Masuk Daftar
My Getplus

Gerak Laju Sejarah Roda

Penemuan roda menjadi bagian penting dalam kecepatan laju peradaban.

Oleh: Aryono | 23 Jul 2018
Berbagai jenis roda. Foto: Louise Gendron/pinterest.com.

SEBUAH roda memainkan peranan besar dalam moda pengangkutan dan transportasi. Sebelum ditemukan roda, manusia menggunakan binatang untuk menarik beban. Pada bangsa Indian Amerika, misalnya, beban ditempatkan pada rangka kayu, membentuk huruf “A”, yang diikat dengan tali dari kulit ke tubuh anjing atau lembu. Bangsa Prancis yang datang di Amerika menamakannya bingkai beban ini travois.

Namun, sejatinya, roda sudah digunakan bangsa Aztec di Meksiko tapi lebih untuk membuat mainan tembikar, bukan bagian dari alat transportasi. Bangsa Mesopotamia juga membuat periuk dan mangkuk dari tanah liat yang dibentuk di atas roda yang diputar dengan tangan.

Kebutuhan akan moda transportasi dan pengangkutan yang lebih efisien kemudian membawa manusia pada penciptaan roda.

Advertising
Advertising

Roda Balok Kayu

Untuk memindahkan beban yang lebih berat, manusia menggunakan teknik menyeret beban. Balok kayu utuh dipilih sebagai alas untuk menggeser beban berat, misalnya batu besar. Bangsa Mesir kuno melakukannya ketika membangun piramid, 4000-3000 SM. Beberapa balok kayu diletakkan di bawah beban. Ketika beban ditarik maju oleh tenaga hewan, balok yang telah dilewati segera dipindahkan ke bagian depan. Begitu seterusnya hingga beban sampai ke lokasi yang diinginkan.

Roda Kayu Bergalur

Bukan hanya mengandalkan balok kayu sebagai alas, manusia juga mulai menggunakan semacam kereta luncur. Balok kayu utuh tetap digunakan, diletakkan membujur di bawah kereta. Untuk menjaga kereta tetap di tempatnya, dibuatlah takik pada balok kayu. Dari sinilah cikal-bakal penggunaan roda sekaligus kereta beban. Berkembang sekira 3500-3000 SM, bangsa Sumeria diperkirakan yang mengembangkan kereta beban ini. Mereka, sebagaimana penemuan sebuah kereta dalam kompleks makam Puabi di daerah Ur, membuat kendaraan sederhana dengan dua dan empat roda.

Gandar Poros Kayu

Dengan membuat takik pada balok kayu, diharapkan roda dapat bergerak dengan kecepatan sama. Namun ternyata roda kayu tak dapat menggelinding atau berputar sempurna, seringkali hanya tergelincir. Kemudian takik tersebut diperluas hingga membentuk seperti gandar atau sumbu penghubung dua roda.

Tympani

Karena roda yang menyatu dengan porosnya punya kelemahan, muncullah ide memisahkannya. Dibuatlah roda dari kayu berbentuk lingkaran. Di tengahnya disediakan lubang sebagai tempat poros. Guna menjaga roda tak terlepas dari poros, dipasang semacam pasak pada ujung poros. Roda ini sangat tebal dan berat, serta tak dapat melaju kencang. Bangsa Romawi kuno menyebut model ini, yang digunakan sebagai gerobak pertanian, dengan nama tympani. Diceritakan, saat Julius Caesar memasuki daratan Inggris, sekira 55 SM, dia menemukan lukisan yang memperlihatkan masyarakat kuno Inggris telah menggunakan model roda bentuk ini pada kereta tempurnya.

Pelek Roda

Kayu menjadi bahan utama untuk membuat pelek, sumbu roda, dan pasak. Namun, model ini menimbulkan suara berdecit. Untuk mengurangi suara itu, poros roda dilapisi tembaga dan perunggu. Hingga beberapa lama, pelek dari bahan kayu tetap digunakan. Sekira 1000 SM, pelek dengan bahan logam, seperti pada kereta perang bangsa Celtic, mulai digunakan. Celtic, mulai digunakan.

Jeruji Roda

Di makam kuno Mesir, tergambar kereta tempur. Pada bagian roda, terlihat sumbu roda yang panjang serta ramping. Bentuk jerujinya terlihat ringan dan artistik. Peleknya menjadi satu dengan jerujinya. Kereta tempur Mesir, sekira 2000 SM, memiliki enam jeruji, sedangkan kereta angkut mempunyai empat jeruji. Penemuan jeruji membuat roda menjadi lebih ringan dan memudahkan bermanuver bagi kereta perang.

Bentuk jeruji tak berkembang hingga pada 1802 G.F Bauer mendaftarkan penemuannya berupa susunan banyak kawat jeruji yang menghubungkan pelek dengan poros roda. Pada 1874, James Starley dari Inggris mengembangkannya; jeruji roda dipasang saling bersilang, bersinggungan, yang menjadikan roda lebih kokoh.

Pelapis Roda

Roda berbahan kayu semula diberi lapisan dari logam yang ditempelkan pada pelek. Pemasangan dilakukan pandai besi. Setelah logam menempel keseluruhan, beberapa bagian dipaku agar tak lepas. Selain itu, di beberapa tempat diberi ikatan, berupa plat logam pula, untuk mencegah ban terlepas dari peleknya.

Ban Karet

Sekira 1839, Charles Goodyear, seorang pemilik roko alat pertanian yang bangkrut, memperkenalkan teknik vulkanisasi untuk mengolah karet menjadi ban atau pelindung roda. Setelah ban solid digunakan sebagai pelapis roda, Robert William Thomson, insinyur muda dari Skotlandia, memperkenalkan ban berisi udara pada 1847. Ban udaranya dipasangkan pada roda kereta yang ditarik kuda. Hasilnya, laju kereta hampir tanpa goncangan. Kemudian, untuk kali pertama, ban berisi udara untuk roda mobil diperkenalkan Andre dan Eduard Michelin, keduanya usahawan dari Prancis, pada 1895. Roda pun menjadi semakin nyaman untuk digulirkan.

Sumber: Stephen Bertman, Ancient Mesopotamia; Edwin Tunis, Wheels A Pictorial History.

Baca juga: 

Kereta Tanpa Kuda
Onthel Sepeda Cinta
Mengulang Sejarah Mobil Murah
Cerita Pahit Mobil Rakyat Mazda MR 90

TAG

Roda Pelek Gandar Ban Jeruji

ARTIKEL TERKAIT

Susahnya Bisnis Karet di Zaman Gerombolan Desa Bayu Lebih Seram dari Desa Penari Sudarsono Katam "Merekam" Sejarah Urban Bandung Lima Invasi Israel ke Lebanon Secuplik Kisah Walikota Bandung yang Terlibat G30S Mengenang Amelia Earhart yang Mampir di Bandung Mayor Belanda Tewas di Parepare, Westerling Ngamuk Kisah Sabidin Bangsawan Palsu Sebelum Ahmad Albar Sukses di Indonesia Jejak Ali Moertopo dalam Kerusuhan Lapangan Banteng