Mengolah makanan, dalam hal ini roti, merupakan teknik mendasar dalam sejarah manusia. Ini mungkin sama tuanya dengan kemampuan berburu dan mengumpulkan makanan. Begitu menemukan berbagai biji-bijian, mereka menggilingnya menjadi tepung dan membuat roti.
“Kami mengira nenek moyang kita adalah petani dulu dan tukang roti kedua,” kata Amaia Arranz-Otaegui, ahli arkeobotani dari University of Copenhagen, sebagaimana dikutip laman National Public Radio (NPR).
Sebagaimana ditulis laman History, roti dalam berbagai bentuknya, merupakan makanan yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Tak hanya sumber karbohidrat yang penting, roti juga mudah dibawa. “Ini menjelaskan mengapa roti menjadi bagian integral dari makanan kita selama ribuan tahun,” tulisnya.
Baca juga: Tan Ek Tjoan, Kisah Sejarah dalam Sepotong Roti
Banyak orang mengira bahwa bangsa Mesir yang pertama membuat roti. Tebakan itu tak sepenuhnya benar. Pasalnya, roti sudah dibuat sejak 30.000 tahun lalu di Eropa. Sejak itu, manusia mulai menemukan paling tidak tiga inovasi utama dalam menciptakan roti “modern”: ragi, tepung halus, dan pengiris mekanis.
Roti Pipih
Penelitian menunjukkan bahwa manusia mulai membuat roti 30.000 tahun yang lalu. Pertamanya, manusia prasejarah membuat bubur dari air dan biji-bijian.
“Ini adalah lompatan kecil untuk mulai memasak campuran ini menjadi padat dengan menggorengnya di atas batu,” catat History.
Resep ini diketahui berkat studi pada 2010 oleh National Academy of Sciences yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS). Mereka menemukan jejak pati di lesung dan batuan mirip alu berusia 30.000 tahun.
Jejak pati itu kemungkinan berasal dari akar tanaman ekor kucing (cattails) dan pakis. Akar dikupas dan dikeringkan lalu digiling menjadi tepung dan dicampur air. Hasilnya mirip adonan dimasak di atas batu yang dipanaskan.
“Ini seperti roti pipih, seperti pancake dengan hanya air dan tepung,” kata Laura Longo, peneliti dalam tim dari Institut Prasejarah dan Sejarah Awal Italia, dikutip Reuters.
Baca juga: Bubur Perjuangan dan Roti Asia
Mereka mencoba untuk mereplika pembuatan roti itu. Hasilnya, roti renyah seperti kerupuk. “Tapi tidak terlalu enak,” ujar Laura.
Batu penggilingan, yang masing-masing berukuran pas dengan telapak tangan orang dewasa, ditemukan di situs arkeologi di Italia, Rusia, dan Ceko. “Penemuan ini mungkin juga mengecewakan para penggemar diet paleolitik, yang mengasumsikan manusia purba makan makanan yang berpusat pada daging,” catat laman itu.
Roti Beragi
Bagaimana manusia membuat roti pipih prasejarah itu menjadi roti lembut nan menul-menul? Ragilah yang membuat roti gepeng menjadi roti yang ringan dan mengembang.
Ada tiga peradaban besar di dunia kuno yang bergantung pada roti, yaitu Mesir, Mesopotamia (kini Irak), dan Harappa di lembah Sungai Indus (kini Pakistan).
“Roti adalah mayoritas kalori mereka,” kata William Rubel, sejarawan makanan dan penulis Bread: A Global History, kepada Live Science. “Roti memungkinkan populasi surplus dan kelas sosial berkembang. Tidak akan ada kelas pengrajin yang full-time jika tidak ada roti.”
Howard Miller, sejarawan makanan dan profesor di Lipscomb University di Nashville, Tennessee, berpendapat bahwa roti beragi pertama yang diketahui berasal dari sekitar 1.000 SM di Mesir. Namun, Rubel lebih yakin kalau roti dengan ragi pertama kali dibuat di Mesopotamia.
Baca juga: Tak ada Roti Bir pun Jadi
Orang Mesir kuno juga membuat bir dengan memanggang “adonan yang kaya ragi” menjadi “roti bir”. Mereka lalu menghancurkan roti itu dan menyaringnya dengan air, yang kemudian akan difermentasi menjadi bir.
“Bir adalah roti cair,” kata Miller. “Mereka memiliki bahan yang sama, yaitu air, biji-bijian, dan ragi, hanya dalam proporsi yang berbeda.”
Roti Lembut
Manusia terus berinovasi untuk menciptakan roti “modern”. Butir roti paling awal digiling dengan tangan memakai batu. Ini menghasilkan roti gandum utuh yang kasar.
“Keturunannya adalah roti pedesaan berwarna gelap dari Eropa, seperti roti pumpernickel,” tulis History.
Baca juga: Mengintip Isi Dapur Firaun
Mesopotamia menyempurnakan proses itu pada sekira 800 SM. Mereka menggunakan dua batu bundar datar, ditumpuk di atas satu sama lain untuk menggiling biji-bijian. Batu-batu ini diputar oleh hewan penarik atau budak.
“Penggilingan ini merupakan asal mula bagaimana kita membuat tepung hari ini,” lanjut History.
Rupanya tepung yang halus sangat berharga saat itu, sehingga dipakai sebagai simbol status. Keinginan akan roti yang paling putih dan paling lembut terus berlanjut hingga era modern.
Roti Iris Pabrikan
Selama ratusan tahun, roti putih dijual dalam bentuk utuh untuk dipotong di rumah, seperti baguette Prancis. Pada 1917, pembuat perhiasan keliling, Otto Rohwedder menciptakan alat pengiris roti mekanis pertama.
Awalnya, banyak perusahaan yakin tidak akan banyak orang yang tertarik dengan alat ini. Mesin pengiris rotinya pun tak juga dipasang di pabrik sampai tahun 1928. Dalam dua tahun setelahnya, 90 persen roti yang dibeli di toko, telah diiris dari pabrik.
Baca juga: Menikmati Sejarah Kue Pai
Pada 1930, roti iris buatan pabrik dapat ditemukan di sebagian besar kota di seluruh negeri. Jika beberapa dekade sebelumnya roti adalah produksi rumahan, mayoritas orang Amerika pada masa ini makan roti yang dibuat secara komersial.
Roti yang diproduksi pabrik pun dirancang agar lebih lembut daripada yang dibuat di rumah atau di toko roti lokal kecil. Pasalnya, pembeli roti punya persepsi, jika rotinya lembut, artinya roti itu masih segar.
“Waktu yang tepat bagi mesin pengiris otomatis karena roti modern yang lebih lembut ini hampir mustahil untuk diiris dengan rapi di rumah,” jelas History.
Salah satu merek besar pertama yang mendistribusikan roti iris adalah Wonder. Dimulainya tahun 1930.