengah Rimba Raya